(212 - 311 ( + extra) The Hus...

By erryenellis

23.7K 1.8K 72

Mo Ran merasa bahwa menjadikan Chu Wanning sebagai gurunya adalah sebuah kesalahan. Shizunnya sangat mirip ku... More

212 - [Jiaoshan] Pemimpin Sekte Agung
213 - [Jiaoshan] Pertarungan Hidup dan Mati
214 - [Jiaoshan] Inti Spiritual Hancur
215 - [Jiaoshan] Membakar Sisa Tubuh
216 - [Jiaoshan] Jatuh Menjadi Budak
217 - [Jiaoshan] Mimpi Buruk
218 - [Jiaoshan] Sang Kaisar Kembali
219 - [Jiaoshan] Jangan Pergi
220 - [Jiaoshan] Berjalan Berdampingan
221 - [Jiaoshan] Menggenggam Jemari
222 - Transformasi Menyeramkan
223 - [Jiaoshan] Menjauh
224 - [Jiaoshan] Janji Lelaki Terhormat
225 - [Jiaoshan] Tertawakan Aku Yang Gila
226 - [Jiaoshan] Tidak Pernah Lupa
227 - [Jiaoshan] Kata-Kata Dari Masa Lalu
228 - [Jiaoshan] Sebuah Permainan Kosong
229 - [Jiaoshan] Sejak Saat Itu
230 - [Jiaoshan] Pemuda
231 - [Jiaoshan] Sekte Obat
232 -[Jiaoshan] Dua Penglihatan Tidak Jelas
233 - Jika Aku Ingin Mengubah Judul, Aku Bisa Mengubahnya. Plin Plan!
234 -[Jiaoshan] Sang Kaisar Kembali
235 - [Jiaoshan] Menuju Akhir
236 - [Gunung Darah Naga] Huaizui
237 - [Gunung Darah Naga] Shenmu (Kayu Ilahi)
238 - [Gunung Darah Naga] Tanpa Jiwa
239 - [Gunung Darah Naga] Memiliki Hati
240 - [Gunung Darah Naga]Seorang Manusia
241 - [Gunung Darah Naga] Kebenaran
242 - [Gunung Darah Naga] Chu Fei
243 - 18+
244 - [Gunung Darah Naga] Rawa Ular
245 - [Gunung Darah Naga] Saingan Cinta
246 - [Gunung Darah Naga] Mengikat
247 - 18+
248 - [Gunung Darah Naga] Dilupakan
249 - Gunung Darah Naga] Kebenaran
250 - 18+
251 -[Gunung Darah Naga] Kembali
252 - [Gunung Darah Naga] Membagi Jiwa
253 - [Gunung Darah Naga]Bajingan
254 - [Gunung Darah Naga] Merindukanmu
255 - [Gunung Darah Naga] Dituduh
256 - [Paviliun Tianyin] Naik Turun Pengalaman Hidup
257 - [Paviliun Tianyin] Peri Linjiang
258 - [Paviliun Tianyin] Tulang Lunak
259 - [Paviliun Tianyin] Berbagi Jubah Yang Sama
260 - [Paviliun Tianyin] Lahir Seperti Tungku
261 - [Paviliun Tianyin] Fitnah Busuk
262 - [Paviliun Tianyin] Bagian Terpenting Opera
263 - [Paviliun Tianyin] Mimpi Lama Kembali Terulang
264 -[Paviliun Tianyin] Kaisar Seperti Dia
265 - [Paviliun Tianyin] Shi Mei Ganda
266 - [Paviliun Tianyin] Menghangatkanmu
267 - [Paviliun Tianyin] Naga Melilit Pilar
268 - 18+
269 - [Paviliun Tianyin] Kaisar dan Zongshi
270 - [Paviliun Tianyin] Hukuman Akan Dilaksanakan
271 - [Paviliun Tianyin] Pengadilan Final
272 - [Paviliun Tianyin] Kata-Kata Orang Sangat Mengerikan
273 - [Paviliun Tianyin] Berbeda Jalan
274 - [Paviliun Tianyin] Nyaris
275 - [Paviliun Tianyin] Jantung Hancur
276 - [Paviliun Tianyin] Aku Datang Untuk Mati Untukmu
277 - [Paviliun Tianyin] Yang Mulia Ini Kesepian dan Kedinginan
278 - [Paviliun Tianyin] Tidak Pernah Mengkhianati
279 - [Paviliun Tianyin] Malam Bersalju Untuk Sisa Kehidupan
280 - [Puncak SiSheng] Lidah Yang Baik dan Yang Jahat
281 - [Puncak SiSheng] Ingin Melakukan Lebih Banyak Perbuatan Baik
282 - [Puncak SiSheng] Serigala Yang Sendirian Memasuki Situasi Putus Asa
283 - [Puncak SiSheng] Api Akhirnya Menyala
284 - [Puncak SiSheng] Putraku Sangat Berharga
285 - [Puncak SiSheng] Phoenix Api Surgawi
286 - [Puncak SiSheng] Pemuda Yang Sangat Mencintai
287 - [Puncak SiSheng] Tidak Mungkin Lari Dari Takdir
288 - [Puncak SiSheng] Zongshi dan Kaisar Itu adalah mimpi.
289 - [Puncak SiSheng] Mengunjungi Sebagai Hantu
290 - [Puncak SiSheng] Tinggal Bersama Mei Hanxue
291 - [Puncak SiSheng] Dua Dunia Bersilangan
292 - [Puncak SiSheng] Hati Sedalam Laut
293 - [Puncak SiSheng] Kebencian Panjang Sang Kaisar
294 - The dying of death
295 - [Puncak SiSheng] Jalan Kemartiran Untuk Pulang
296 - [Puncak SiSheng] Seperti Dalam Mimpi Waktu Itu
297 - [Puncak SiSheng] Kecantikan Tulang Kupu-Kupu
298 - [Puncak SiSheng] Manusia Tidak Sebaik Surga
299 - [Puncak SiSheng] Tidak Pernah Berhenti
300 - [Puncak SiSheng] Hatinya Seperti Hatimu
301 - [Puncak SiSheng] Masa Lalu Kembali Tumpang Tindih
302 -[Puncak SiSheng] Jiwa Patah di Istana Wushan
303 - [Puncak SiSheng] Xue Meng Kehidupan Sebelumnya
304 - [Puncak SiSheng] Mereka Dari Kehidupan Sebelumnya
305 - [Puncak SiSheng] Persembahan Tubuh Dewa Untuk Iblis
306 - [Puncak SiSheng] Kasihani Tubuhku Yang Berbeda
307 - [Puncak Sisheng] Kelelawar Senja
308 - [Puncak SiSheng] Bekerja Sama Melawan Banjir
309 - [Puncak SiSheng] Mo Ran Tidak Jauh
311 - [Puncak SiSheng] Akhir
BAB EKSTRA 312 - KEHIDUPAN DAΜΑΙ

