Obsesi Devil's

Por ElZaziroh

1.8M 98.9K 27.9K

[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] "GUE BUKAN MAINAN YANG BISA DI KENDALIIN SEENAK JIDAT KALIAN!" "Yang bilang kamu... Mais

P R O L O G
BAGIAN PERTAMA
BAGIAN DUA
BAGIAN TIGA
BAGIAN EMPAT
BAGIAN LIMA
BAGIAN ENAM
BAGIAN TUJUH
BAGIAN DELAPAN
BAGIAN SEMBILAN
BAGIAN SEPULUH
BAGIAN SEBELAS
BAGIAN DUA BELAS
BAGIAN TIGA BELAS
BAGIAN EMPAT BELAS
BAGIAN LIMA BELAS
BAGIAN ENAM BELAS
BAGIAN TUJUH BELAS
BAGIAN LAPAN BELAS
BAGIAN SEMBILAN BELAS
BAGIAN DUA PULUH
BAGIAN DUA PULUH SATU
BAGIAN DUA PULUH DUA
BAGIAN DUA PULUH TIGA
BAGIAN DUA PULUH EMPAT
BAGIAN DUA PULUH LIMA
BAGIAN DUA PULUH ENAM
BAGIAN DUA PULUH TUJUH
BAGIAN DUA PULUH DELAPAN
BAGIAN DUA PULUH SEMBILAN
BAGIAN TIGA PULUH
BAGIAN TIGA PULUH SATU
BAGIAN TIGA PULUH DUA
BAGIAN TIGA PULUH TIGA
BAGIAN TIGA PULUH EMPAT
BAGIAN TIGA PULUH LIMA
BAGIAN TIGA PULUH ENAM
BAGIAN TIGA PULUH TUJUH
BAGIAN TIGA PULUH SEMBILAN
BAGIAN EMPAT PULUH
BAGIAN EMPAT PULUH SATU
BAGIAN EMPAT PULUH DUA
BAGIAN EMPAT PULUH TIGA
BAGIAN EMPAT PULUH EMPAT
EMPAT PULUH LIMA

BAGIAN TIGA PULUH DELAPAN

25.4K 1.4K 1.2K
Por ElZaziroh

38. DUA POSESIF!

____________________

“Mau hukuman pertama atau hukuman kedua. Hm?”

_Celvin Gelvano Axello_


Setelah di kurung beberapa hari dalam ruangan yang Alya sebut sebagai neraka buatan empat lelaki gila itu. Kini, Alya di berikan izin untuk keluar atas perintah Devan, pemuda dengan surai hitam pekat yang berantakan itu baru saja berkelahi dengan Celvin karena keputusan sepihak pemuda itu yang ingin menetapkan Alya dalam ruang penyiksaan itu selamanya.

“Anda sudah rapi Nona” kata seorang pelayan yang baru saja membantu Alya untuk membersihkan diri setelah kurang lebih lima hari Alya belum sama sekali mandi, tubuhnya begitu lengket karena berhubungan badan dengan empat pria bajingan itu tanpa di suruh membersihkan diri. Oh ya Tuhan! Alya benar-benar tak habis pikir. Apa mereka tak merasa jijik harus menyetubuhi seorang gadis yang belum mandi? Alya bahkan merasa sangat jijik pada dirinya sendiri, yang sudah hina. Melebihi anjing.

Menatap pantulan dirinya di cermin, Alya tersenyum pahit melihat dress cantik bermotif Bungan mawar yang melekat pada tubuhnya ini. Dress-nya memang sangat cantik, Alya akui itu. Tapi, apa ke-empat pemuda itu akan memberi Alya izin untuk memakai dress lengan satu jari ini? Tapi, entah kenapa Alya sangat ingin memakainya kali ini. Dress-nya sangat cantik, akan sangat menyayangkan jika Alya tak memakainya.

Berjalan menuju balkon yang langsung menghubungkan pada pemandangan laut lepas dengan kolam di depan mansion ini. Alya sudah kembali ke pulau terpencil ini tepat tiga hari ini sembuh dan sudah di perbolehkan untuk pulang oleh dokter.

Tersenyum cerah. Alya sepertinya harus melihat tanaman Mawar yang sudah ia tanam beberapa bulan yang lalu di halaman belakang. Ya! Alya harus melihat sudah sebesar apa Mawar yang ia tanam dengan Bertta.

Baru saja akan melangkah keluar, suara decitan pintu yang di buka dari luar membuat Alya terdiam di tempatnya berada. Sebelum dua sosok yang selalu menyiksanya mencul. “Aku izin pake dress ya, mau siram Bungan di depan. Boleh, kan?” tanya Alya sedikit cemas kala dua pemuda itu menatap Alya begitu tajam dan menusuk.

Berjalan mendekati Alya dengan tatapan memicing. Memperhatikan beberapa bagian tubuh Alya yang terekspos. “Mau hukuman pertama atau hukuman kedua. Hm?” tanya Celvin dengan wajah yang ia sejajarkan pada wajah Alya.

