Si Kelas Petualang; By Sweeat...

By Sweeattrio

781 146 1

Ada tiga orang gadis yang hidup bersama dari kecil, mereka bernama Shaynala, Asa, dan Vyora. Hidup mereka ber... More

INTRODUCING
INTRODUCING 2
chp 1; "Tentang Hari Ini."
chp 2; "Mulai dari sekarang?"
chp 3; "The Adarlan City."
chp 4; "Lama menunggu ku?"
Extra Intro
chp 5; "mulai dari nol."
chp 6;"Luminara's Side"
chp 7; "Kekacauan"
chp 8; "Ruang Investigasi"
chp 9; "Benar atau Tidak?"
chp 10; "pemberontakan"
chp 12; "Vyora dan Kisahnya."
chp 13; "Membongkar Kotak Masalalu"
chp 14; "Membongkar Kotak Masalalu pt.2"
chp 15; "Kembali"
chp 16; "Terpisah."
chp 17; "Bertemu lagi."
chapter 18 + pengumuman.
chp 19; "Iblis di Dalam Jiwaku."
chp 20; "Sampai Sini Saja?"
ext chp; One.

chp 11; "Shaynala dan Lukanya."

35 7 0
By Sweeattrio

05.55

Shaynala terbangun di markas, dia melihat sekelilingnya. Semuanya masih tidur, Shaynala bangkit dan berjalan kearah kamar mandi.

Disaat kedua kakinya berpijak di lantai kamar mandi, dia menatap cermin yang berada didepannya. Shaynala menghela napas dan membasuh wajahnya, setelah itu dia berjalan keluar dari kamar mandi. Karena dia tidak tau mau melakukan apa, dia mencoba untuk kembali tidur. Tetapi dia sudah tidak bisa tidur

Shaynala berjalan keluar dari kamar yang luas itu, Shaynala berjalan di koridor markas. Dia menemukan peta ruangan di ruang tengah, di sisi kanan dinding.

Koridor sebelah kanan ada 3 ruangan, kamar, kamar mandi dan ruang ganti. Koridor sebelah kiri ada 3 ruangan juga, ruangan latihan menembak dan memanah, ruangan latihan bela diri, dan gym. Dan terakhir halaman belakang, Shaynala penasaran dengan halaman belakang markas.

Shaynala berjalan ke pintu yang berada di ruang tengah, pintu yang mengarah ke halaman belakang. Shaynala membuka pintunya dan menatap langit, sudah mulai terang tapi masih gelap. Nyatanya halaman belakang hanya tempat bersantai,Shaynala melangkah keluar kedalaman belakang markas lalu dia duduk di salah satu bangku di teras lalu dia menatap langit yang kunjung terang, lalu Shaynala melipat kakinya dan bersandar ke bangku.

Hela napas Shaynala mematahkan kesunyian disekitar, lalu Shaynala menatap kedua kakinya. Lelah masih memeluk pundak Shaynala erat erat, padahal dia sudah beristirahat dengan waktu yang lama. Shaynala menunduk.

Tetapi sunyi terhenti disaat pintu berdenyit, Shaynala menoleh kebelakang dan menatap Alan yang membuka pintu dan berjalan kearahnya.

"Kenapa disini? Kamu ga kedinginan?"

Shaynala menatap Alan yang menghampirinya, Alan berdiri di sebelah Shaynala yang duduk di bangku.

"Siapa?"

Tanya Shaynala lalu membuang muka, Alan tersenyum dan menatap Shaynala dan surai hitamnya yang mengkilap.

"Temannya Asa."

Jawab Alan dan tetap tersenyum pada Shaynala, Shaynala yang duduk di bangku heran dengan orang yang katanya 'Temannya Asa' ini.

"Iya tau, tapi namanya siapa?"

Tanya Shaynala sekali lagi, Alan tersenyum dan duduk di samping Shaynala.

"Gatau."

Dengan senyuman bangga Alan menjawab, tetapi itu membuat Shaynala kesal.

"Gila."

Ucapnya lalu berjalan pergi memasuki markas, mungkin kalian sudah menebak nebak kalau Alan tertarik dengannya. Setelah Shaynala memasuki markas ternyata diruang tengah sudah banyak orang yang berkumpul.