310 - [Puncak SiSheng] Kartu Terakhir Ada cahaya.

325 17 0
By erryenellis


Ketika Mo Ran membuka mata, dia mendapati dirinya terbaring di langit merah keunguan. Perlahan dia mengerjapkan mata dan memutar leher. Kemudian dia berdiri - dan menyadari bahwa ini bukan langit, tetapi sebuah istana yang terbuat dari batu kecubung. Karena istananya begitu besar, satu batu bata sebesar kereta, sehingga dia salah mengira bahwa ini awan.

Seorang lelaki jangkung berdiri di kejauhan, memandang keluar jendela.

Lelaki itu mengenakan jubah yang teksturnya tidak terlihat jelas dan bertelanjang kaki. Dia memegang cangkir gelas yang bercahaya dan tanpa sadar memutar cairan kuning di dalamnya. Di luar jendela, ada pohon berbunga merah dengan keping-keping perak jatuh dari intinya.

Tidak ada jubah seperti itu di dunia, dan tidak ada bunga seperti itu.

Dan Mo Ran yakin bahwa tidak ada istana seperti ini di dunia.

"Di mana aku?" Dia bertanya.

Ujung jari lelaki itu berhenti bergerak dan dia memalingkan wajah sedikit ke samping. Namun karena melawan cahaya, Mo Ran tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

"Kau sangat tenang, Pahlawan."

Lelaki itu meminum semua anggur di cangkirnya dengan sekali teguk, dengan santai meletakkan cangkir di ambang jendela dan berjalan menghampirinya.

Segera, Mo Ran bisa melihatnya dengan jelas. Lelaki ini memiliki wajah yang sedikit mirip dengan Gouchen Shanggong. Ada tahi lalat merah darah di bawah sudut matanya. Bibirnya sangat tipis, dan tampaknya dia tidak memiliki temperamen yang baik.

