[Gunung Darah Naga] Kebenaran
Ilusi itu menyala lagi. Kali ini adalah pagi yang hujan, Huaizui sedang duduk di ruang meditasi, memegang tasbih dan mulutnya komat-kamir merapal mantra Buddha. Tiba-tiba, ada kilatan cahaya di pintu. Dia tidak berbalik, hanya meletakkan tongkat kayu dan menghela napas, "Kau sudah bangun?"
Mo Ran berbalik dan melihat Chu Wanning berdiri di luar pintu. Sosoknya yang indah tampak seperti meleleh ke dalam sinar matahari
yang tipis. "Kenapa Shizun harus menyelamatkanku?" "Kail Wubei tidak akan melihat darah."
"Kau memotong jantungmu sendiri untuk membuktikan diri, aku sudah mengerti maksudmu. Kau bisa turun gunung sendiri. Mulai hari ini dan seterusnya, kau tidak boleh kembali.
Chu Wanning tidak membawa barang bawaan. Dia memandang punggung sosok yang dikenalnya itu dalam cahaya lilin, dan setelah beberapa saat berkata, "Shizun." Shizun.
Lalu apa lagi yang harus diucapkan? Selamat tinggal? Terima kasih atas kebaikanmu? Perban di dadanya masih berdarah, pisaunya telah dicabut, tetapi hatinya masih nyeri
Setelah lima belas tahun kepercayaan, akhirnya dia menerima kalimat "aku ingin inti spiritualmu seolah tidak berarti apa-apa. Selama lima belas tahun terakhir, dia selalu berpikir bahwa Huaizui adalah orang yang paling murah hati, bahwa dia akan mengkhawatirkan rumput dan pohon. Dia selalu berpikir bahwa seluruh dunia damai dan stabil
seperti Kota Lin An dan dunia kultivasi atas. Namun itu semua palsu. Itu semua adalah kebohongan Huaizui padanya. Ini puluhan ribu kali lebih menyakitkan daripada inti
spiritualnya yang hancur Chu Wanning menutup mata, dan akhirnya
berkata padanya, "Tidak perlu mengantar... Shizun. Dia meninggalkan kelembutan, kepercayaan,
dan kepolosannya di kuil suci yang khidmat ini. Itu semua adalah yang pernah diberikan Huaizui dan kemudian direnggut olehnya dengan menghancurkan inti spiritual dan cucuran darah.
Dia berbalik dan berjalan pergi
"Aku tahu dia akan membenciku. Bahkan jika
aku mengikutinya turun gunung, rintangan di hatinya tidak akan pernah bisa dilewati." Suara Huaizui penuh penyesalan. "Aku membiarkannya pergi. Sejak saat itu, kesan
ketidakadilan tertancap dalam ingatannya, keegoisan dan kekejaman. Dia tidak lagi mengenalku, dan aku tidak lagi memiliki wajah untuk menyebut diriku Shizun."
"Pada waktu itu, lima belas tahun telah berlalu sejak kelahirannya. Lima belas tahun rumput, musim semi, musim panas, musim gugur, musim
dingin, kegembiraan dan kesedihan, mulai hari itu dan seterusnya, tidak bisa lagi menoleh ke belakang."
Huaizui menyapu pandangannya ke tangga halaman. Daun berubah dari hijau menjadi kuning pucat, dan akhirnya tidak ada satu helai
pun kehidupan yang tersisa di cabang pohon. Itu musim dingin lain satu tahun kemudian. Biksu itu berdiri di bawah atap, terbungkus jubah tebal, menatap salju.
Wajahnya masih muda, tetapi matanya dipenuhi
usia. Seperti semua orang tua lain, dia suka melamun. Jika duduk diam sebentar, secara tidak sadar dia akan jatuh tertidur. "Aku sudah sangat tua, dua ratus tahun.
Kenangan masa mudaku perlahan-lahan.
memudar dari pikiranku, tapi aku masih
mengingat lebih dan makin jelas tahun-tahun ketika Wanning berada di sisiku. Aku kadang- kadang bertanya-tanya apakah seperti ini yang dirasakan para orang tua tentang anak-anak mereka... Tapi orang tua macam apa aku? Aku hanya jagal yang tidak memiliki keberanian."
YOU ARE READING
(212 - 311 ( + extra) The Husky and His White Cat Shizun
FantasyMo Ran merasa bahwa menjadikan Chu Wanning sebagai gurunya adalah sebuah kesalahan. Shizunnya sangat mirip kucing, sementara dia seperti anjing dungu. Secara biologis, anjing dan kucing memang berbeda. Awalnya, si anjing dungu tidak bermaksud mengul...