217 - [Jiaoshan] Mimpi Buruk

123 11 0
                                    

[Jiaoshan] Mimpi Buruk

💜Mo Ran berjalan di sepanjang pusat jalan panjang di depan Istana Surgawi. Setiap batu bata dan batu di bawah kakinya berkilau, seolah lapisan es tipis, memantulkan sosoknya. Tak. Tok. Tak. Tok.

Langkah demi langkah, hanya ada suara hampa langkah kaki bergema di aula.

Namun Mo Ran tidak kesepian, dia tidak sendiri. Dia berdiri di ujung jalan tak berujung di tengah pintu aula Istana Surgawi Sekte Rufeng. Di kedua sisinya penuh sesak dengan manusia, pria, wanita, tua, muda, dengan wajah-wajah berbeda.

Dia berdiri di tengah-tengah. Ini seperti kota kecil. Di sebelah kanannya, mayat-mayat orang Sekte Rufeng yang menganiaya Xu Shuanglin, menjadi orang-orang tercela, dipisahkan, dan dieksekusi dengan berbagai hukuman untuk penjahat. Kemudian dibangkitkan, dihidupkan kembali dan dieksekusi lagi. Di sisi lain, orang- orang menari bebas diiringi musik dan lagu- lagu.

Dia bahkan melihat Luo Xuanxian, yang seharusnya bukan jiwa yang sebenarnya, tetapi merupakan sosok seperti mayat-mayat lain di dalam ilusi, dikendalikan oleh bidak catur, seperti yang terjadi di Danau Jincheng.

Rambut Luo Xianxian diikat menjadi sanggul, dan saat ini dia bersama dengan suaminya Chen Bohuan, tampak nyaman dan santai. Mo Ran juga melihat putri bungsu keluarga Chen, duduk di samping kakak laki-laki dan saudari iparnya, berbicara kepada mereka sambil tertawa. Luo Xianxian bersandar pada Chen Bohuan. Ketika mendengar sesuatu yang menarik, dia akan menutup mulut dengan lengan bajunya dan

tersenyum dengan gembira.

Pemandangan ini adalah mimpi yang indah, tetapi punggung Mo Ran terasa dingin.

Dia mondar-mandir di sepanjang jalan panjang ini, setengah neraka dan setengah surga, dimana yang baik dan yang jahat dipisahkan dengan jelas. Di sebelah kirinya, ada tawa dan senyum, dan di sebelah kanannya, tangis dan derita.

Mo Ran berjalan maju seolah melalui air dan api, cahaya dan bayangan.

Dia melihat ke kiri, ratusan kupu-kupu terbang

berkelompok di tengah bunga-bunga. Air mengucur keluar dari balik pilar, itu adalah air anggur, mengalir menjadi sungai. Di tepinya, beberapa orang membaca dengan santai, yang lain menyanyikan puisi, anak-anak tertawa, para wanita berbaring mabuk.

Dia melihat ke kanan, ada wajan kuningan

panas, minyak mendidih, tubuh-tubuh yang menggeliat-geliat dituangi minyak panas, lidah- lidah mereka ditarik, mereka saling mengutuk, saling menggigit, mata mereka berkilat-kilat seperti binatang buas luka.

Dia juga melihat mantan kepala kuil Kuil Wubei, biksu tua yang telah merencanakan persekongkolan Kompetisi Lingshan. Dia

dikelilingi oleh tiga orang, masing-masing dengan pisau berkarat di tangan, memotong- motongnya secara terpisah. Wajah, kaki, dan tangan, satu per satu pisau. Daging dan kulit yang telah dipotong langsung pulih, dan biksu tua itu hanya bisa menjerit, tetapi hanya menyuarakan raungan kata-kata yang tidak

terucap - lidahnya sudah dicabut. Semakin jauh berjalan, Mo Ran semakin

menggigil.

Dia bahkan tidak ingin melihat ke dua sisi yang berlawanan, tangisan, tawa, kemarahan dan

kegembiraan.

Di sebelah kiri, seorang wanita berkata dengan suara lembut, "Hidup dan mati kesepian. Seorang kekasih tidak bisa memanggil orang tercinta..."

Di sebelah kanan, seorang wanita digigit anjing ganas dan menjerit-jerit.

Cahaya yang tersisa membuat Mo Ran melihat

(212 - 311 ( + extra) The Husky and His White Cat ShizunWhere stories live. Discover now