“Tapi, aku cuman mau pake baju ini sekali. Queen aja boleh pake apa yang dia mau, kenapa aku gak?” tanya Alya mendongak. Menuntut penjelasan dari Celvin yang masih menatapnya lekat.

Berdecak dengan tangan yang ia masukkan kedalam saku celananya. “Hitungan satu sampe tiga, kamu belum ganti. Jangan salahin aku kalo baju itu aku robek disini.” ucap Cleo dengan wajah dingin pemuda berwajah bak bayi itu. Tapi, terlampau dari wajahnya. Sifat Cleo sangat tidak cocok dengan wajah bak pahatan sempurna pemuda berdarah dingin itu.

Menghela nafas lelah. Alya memilih kembali masuk kedalam walk in close miliknya, mengambil baju yang lebih tertutup dari celana panjang jeans di padukan dengan sweater rajut berwarna ungu tua. Berjalan keluar setelah dirasa sudah cukup. “Al, nanti. Kami akan pergi untuk dua hari, kamu bisa, kan. Jagain Queen?” tanya Devan yang entah sejak kapan sudah berada di kamarnya bersama dengan Varren.

“Hm”

“Aku tak suka mendengar deheman mu. Jadi jawab yang ben—”

“Tak usah di perpanjang! Alya menjawab pertanyaan ku. Bukan kalian!” potong Devan kala Varren hendak melayangkan protes pada Alya yang baru saja keluar dari kamar terkutuk itu. Heran, apa mereka tidak paham jika saat ini mental Alya sedang tak baik-baik saja karena penyiksaan yang mereka lakukan. Akibat ulah Alya yang terus membangkang?

“Jangan coba-coba untuk kabur.” peringatan Cleo sungguh tak di pedulikan oleh Alya. Karena hingga titik darah penghabisan, Alya akan tetap berusaha untuk kabur dan menyelamatkan diri dengan cara apapun juga.

“Apa hanya itu, yang bisa kau ucapkan Cleo? Tak ada yang lain? Sungguh. Aku muak dengan mulut sampahmu itu!” ucap Alya dengan suara yang lantang. Ia tak akan takut dan gentar sedikitpun, karena semakin ia takut. Maka semakin besar empat pemuda ini akan berusaha mengendalikan kehidupan Alya sesuai dengan kemauan mereka.

“Ck! Kua baru saja keluar dari—”

“Ya! Aku memang baru saja keluar. KELUAR dari ruangan neraka. Tak pernah aku bisa bayangkan, bagaimana jika Queen yang berada di posisiku. Mungkin, ia akan bunuh diri karena stres menghadapi pria GILA SEPERTI KALIAN sialan!!” ucap Alya menggebu-gebu. Lelah harus menahan rasa sesak dalam relung hatinya. Ia tak sanggup, tapi. Setidak sanggup apapun Alya, empat pemuda ini tak akan pernah melepaskan dirinya. Bahkan, jika roh Alya sudah berpisah dari tubuhnya.

“Jaga bicara mu. Sialan!” tunjuk Varren murka. Sedangkan yang di tunjuk dengan santai mengangkat dagu seolah menantang pemuda itu untuk menyiksa Alya seperti beberapa hari yang lalu.

“Jika aku sialan! Kau apa?” tanya Alya dengan senyum mengejek. Membuat Varren kepalang kesal dengan sikap wanita di depannya ini.

“Kau! Beraninya ka—”

“Jika kau menggertak ku. Jangan pernah mengharapkan kaki kirimu masih utuh besok!” ancaman penuh akan tatapan dendam dan kemarahan yang besar itu berhasil membuat empat pemuda itu diam. Sikap Alya begitu tak asing. “Dan ya. Dua hari adalah waktu yang cukup untuk membuat semuanya kacau. Jadi, pulang lah cepat. Jika tidak, pulau kalian ini, akan aku bakar.” seringai Alya sebelum menepuk pundak Celvin dua kali.

“Terkejut, Dark?”

Deg!

Seakan tak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Celvin sampai tak tahu harus menjawab dengan apa. Bukan kalimat ancaman Alya yang membuat ia terpaku, tapi panggilan Alya. Dark? Hanya satu orang yang tahu panggilan itu. Tapi, kenapa Alya bisa tahu?

Jangan cepat menyimpulkan Dark. Kau akan tau siapa aku! Jadi, ayo bermain sebelum pulau ini aku bakar dengan kalian di dalamnya. Batin seseorang yang melihat di balik pintu dengan seringai licik.

***

BRAK!!

Terlonjak kaget dengan tatapan yang tertuju pada satu orang pembuat onar. Yang dengan tak tahu etika menggebrak meja makan, Celvin menyimpan sumpit miliknya. Sebelum berkata, “Apa masalah mu, Alya?” tanya Celvin dengan suara yang mengintimidasi.

Terkekeh dengan tangan yang di lipat di depan dada. Alya menaikan sebelah alisnya, menatap tajam gadis yang duduk di tempat miliknya. Tempat yang tak boleh siapapun duduki, kecuali ia. “Kenapa kursi milikku. Di duduki, oleh jalang kalian?” tanya Alya berhasil membuat empat pemuda itu kepalang kesal. Apalagi mendengar hinaan yang di lontarkan oleh Alya pada Queen. Sungguh! Kepala mereka ingin meledak rasanya.