Aurel, Oline, Azizi, Ellia, Adara, dan Naya sedang duduk di kursi meja makan sambil memakan sarapannya dengan sedikit topik pembicaraan. Vyora, Asa, Senja, Keira, Rayna, Sheva, dan Qhia sedang bermain tebak tebakan. Mungkin sisanya masih ada di kamar. Tetapi Liz, Gina, dan Khairan ada di sudut ruangan sedang sibuk bermain ponsel.

Shaynala berjalan mendekati kumpulan Vyora, disaat Vyora duduk di antara Asa dan Vyora, Alan berjalan memasuki markas dan berjalan ke kumpulan temannya.

.

.

.

.

Alan duduk di sebelah Sabintang, walau dari jauh dia bisa menatap punggung Shaynala secara diam diam.

"Menarik."

Monolog Alan, tetapi setelah itu dia diajak bermain game oleh Bintang.

.

.

.

07.05

Mereka masih bersantai di markas bahkan sesudah mengacaukan pusat kota, markas ini memang seperti rumah yang nyaman, cocok untuk tempat beristirahat dan penginapan. Mereka tidak berpikir untuk pergi pergi, mungkin besok saja karena mereka juga masih lama disini.

Untuk hari ini, patroli diserahkan kepada pasukan prajurit lain karena kelas visual sudah meminta izin kepada Mr. Oscar. Kedua kelas dari kedua pihak kota hanya sedang bersantai di markas yang nyaman.

Shaynala kini sedang sibuk dengan ponselnya, begitupun lainnya. Tetapi Shaynala sudah mulai bosan, hari masih tersisa banyak.

"Kalian tidak bosan?"

Tanya Shaynala kepada teman temannya.

"Ya bosan lah."

Jawab Aurel, Ellia mengangguk setuju dengan yang Aurel ucapkan. Asa bersandar di sofa dan menghela napas, Aurel menatap langit langit ruang tengah. Disaat mereka berpikir apa yang akan mereka lakukan di hari yang kosong tanpa kegiatan ini tiba tiba speaker di sudut atas ruangan berbunyi.

"Waktunya latihan bertempur."

Anak anak mengingat bahwa mereka memang tidak punya waktu untuk keluar dan berbelanja.

"Ayo deh, daripada disini terus."

Ucap Asa dan berdiri dari duduknya dan menatap teman temannya, karena memang perintah dari Sean dan kebetulan mereka bosan, ya mereka pergi ke halaman belakang markas.

.

.

.

Di halaman belakang, mereka pemanasan terlebih dahulu. Shaynala meregangkan kedua kakinya, Shaynala mengangkat kakinya dan menatap Rayna yang menatapinya.

"Apasih?"

Shaynala ditatapi saja dia sudah marah, apalagi diganggu. Rayna menggeleng.

"Tidak."

Rayna tersenyum dan menatapi Keira yang menghampirinya.

"Kita berpasangan, Asa yang suruh."

Ucap Keira dan tersenyum, setelah itu Sabiru menghampiri Shaynala.

.

.

Shaynala dan Vyora sudah mengambil posisi, pewaktu sudah menghitung dan pertempuran pun mulai.

Keduanya sama sama ingin menyerang terlebih dahulu, Vyora mengangkat kaki kanannya dan menendang kepala Shaynala. Jarak antara kaki Vyora dan kepala Shaynala sudah sangat dekat, tetapi Shaynala melangkah kebelakang untuk membatalkan serangan Vyora.

Vyora tersenyum tipis dan memutar badannya lalu menendang perut Vyora dengan telapak kakinya. Tepat sasaran.

Pertempuran satu lawan satu berlanjut dengan waktu dua menit, dan di tonton orang orang sekitar.

.

.

Dua menit berakhir, Shaynala dan Vyora telah selesai latihan, berikutnya adalah Ellia dan Adara. Keduanya sudah siap di posisi, Adara bergerak lebih dulu, Adara berlari lurus kearah Ellia dan memukul perutnya. Tetapi Ellia berhasil menahan serangan dari Adara, Ellia menarik tangan Adara dan menahannya.