"Aku adalah generasai kedua Raja Iblis." Lelaki itu berbicara perlahan, matanya mengamati reaksi Mo Ran. "Kau sekarang ada di Istana Iblis."

Mo Ran terdiam sesaat, lalu berkata, "... Jika kau tidak mengatakan apa-apa, aku akan memperlakukanmu sebagai Kaisar Yama." (")

Lelaki itu terkekeh. "Kau benar-benar yakin bahwa kau sudah mati?" "Tidak." Mo Ran menatap matanya. "Kurasa

tidak. Tapi kurasa aku tidak masih hidup." Senyum Raja Iblis semakin jelas. "Kau benar."

Dia mengulurkan tangan dan ujung jari sarung tangan sisik naga hitam dengan mudah

menembus dada Mo Ran. Tetapi Mo Ran sama sekali tidak merasa sakit.

"Kau bukan lagi orang yang hidup. Kau hanya jiwa yang telah dikumpulkan."

Mo Ran tidak bersuara.

Raja Iblis berkata dengan malas, "Leluhurku telah menetapkan aturan bahwa tulang fana tidak dapat kembali ke Dunia Iblis kecuali telah memusuhi para dewa dan dapat menghancurkan teknik terlarang Fuxi. Dari Formasi Catur Zhenlong sampai Gerbang Ruang dan Waktu Kehidupan dan Kematian, kau telah melakukannya untuk mereka, pahlawanku."

Mo Ran berkata dengan murung, "Bukan itu

yang ingin kulakukan. Itu Hua Binan..."

15:32

X 2HA-Buku 3; Bab 310 - Lima

limekelopak.com

melakukannya untuk mereka, pahlawanku.

Mo Ran berkata dengan murung, " yang ingin kulakukan. Itu Hua Bina "Dia adalah makhluk yang bukan dewa atau iblis." Ada penghinaan di mata Raja Iblis. "Dia pernah bersumpah tidak akan pernah menyakiti kaumnya sendiri. Tapi dia tidak menepatinya." "... Apakah maksudmu dia menyakiti Song Qiutong?" ID

"Tidak." Sepasang mata Raja Iblis yang sepeti batu ruby memantulkan bayangan Mo Ran. Dia mengangkat tangan dan dengan lembut menyentuh wajah Mo Ran. "Kau tahu siapa yang kubicarakan."

"Saat gerbang Dunia Iblis terbuka, kau sudah merasakannya." Tatapan Raja Iblis setajam pisau. "Kalau tidak, kau tidak akan setuju dengan peri kecilmu pada akhirnya. Sebenarnya, hatimu sudah mengerti. "

Mo Ran tidak mengucapkan sepatah kata pun, kedua bulu matanya tertunduk.

Raja Iblis meluruskan tubuh, sosoknya yang tinggi melemparkan bayangan gelap di tanah. Dia berkata, "Mo Weiyu, kau pasti tahu bahwa di dunia ini ada jenis Kecantikan Tulang Kupu- Kupu yang sangat istimewa. Mereka tidak akan meneteskan air mata emas, juga tidak akan memiliki energi iblis. Jika mereka sendiri tidak mengenali leluhur mereka, maka bahkan dengan kecantikannya, Iblis Phoenix Gunung tidak akan dapat mendeteksi mereka. Akibatnya, bahkan sampai mati, beberapa orang tidak akan menemukan jati diri sejati mereka..."

Mo Ran berkata datar, "Terus kenapa?"

Raja Iblis tertawa, "Terus kenapa? Kau seharusnya sadar bahwa energi spiritual sombong dari orang semacam ini diwarisi dari iblis kuno yang sama dengan leluhur Song Xingyi, bertahun-tahun yang lalu."

Sambil berbicara, ujung runcing tiba-tiba menyala dengan kecemerlangan hitam ungu. Dia mengarahkan jarinya ke Mo Ran dan cahaya segera melayang ke dalam jiwa Mo Ran. Pada saat yang sama, Mo Ran merasakan energi yang melonjak kuat melalui tiga jiwa dan tujuh rohnya, yang kemudian terserap sepenuhnya

dengan sendirinya.

Raja Iblis melihat pemandangan di hadapannya dan berkata sambil tersenyum, "Lihat, kau benar-benar bisa menyerap energi rasku."