“Apa maksud mu?! Ini memang kursi Queen!! Kursimu di situ. Jadi, jangan berbuat keributan!”

Mengambil pisau diatas meja. Alya dengan raut wajah tenang menusuk pisau tersebut pada meja, yang berhasil membuat meja kaca tersebut retak. “Jangan pernah kau, meninggikan nada bicara mu Dark. Kau bisa menggertak Alya. Tapi tidak dengan ku! Paham?!” setelahnya Alya pergi meninggalkan meja makan dengan empat pemuda dan Queen yang terdiam kaku.

“Alya seperti orang lain.”

Dia bukan Alya. Batin seseorang dengan tatapan lekatnya pada pisau yang masih menancap sempurna pada meja makan tersebut.

***

“Bagaimana keadaannya?” tanya seorang pria kala seorang suster tengah memeriksa keadaan pasien yang cukup mengenaskan beberapa saat yang lalu. “Buruk Dok. Pasien banyak kehilangan darah, dan beberapa bekas cambukan pada tubuh pasien cukup parah” kata suster memberi laporan.

Sedangkan di luar sana. Seorang pemuda tengah berharap cemas agar sang gadis yang masih di tangani oleh dokter dan para suster sembuh. Sial! Harusnya mereka bebas dari lama. Ini semua berkat empat pemuda sialan yang telah menculik dan menyiksa mereka itu. “Gua bakal cari lo berempat. Alya gak boleh jatuh di tangan para iblis kaya kalian!” ucapnya marah.

“Keluarga dari Clara?”

“Saya dokter, saya sepupunya” ucapnya berdiri kala seorang dokter baru saja keluar dari ruangan milik Clara. “Ayo ikut saya” kata sang dokter berjalan lebih dulu yang di susul olehnya dari belakang.

Tak membutuhkan waktu yang lama, mereka akhirnya sampai di depan ruangan dengan papan nama di atas pintu. Ia yakin, jika ini adalah ruangan pribadi milik sang dokter. “Silahkan duduk” ucap sang dokter kembali.

“Jadi, bagaimana dengan sepupu saya Dok? Apa dia akan baik-baik saja?”

Menghela nafas sejenak. Sang dokter mulai berbicara dengan raut wajah yang lebih serius lagi dari sebelumnya, “Sebelum saya menjelaskan lebih detail. Saya ingin ajukan beberapa pertanyaan lebih dulu”

“Silahkan”

“Jadi, saudara Haidar. Apa anda benar sepupunya? Jika di lihat. Kalian tak terlihat mirip sama sekali”

Menghela nafas sejenak. Apa Haidar harus menceritakan semua ini? Tapi, jika ia lakukan. Maka akan sangat panjang urusannya nanti, mereka pasti akan di bawa oleh polisi terkait penyelidikan lebih lanjut.

“Saya memang sepupunya Dok. Jika anda tak percaya, anda bisa tanyakan itu nanti ketika dia sadar. Jadi, bisa tolong beritahu saya, apa yang terjadi pada Clara?”

Mengangguk paham. “Sepupu kamu kehilangan banyak darah, dan bagian tubuhnya terlihat banyak bekas cambukan. Dan maaf tentang ini, tapi. Sepupu kamu mengalami penyakit HIV” ucap sang dokter berhasil membuat Haidar terdiam seribu bahasa.

“Saya mohon, lakukan apapun untuk menyembuhkan sepupu saya Dok.” pinta Haidar terlihat begitu gusar. Penyakit yang Clara alami pasti akibat ulah orang biadab yang telah menculik mereka itu. Sial! Ini semua salahnya. Kenapa Haidar sangat lama menolong Clara? KENAPA?!!

“Kami akan berusaha sebisa mungkin” kata sang Dokter. Sebelum Haidar pamit untuk keluar dan menemui Clara yang mungkin kini belum juga sadarkan diri.

TBC

HALO SEMUANYA!! APA KABAR?

Kangen gak sama cerita ini? Gimana? Kalian bisa tebak gak flashback sebelum perubahan sikap Alya? Apa aku harus kasih spoiler lewat tiktok? Hm, ntar deh. Aku pikirin dulu

Jangan lupa follow akun Ig di bawah ini:
—Elzazlnp
—Cleo_abigael
—Queenby_Xivanya
—Devan_rulo
—Varren_abraham

700 vote+700 komen untuk lanjut part berikutnya♡♡

Selamat menunggu part selanjutnya♡

Continuar a ler

Também vai Gostar

8.6K 568 34
Menceritakan kisah seorang gadis yang selalu mendapatkan siksaan dari papanya. Ia dipaksa mendonorkan ginjal untuk sang papa... Setelah sekian lama...
MAS BULE ~ BL Por July

Outros géneros

994K 73K 72
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
1.7K 78 4
Hidup di dunia ini sesungguhnya adalah tentang perjalanan, bukan tujuan. Seperti cerita setiap perjalanan, kisah selalu dimulai dari sebuah titik awa...
250K 23.2K 74
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.