255 - [Gunung Darah Naga] Dituduh

119 12 0
                                    

[Gunung Darah Naga] Dituduh

Entah berapa lama ciuman itu berlangsung sebelum Taxian Jun melepaskannya. Chu Wanning berpikir bahwa dia akan berhenti di sini, namun tanpa diduga, bibirnya baru saja lepas kemudian sudah menyentuhnya lagi. Setelah mengulangi beberapa kali, Taxian Jun akhirnya puas. Dia menjilat bibir dan mata gelapnya menatap wajah Chu Wanning.

"Tidak berubah. Ini kau."

Ada terlalu banyak hal untuk ditanyakan dan terlalu banyak kejadian yang tidak terduga. Chu Wanning terdiam untuk sementara waktu, kemudian berkata dengan suara serak, "...Kau masih ingat masa lalu?"

"Tentu saja."

"Apakah kau ingat bagaimana kau mati?"

"Sepuluh sekte besar telah bergandengan tangan untuk memberontak, Yang Mulia ini sangat lelah."

"Lalu, apakah kau ingat bagaimana aku mati?"

Kesuraman di antara alis Taxian Jun sedikit memudar, digantikan oleh lapisan abu-abu, "Gunung Salju Kunlun, kau menghalangiku melakukan hal besar. Yang Mulia ini membencimu."

Chu Wanning bertanya lagi, "Jadi, apakah kau ingat bagaimana kau hidup kembali?"

"Hua Binan menyelamatkanku."

"Bagaimana jelasnya?"

"Itu..." Dia tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia tampak menerawang, tapi tidak berlangsung lama. Dia memejamkan mata, dan ketika membukanya lagi, mata itu sudah kembali jernih.

Taxian Jun mengerutkan kening, "Apa yang baru saja kau katakan?"

Chu Wanning diam.

Dia hampir tahu apa yang telah dilakukan Shi Mei pada tubuh ini. Sejak zaman kuno, paling sulit mengendalikan orang. Setelah Mo Ran meninggal, Shi Mei tidak bisa sepenuhnya mengendalikan emosi mayat ini, dia juga tidak berani menghancurkan ingatan Mo Ran. Karena itu, dia memilih untuk menghapus hal- hal penting yang akan memengaruhi kepatuhan Mo Ran dengan cara memecah belah.

Kaisar Taxian Jun di depannya ini kemungkinan besar hanya mayat berjalan yang dijadikan senjata.

Chu Warning memejamkan mata. Setelah beberapa saat, dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tetapi sebelum bisa bicara, rasa manis mengalir ke tenggorokannya. Dia batuk hebat. "Mo Ran..." Bibirnya berlumuran darah. Dia mengangkat matanya yang berkabut. "Berhenti bekerja untuk orang lain. Kau sudah menjadi cangkang, istirahatlah dengan tenang. Kau... uhuk, uhuk."

Semua yang ada di depan matanya berubah gelap, dan serpihan-serpihan yang mulai melonjak lagi.

Kau harus kembali ke masa lalu. Kau telah dikubur di bawah tanah untuk waktu yang lama,

dan tempat ini bukan milikmu.

Namun dia tidak punya energi untuk mengatakan kalimat itu lagi. Chu Wanning hanya mampu menggerakkan bibir sebelum kembali kehilangan kesadaran.

Sebelum itu, dia hanya melihat Taxian Jun mengerutkan kening dan berbicara pada dirinya. Wajahnya yang tampan dan pucat tampak agak cemas. "Chu Wanning." Dia mendengarnya
memanggilnya, seperti dalam kehidupan sebelumnya, "Wanning..." Matanya tertutup, dan rasa sakit dari jiwanya yang menyatu menyerbunya lagi. Apa yang terjadi selanjutnya, Chu Wanning tidak tahu. Di luar gunung, hutan gelap gulita.

Hujan deras telah turun tanpa henti selama
beberapa hari terakhir, bahkan rakit-rakit kayu ditutupi lumut. Di luar jendela, aliran air menetes dari daun bambu ke kolam, menimbulkan riak.

Tiba-tiba, sepasang sepatu menjejak genangan air, menghancurkan bayangan awan dan langit. Mo Zongshi muncul di depan jalan gunung. dimana Puncak SiSheng berada.

(212 - 311 ( + extra) The Husky and His White Cat ShizunWhere stories live. Discover now