"Yang kubicarakan adalah kau." Raja Iblis berkata, "Kau adalah Kecantikan Tulang Kupu- Kupu khusus setelah Song Xingyi. Hanya saja kau sendiri tidak pernah menyadarinya. Hua Binan tidak pernah menyadarinya."

Mo Ran mengangkat mata. Raja Iblis melipat tangan di belakang punggung

dan kembali memandang bunga di luar jendela. "Menyedihkan! Dia telah bersumpah, mengatakan tidak akan pernah menyakiti orang, mengatakan pasti melindungi setiap Kecantikan Tulang Kupu-Kupu yang bisa dilindunginya. Tapi telah menyakitimu selamanya."

Mo Ran berdiri dari tanah. Dia sedang tidak ingin mendengarkan omong kosong seperti ini. Apakah dia dibunuh atau dimanfaatkan, itu semua masa lalu.

Saat ini, dia hanya mengkhawatirkan satu hal, "Apakah aku masih bisa kembali?" "Ke mana?" Raja Iblis menoleh untuk

meliriknya. "Dunia manusia?"

"Dunia manusia."

"Apa yang baik tentang dunia manusia? Sekelompok kecoak dan semut. Kau memiliki kekuatan dan kemampuan, dan kau berasal dari rasku." Raja Iblis berkata tak acuh, "Karena kau iblis, maka aku bisa memanggil jiwamu dan memanggilmu kembali ke Istana Iblis. Jika tinggal di sini, kau akan memiliki umur sepuluh ribu tahun. Kau bisa melayaniku dengan kekuatanmu, bisa bekerja untuk keluargaku."

Mo Ran tersenyum. "Maaf, aku hanya membiarkan orang lain bekerja untukku. Aku

belum pernah melayani siapapun."

💜
Raja Iblis menatap dengan mata merahnya, tidak mengucapkan kata pun, hanya mengamati dan sedikit mengecamnya. "...Baiklah." Mo Ran berkata, "Ada satu yang melayani. Aku hanya bersedia melayaninya."

Raja Iblis mencibir, "Kau melayani sepotong kayu?"

"Dia bukan sepotong kayu."

Raja Iblis memutar mata. "Aku bersikap sopan ketika menyebutnya begitu, Xianjun kecil. Dia bahkan bukan dewa, dia hanya bibit busuk yang ditanam Shennong tua." Melihat Mo Ran semakin marah, Raja Iblis menghentikan pembicaraan. Dia membalikkan tubuh dan bersandar ke jendela dengan pinggangnya yang ramping. "Apakah kau bodoh?"

"Kau harus tahu satu hal. Jika kau benar-benar ingin kembali, kau tidak akan mendapatkan pasokan dari ras iblis. Kau hanya bisa hidup selama beberapa dekade, paling lama seratus tahun."

Mo Ran tegang sepanjang waktu, tetapi ketika mendengar ini, senyumnya benar-benar merekah. "Selama itu?"

"Itu benar-benar umur yang panjang di dunia manusia."

Raja Iblis tampak agak bingung, tapi juga tampak agak kesal. "Manusia hanya semut, apa yang bisa kau lakukan dalam beberapa dekade? Apa yang bisa kau lakukan selama seratus tahun? Kau telah merobek Gerbang Ruang dan Waktu, telah menguasai Formasi Catur Zhenlong, aku khawatir bahkan di langit Fuxi tua akan marah setengah mati olehmu. Kau memiliki bakat seperti itu, tapi bersedia menjadi bajingan pengekor." Semakin berkata, dia

semakin tidak senang. Akhirnya, dengan blak- blakan berkata, "Idiot."

Mo Ran menunduk, bulu matanya bergetar. Awalnya, Raja Iblis mengira dia marah, tetapi setelah beberapa saat, setelah mengamati lebih dekat, menemukan bahwa dia sedang berusaha menahan tawa.

Raja Iblis, "

Mo Ran mendongak dan tersenyum cerah. "Bagaimana kau tahu?"

"Di dunia fana, banyak orang yang menyebutku bodoh."

Raja Iblis memijit alis, seolah dia sakit kepala. Dia hampir mengerang, "Mengapa ada iblis yang memalukan..."

"Aku tidak pernah merasa bahwa aku adalah iblis. Aku hanya merasakannya samar-samar begitu Gerbang Dunia Iblis terbuka."

