BAB EKSTRA 312 - KEHIDUPAN DAΜΑΙ

419 20 7
                                    

Aroma bubur nasi memenuhi sebuah rumah kecil.

Seorang anak bertelinga lancip dengan daun labu di atas kepala sedang berjongkok di depan kompor, memasukkan kayu bakar ke dalam tungku dengan penuh konsentrasi supaya api tetap manyala. Seorang gadis kecil berpita rambut merah duduk di sampingnya, mengamati api sambil makan madu.

"Menurutku apinya bisa lebih besar lagi."

"Menurutku jangan, buburnya bisa gosong kalau terlalu panas."

"Hih! Apa yang kau tahu?! Kau hanya tahu makan permen."

Chu Wanning masuk ke dapur sambil membawa kelinci liar hasil buruannya. Sekelompok roh rumput, roh bunga, roh lumpur, dan bahkan roh lumut seukuran kuku tampak berbaris mengikutinya.

Dua roh pohon bersaudara di dekat kompor langsung berdiri, menyambutnya dengan ribut sambil membungkuk hormat, "Roh Kayu Abadi."

Tentu saja Roh Kayu Abadi yang dimaksud para roh alam itu adalah Chu Wanning.

Sebenarnya kalau dipikirkan kembali, semua hal yang terjadi di masa lalu sudah memberikan banyak petunjuk. Dulu, Chu Wanning tidak pernah tahu alasan dirinya bisa terhubung dengan senjata surgawi Jiu Ge. Dia juga tidak pernah tahu alasan dirinya bisa memunyai kekuatan yang sangat besar dalam mengendalikan alam dan tanaman, dan juga tidak mengerti alasan Labu Nafsu dan Labu Arak sangat patuh kepadanya.

Sekarang semuanya jelas.

Chu Wanning bagian dari Kayu Abadi Yan Di, sumber

segala tanaman hidup.

Setelah pertempuran Gerbang Kehidupan dan Kematian, Chu Wanning dan Mo Ran memutuskan kembali ke lembah Gunung Nanping. Perlahan-lahan kehidupan mereka menjadi monoton, dan kekuatan

spiritual mereka yang brutal lama-kelamaan menjadi agak tidak berguna. Maka, Chu Wanning memanfaatkan kekuatan spiritual alamnya untuk

memanggil para roh alam, membuat roh-roh kecil, roh tanaman, dan roh gunung di bawah perintahnya.

"Kelihatannya kau ingin jadi raja gunung." Komentar Mo Ran. "Kau hanya kekurangan karpet bulu harimau

sebagai hiasan lantaimu."

Sang Raja Gunung, Kultivator Chu, akhir-akhir ini kurang beristirahat. Beberapa waktu lalu, Xue Meng mengirimkan pesan suara kepada mereka, dengan canggung mengungkapkan keinginannya

untuk berkunjung ke Gunung Nanping saat Fesitval Pertengahan Musim Gugur.

Setelah dua tahun, hubungan mereka semakin canggung seiring berjalannya waktu. Jadi sudah jelas Chu Wanning sangat ingin bertemu murid kesayangannya itu lagi, bahkan satu bulan sebelum festival dia sudah sibuk memikirkan jenis hidangan yang akan dia sajikan kepada Xue Ziming dengan serius.

"Shizun, apa yang sedang kau tulis?"

Malam itu api lilin bergoyang lembut, Mo Ran mendekat dan memeluk Chu Wanning dari belakang, dagunya disandarkan ke lekuk leher Chu Wanning, mata hitamnya melirik alat tulis di atas meja.

💜
Itu hanya pertanyaan dasar, tujuan utama Mo Ran adalah merayu Gege Penyelamatnya untuk ke tempat tidur lebih awal. Mo Ran tidak terlalu tertarik terhadap sesuatu yang ditulis Chu Wanning.

Memang apa lagi yang akan Chu Wanning lakukan? Selain menggambar rancang senjata dan mengirim cetak birunya ke Tuan Ma, pemilik Paviliun Taobao, untuk diproduksi dan dijual dengan harga murah. Kalau ada sisa barang, itu akan dikirimkan ke Puncak Sisheng, bukan kembali ke Chu Wanning.

Tapi ternyata biaya produksi lebih tinggi dari harga jual. Hal ini membuat Tuan Ma selalu merugi, makanya dia akan mendatangi Xue Ziming untuk menutup kerugiannya setiap bulan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 06 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

(212 - 311 ( + extra) The Husky and His White Cat ShizunWhere stories live. Discover now