303 - [Puncak SiSheng] Xue Meng Kehidupan Sebelumnya

102 7 0
                                    


Ada jurang tak berdasar di depan jalan kemartiran. Jurang ini adalah jejak yang ditinggalkan Chu Wanning sebelumnya ketika menggunakan Teknik Membelah Mayat. Hujan mengguyur ke dalam jurang seperti air terjun.

Di atas jurang, seorang lelaki berjubah hitam emas berdiri membelakangi mereka, memegang pedang di satu tangan, energi spiritualnya memancar dahsyat.

Mendengar suara gerakan, jari-jari lelaki itu bergerak sedikit dan perlahan berputar.

Itu Mo Ran!

Dalam badai yang menderu, hati Chu Wanning seolah dibelah dengan kapak. Dia menatap orang di depannya dengan tidak percaya. Demi langit dan bumi, apa yang sedang terjadi?

DHUAR!!!

Percikan listrik putih menyala, diikuti raungan guntur.

Cahaya pucat menerangi wajah Taxian Jun yang berlumuran darah. Wajah itu terlalu mengerikan, dan Shi Mei mau tidak mau mundur selangkah.

Tetapi Chu Wanning tanpa sadar melangkah maju dua langkah.

Jejak darah.

Wajah Mo Ran dipenuhi luka berdarah. Selain wajahnya, setiap inci kulit yang terbuka juga saling silang antara daging dan darah. Dia seperti mayat yang dipotong-potong tetapi gagal hancur karena pisaunya tidak cukup tajam. Seluruh tubuhnya sobek-sobek namun masih terlihat wajah tampan sebelumnya. #

Bibir Chu Wanning memutih, berdiri di tengah hujan lebat, mengamati mayat yang telah disayat oleh ribuan pisau.

Mayat yang masih hidup itu juga menatapnya, sepasang pupilnya yang hitam penuh dengan darah dan air mata.

Pikirannya kabur saat ingatan dan ingatan bertarung. Jiwa dan jiwa bertarung. Mungkin karena terlalu menyakitkan, dia menggunakan tangannya yang bebas untuk memegang sisi wajahnya.

Darah merah gelap mengalir dari sela-sela jarinya bersamaan dengan air hujan.

Bulu matanya yang tebal bergetar, ada amarah Taxian Jun, dan juga ada kebingungan Mo Zongshi, "...Mengapa kau harus melakukan ini padaku?"

Chu Wanning: "..."

"Mengapa kau ingin membunuhku?" Lelaki itu tersentak, matanya memantulkan bayangan Chu Wanning. Perlahan, ekspresinya menjadi tidak berdaya dan lembut. Dia bergumam, "Shizun, adakah yang tidak kulakukan dengan baik?"

"Tidak...."

"Apakah aku membuatmu tidak bahagia lagi?"

Mendengar suaranya, pikiran Chu Wanning kusut dan segalanya berantakan. Dia berpikir, apakah ini Taxian Jun atau Mo Ran? Tidak.... Tidak, itu Mo Ran.

Baik itu Taxian Jun atau Mo Zongshi, keduanya adalah Mo Ran.

Mo Ran bermandikan darah, terhuyung-huyung ke arahnya. Di bawah darah, wajahnya adalah wajah putih mayat, matanya yang terbuka tidak fokus, dipenuhi kesedihan.

💜
"Apa yang kulakukan yang telah mengecewakanmu? Kau harus melakukan ini padaku."

Hujan sangat dingin hingga meresap ke tulang. Chu Wanning hanya menyaksikan Mo Ran berjalan selangkah demi selangkah ke arahnya. Mo Ran menangis, dan semua air matanya adalah darah.

"Berhentilah memukuliku dengan cambuk... aku akan terluka juga... tidak peduli seberapa bodoh, seberapa lambat... kau memukulku... aku akan

kesakitan... Shizun..."

Dari gemetar pelan hingga menggigil, akhirnya limbung, Chu Wanning hampir runtuh.

Dia jatuh tersungkur, meringkuk di tengah hujan, perutnya seolah dirobek dan dihancurkan oleh hantaman cakar tajam. Dia tampak lebih mati daripada Mo Ran di depannya.

(212 - 311 ( + extra) The Husky and His White Cat ShizunWhere stories live. Discover now