Raja Iblis menatapnya.

Mo Ran tertawa sebentar lalu berhenti. Dia

memandang Raja Iblis dan berkata, "Bagaimanapun, aku masih harus berterima kasih karena kau telah melindungi jiwaku."

"Aku menyayangkan bakatmu." Mo Ran menggeleng. Dia tidak berniat untuk

melanjutkan percakapan ini dengan Raja Iblis.

Dia hanya menggunakan matanya yang pernah

menyentuh hati orang yang tak terhitung jumlahnya untuk menatap Raja Iblis di depannya dengan ketulusan dan kesungguhan. "Tapi aku minta maaf. Aku ingin kembali ke dunia manusia."

Tidak ada yang bicara lagi.

"Alasannya." Akhirnya, Raja Iblis berkata dengan kaku, "Beri aku alasan."

"Karena aku telah berjanji pada seseorang."

Kata Mo Ran.

💜
"Aku telah berjanji. Aku akan kembali padanya."

Istana Salju Kunlun.

Pada saat ini, salju di Pegunungan Kunlun telah berhenti, dan keretakan ruang dan waktu akhirnya tertutup. Arus deras dan peristiwa dari kehidupan masa lalu seperti mimpi yang tidak masuk akal.

Awan-awan di langit perlahan bersinar, dunia kembali indah dan berwarna, luas dan tenang.

"Guru Chu!"

"Zongshi! Zongshi!"

Seseorang memanggil di telinganya, dan kesadarannya perlahan kembali.

Chu Wanning membuka mata, mata itu hampa. Seolah-olah debu dua kehidupan telah berkumpul di sana. Sejenak dia mengira berada di Puncak SiSheng, terbangun di suatu sore musim dingin oleh suara murid-muridnya. Tampaknya di Istana Wushan yang gelap dan dingin, Liu Gonggong menghela napas di samping tempat tidur dan memanggilnya kembali ke dunia nyata.

Lama kemudian, matanya perlahan berangsur- angsur menjadi jernih. Mata cokelatnya berubah ketika melihat para kultivator yang mengelilinginya. Salju turun dari langit, dan malam sudah larut. Semburat merah samar- samar muncul di kedalaman awan.

Dia perlahan memejamkan mata dan berbisik parau, "Mo Ran..."

Tampaknya seorang pemuda yang telah mati menanggapi kerinduannya, atau mungkin karena obsesinya yang terlalu dalam telah membuatnya berhalusinasi - Tiba-tiba dia melihat beberapa garis emas-merah mengalir keluar dari celah-celah Gerbang Ruang dan Waktu Kehidupan dan Kematian, meluncur melewati langit berwarna merah, dan terbang ke kejauhan...

Apa itu tadi?!

Chu Wanning seketika membuka mata, tapi bukan karena teriakan orang-orang di sekelilingnya, melainkan karena garis-garis merah keemasan.

......Apa itu tadi?

Harapannya yang punah dipicu oleh cahaya

indah itu. Dia berjuang bangkit, tidak membiarkan siapapun membantu, dan tidak mengatakan apa-apa. Chu Wanning terhuyung bersamaan dengan cahaya keemasan, diikuti oleh suara-suara cemas dari kerumunan.

"Chu Zongshi..."

Pada saat ini, pasir akhirnya benar-benar tersapu. Semua orang tahu bahwa Mo Weiyu bukan orang berdosa, tetapi harganya terlalu mahal. Tidak diketahui seberapa besar makna di belakang ketidakberdosaan semacam ini.

Tapi sama seperti Mo Ran, Chu Wanning tidak peduli pada pendapat dunia. Dia tahu dirinya sendiri, dia berkepala lumpur, dia sombong, dia kecanduan pada dirinya sendiri. Chu Wanning juga sama. Mereka tidak meminta apa-apa, dan tidak menyesal.

"Shizun!"

💜
Xue Meng ingin mengejarnya, namun setelah beberapa langkah, dia mendengar keributan dari kerumunan.

Seorang murid Gu Yueye berteriak panik, "Zhangmen! Zhangmen, apa yang terjadi padamu?!"

Xue Meng tertegun dan bergegas kembali untuk mendorong kerumunan, melihat Jiang Xi sudah tergeletak di salju. Di bawah tubuhnya ada genangan besar darah.

"Apa yang terjadi?!" Penatua Gu Yueye berteriak marah, "Bukankah tadi tidak apa-apa?! Bagaimana ini bisa terjadi?!"

Beberapa murid menunjuk luka memar di pinggang Jiang Xi dengan takut-takut.

"Ya... apakah dia terkena senjata tajam di dalam banjir? Zhangmen takut situasi akan semakin kacau, jadi dia tidak mengatakan apa-apa..."

Udara dipenuhi dengan bau darah. Sebelum fajar, Jiang Xi berbaring dengan mata terpejam di dunia yang tenang.

"Cepat rawat lukanya!"

"Tunggu apa lagi! Selamatkan dia!"

Hati Xue Meng sangat terguncang dan pikirannya kalut. Di tangannya, dia masih memegang Phoenix Salju yang diberikan Jiang Xi padanya. Dia menoleh, ingin mengejarnya, tetapi hanya bergerak setengah inci sebelum dia berlutut di tanah dan mulai menangis.

Dia tidak tahu seberapa jauh gunung dan sungai

ini, tempat dimana cinta dan benci tidak ada

lagi. Setiap kali diangkat, tidak ada

orang tua yang menemaninya. Anak muda yang

sombong dan bangga dan cerdas yang bertarung

di jalan pedang, telah mengendarai debu merah dan tidak pernah melihat ke belakang. Di jalan berliku Qiongshan, Chu Wanning memandang cahaya merah keemasan yang terbang di langit menuju pegunungan yang jauh...

Percayalah, aku akan baik-baik saja. Aku akan mencoba yang terbaik untuk bertemu denganmu, untuk bersamamu.

Aku akan menunggumu di dunia lain.

Chu Wanning tiba-tiba menggigil, tapi tidak berani berpikir terlalu banyak. Sebelum melihat kebenaran dengan matanya sendiri, dia tidak berani bermimpi.

Saat ini, matahari terbit telah menembus

kegelapan jurang besar, menarik hawa dingin dan suram dari malam sebelumnya. Cahaya keemasan di jalan gunung seketika bertaburan dan menyebar. Cahaya pertama matahari terbit, menyinari lautan luas umat manusia, merayakannya

keberlangsungan hidup dunia dengan kemegahan emas.

Chu Wanning menatap matahari terbit, ujung

jarinya menyala dan memutar kertas mantra.

"Naga lilin - Panggil!"

Dengan lolongan panjang, naga lilinnya. menerobos angin di salju, tubuhnya melingkar dan bunyinya seperti lonceng.

Naga kecil itu mengangkat kepala dan melihat bahwa dunia manusia masih baik-baik saja, hatinya senang. Dia tidak bisa menahan untuk bercanda dengan tuannya, "Apakah sekarang semuanya tenang?"

"Ya."

"Apakah tugasmu sudah selesai?"

"Ya."

Naga lilin bahkan lebih bahagia sekarang. Dia terbang melingkar di udara sebelum kembali mendarat. Kemudian, seperti setiap kali melihatnya, dia menggoda, "Oh ya, Chu Wanning, mengapa kau selalu sendiri?"

Chu Wanning berdiri diam di tengah angin,

serpihan salju jatuh di bulu mata yang panjang. Dia tidak bisa tidak memikirkan kembali kata-kata Mo Ran sebelum dia pergi, dan merasa jantungnya berdentum-dentum seperti genderang. Setelah keheningan yang lama, dia mengangkat kepala dan berkata pada naga lilin, "Bawa aku ke suatu tempat."

"Ke mana?"

💜
Chu Wanning naik ke punggungnya dan naga itu berdiri, menghadap angin dan salju, menyapa bumi. Matahari bersinar makin cerah dan kian cemerlang. Akhirnya, dalam cahaya fajar, dia berkata, "Ke Gunung Nanping. Aku akan menemuinya."

Naga lilin ingin mengoceh pada saat ini, tetapi akhirnya mengangkat kepala dan tidak mengatakan apa-apa.

Sebenarnya, dia sangat tahu ke mana tuannya ingin pergi dan siapa seseorang yang ingin dia temui. Dia meraung nyaring, menampar laut, sebelum melesat ke langit kesembilan, Chu Wanning menoleh untuk memandang gunung dan sungai yang indah dan luar biasa itu.

Langit cerah, awan-awan melayang. Dia melewati jalur Kunlun yang bersalju dan berkabut, menuju cahaya keemasan. Akhirnya, melaju ke arah danau dan sungai di kejauhan dimana gerimis baru saja turun.

Mo Ran telah berjanji kepadanya bahwa dia akan kembali.

Jadi, dia percaya padanya. Dia pergi ke tempat terakhir mereka berpisah untuk bertemu dengannya.

"Katakan... apakah cahaya keemasan itu datang dari jiwanya yang kembali?"

Naga lilin meliuk di antara awan dan berteriak, "Kau bertanya padaku, aku harus bertanya pada siapa?"

"Apakah menurutmu jiwa-jiwa itu akan kembali ke tubuhnya?"

Naga lilin nyaris tidak berhasil mengatakan, "Mungkin..."

Segera, mereka tiba di Gunung Nanping. Tidak bimbang, tanpa keraguan, Chu Wanning tampak pasti ke mana garis-garis cahaya merah keemasan akan pergi. Dia mengendarai naga lilin dan mendarat di luar hutan bambu di kedalaman Gunung Nanping.

"Orang yang kau cari ada di sini?"

Chu Wanning tidak menjawab. Dia turun dari naga dan merasa seolah ada batu berat menekan dadanya, membuatnya tidak bisa bernapas.

"Aku pernah membawa tubuh Mo Ran ke sini sebelumnya." Jari-jarinya gemetar tak terkendali. "Jadi jika jiwanya bisa kembali, maka..."

Awalnya dia ingin mengatakan bahwa itu pasti akan ada di sini, tetapi kata-katanya yang sudah di ujung lidah tidak mampu dia ucapkan.

Bagaimana jika tidak ada di sini?

Dia masih ingin memberi dirinya kesempatan untuk melihat. Dia tidak ingin mati karena kata-

katanya sendiri. Naga lilin, dikelilingi oleh tanaman dan tumbuh-

tumbuhan, menggeleng dan menggeleng. "Lalu bagaimana jika dia tidak kembali?"

💜
"Bagaimana jika cahaya emas itu menyebar sebelum tiba di sini?"

"Bagaimana jika -"

Chu Wanning tiba-tiba berbalik, matanya sengit tapi merah. "Maka aku akan membakarmu dan menguburmu bersamanya."

"Aduh, aku sangat takut."

Naga lilin berubah menjadi sinar cahaya keemasan, tubuhnya yang besar berubah menjadi ular kecil, hinggap di bahu Chu Wanning, menyundul pipi tuannya dengan kepalanya.

Dia tahu sifat Chu Wanning, dia tidak akan benar-benar membakarnya, jadi tidak menganggapnya serius. Dia menghela napas, "Melihat ekspresimu, mengapa aku merasa kau ingin mati bersamanya?"

Sambil berbicara, dia menggaruk bagian belakang kepala Chu Wanning dengan ujung ekornya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Aku takut jika tidak menggarukmu, kau akan pingsan." Naga lilin kecil menghela napas dan menepuk-nepuk ekornya, "Wajahmu sangat jelek."

"Seperti para penjudi yang memiliki tabungan seumur hidup dan berjalan ke kasino untuk taruhan terakhir."

Sekali ini, Chu Wanning tidak membantah. Sebaliknya, dia menutup mata.

Naga lilin kecil mengatakan itu adalah tabungan seumur hidupnya, tapi itu tidak benar.

Dia adalah muridnya dari dua kehidupan, kekasihnya dari dua kehidupan, dan orang bodoh yang menggunakan daging dan darahnya, tidak ragu-ragu untuk jatuh ke dalam rawa-rawa bahkan jika harus menjalani dua kehidupan. Dia adalah sisa hidupnya.

Jalur gunung ini panjang dan bersalju.

Di kejauhan, ada pondok jerami yang sudah bobrok. Chu Wanning berdiri di depan pondok jerami, ujung jarinya bergetar. Di depannya ada pintu kayu tua dan rusak, tetapi tampaknya lebih berat dari Gerbang Dunia Iblis. Tenggorokannya bergerak-gerak, dan darahnya

mengalir deras.

Dia sekaku balok kayu, mengangkat tangan beberapa kali, tetapi selalu kembali jatuh begitu menyentuh pintu.

Naga lilin kecil: "Aiihh, jika kau tidak

mendorong pintu, aku yang akan melakukannya, aku-"

Pintu terbuka.

Bukan Chu Wanning yang mendorongnya, juga bukan naga lilin yang menabraknya.

Pintu itu awalnya sedikit terbuka. kemungkinannya besar, angin mengasihaninya dan tidak tahan melihat keadaan yang menyesakkan, sehingga menutup pintu kayu tipis itu.

Chu Wanning mematung di luar pondok. Dia bisa melihat ruang terbuka di dalamnya.

Pohon-pohon belum bertunas, tetapi cabang- cabangnya tertutup lapisan salju tipis. Angin bertiup, dan serpihan salju berhamburan seperti ubur-ubur. Tersebar menjadi cahaya keemasan. Kemudian, menutupi bahu seorang lelaki.

Mendengar gerakan, sosok itu agak tertegun

sebelum perlahan berbalik.

Cahaya dan bayangan bergerak, dan dalam sekejap, seolah-olah bumi telah diremajakan dan matahari musim panas bersinar terik. Semua suara angin, salju yang turun, dan

gemeresik daun yang tidak bisa didengar Chu Wanning sebelumnya, telah kembali ke telinganya saat ini. Segala sesuatu di dunia ini kembali mengalir ke dalam hatinya.

💜
Dia berdiri di tempat dan ingin berlari ke depan, tetapi anggota tubh dan tulang-tulangnya seolah dituangi cairan timah. Satu langkah pun dia tidak mampu bergerak. Pada saat ini, Chu Wanning seolah kembali mendengar jangkrik berkicau di kaki Menara Tonggak Langit bertahun-tahun yang lalu.

Itu adalah waktu terbaik dalam hidupnya.

Pemuda tampan itu berjalan menuju Penatua Yuheng, yang bersandar di pohon, berjalan menuju awal segalanya, awal nasib dua orang yang kusut.

"Chu Wanning..."

Naga lilin menusuk samping pinggangnya.

Baru saat itulah Chu Wanning berhasil mendapatkan kembali kesadarannya. Namun tenggorokannya masih tercekat dan tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun.

Dia berjalan perlahan menuju lelaki yang berdiri di bawah pohon mati, menuju segalanya, menuju ujung rasa sakit dua kehidupan, menuju ujung dunia.

Angin meniup dedaunan hutan, membuatnya menggigil. Chu Wanning seolah telah melangkah melalui api serigala yang tak terhitung banyaknya. Akhirnya tiba di depan lelaki itu.

Itu seperti bertahun-tahun yang lalu, remaja Mo Weiyu berdiri mantap di depan Chu Wanning, yang berada di masa jayanya.

Dia mendongak dan tersenyum.

“Xianjun, Xianjun.”

Suaranya dari masa lalu masih di telinganya, tetapi telah melewati dua kehidupan ketika

akhirnya bertemu lagi.

"Aku sudah lama memerhatikanmu, mengapa kau mengabaikanku."

Lembah kosong itu sunyi, dan cahaya beraneka warna itu murni. Seolah-olah hanya mereka berdua yang tersisa di antara langit dan bumi, tidak ada yang lain. Mo Ran mengenakan jubah. Wajahnya masih pucat.

Dia menyaksikan Chu Wanning berjalan keluar dari cahaya pagi sampai tiba di depannya. Mata hitam pekatnya secara bertahap menunjukkan sorot yang sangat lembut.

"Shizun..."

Angin berhenti. Di antara awan, cahaya pagi bersinar, bersinar bintik-bintik di antara dua orang di dunia.

"Aku bertemu iblis. Aku mendapat pengalaman yang menarik, aku ingin memberitahumu..."

Gejolak hari kiamat telah berlalu.

Setelah bertahun-tahun dari sekarang, di tempat darah itu tertumpah...

Mungkin ada beberapa bunga prem baru yang

mekar.

.

.

.

######💜💜💜💜

Continue Reading

You'll Also Like

213K 543 20
21+++ Tentang Rere yang menjadi budak seks keluarga tirinya
682K 43.2K 31
Kanara menyadari dirinya memasuki dunia novel dan lebih parahnya lagi Kanara berperan sebagai selingkuhan teman protagonis pria yang berujung di camp...
62K 602 5
Jatuh cinta dengan keponakan sendiri? Darren William jatuh cinta dengan Aura Wilson yang sebagai keponakan saat pertama kali bertemu. Aura Wilson ju...
1.1M 105K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...