Selagi pertempuran satu lawan satu mereka berjalan, Vyora dan Shaynala sama sama kesakitan, Vyora mengobati luka Shaynala disaat dia menendang betisnya. Shaynala yang tidak terima dengan serangan Vyora saat itu menatap Vyora dengan tatapan sinis, Vyora yang menyadari bahwa Shaynala marah tersenyum.

"Kenapa?"

Shaynala menyenggol lengan Vyora yang dia tarik tadi untuk membalas kesakitannya.

"Eh, sakit tau."

Celetuk Vyora yang sedang mengobati Shaynala, Shaynala membuang muka setelah dia selesai di obati. Vyora terkikik dan menyenggol balik Shaynala.

"Sebentar aku mau beli eskrim, aku tidak membagikannya dengan orang yang sedang marah."

Ucap Vyora merayu rayu Shaynala yang sedang marah, Shaynala pun tersenyum dan menatap Vyora.

"Aku tidak marah."

Jawab Shaynala dan tersenyum ceria. Tepat saat mereka berbincang, Adara dan Ellia sudah selesai bertempur. Adara dan Ellia sama sama mendapatkan sedikit goresan dari pertempuran tadi, Ellia duduk di gazebo yang ada di halaman belakang sambil dibantu oleh Adara.

"Aduuuuh.."

Ellia bersuara disaat duduk, Vyora menatap mereka berdua dan tersenyum. Ellia kesakitan sambil memegang lututnya.

"Pasti kamu mengincar lutut terus ya Dara?"

Adara tersenyum tipis dan duduk di dekat Ellia, Adara menatap Vyora yang bertanya.

"Bisa dibilang begitu.."

Kata Adara sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, Vyora hanya tersenyum.

.

.

.

.

12.09

Setelah latihan, Shaynala dan lainnya akan mandi tetapi tiba tiba Asa menghampiri Shaynala dan tersenyum.

"Kamu dipanggil sama Alan ke ruang latihan menembak dan memanah."

Shaynala membeku disaat Asa menyampaikan berita itu, yang lain malah senyum senyum menatap Shaynala.

"Cie, di ajak sama Alan."

Ucap Vyora, ekspresi Shaynala menjadi kecut. Yang lain menjadi ribut karena berita itu, Shaynala menghela napas, mau tidak mau dia harus ke ruangan latihan menembak dan memanah.

Dengan penuh perasaan menyerah, Shaynala berjalan ke ruangan latihan menembak dan memanah. Shaynala memasuki ruangan dan menatap Alan yang menunggunya.

Shaynala menghela napas, tetapi dia kesini juga karena ingin melatih keahlian menembak miliknya. Shaynala memasang ikat pinggangnya dan mengambil pistol yang menancap di saku kecil ikat pinggang miliknya.

"Kenapa?"

Tanya Shaynala, dia tidak terdengar tertarik dengan Alan, Shaynala malah sibuk dengan pistolnya. Setelah mengisinya dengan peluru, dia menargetkan pistolnya kearah target.

"Aku hanya ingin mengajakmu bicara."

Shaynala meluncurkan satu peluru, hampir tepat sasaran, dengan muka datar Shaynala meluncurkan satu peluru lagi.

"Bilang saja sekarang, aku tidak punya waktu lagi sesudah meluncurkan 5 peluru."

Jawab Shaynala, Alan tersenyum dan menatap Shaynala yang ingin menarik pelatuknya lagi.

"Menurutmu apa itu cinta?"

Tanya Alan kepada Shaynala, jari Shaynala yang sudah hampir menarik pelatuk terhenti. Shaynala tidak menyangka dia akan diberikan pertanyaan seperti ini. Shaynala terdiam dengan waktu yang sedikit lama, Alan menatap Shaynala dan membiarkannya untuk berpikir.

"Jangan bertanya padaku, aku bukan ahlinya."

Jawab Shaynala dan meluncurkan tiga peluru, setelah Shaynala menjawab, Alan menjadi paham bahwa Shaynala memang tidak cocok diberikan pertanyaan seperti itu. Alan mengangguk sambil menatap Shaynala yang sudah menaruh kembali ikat pinggang miliknya.

"Besok waktunya untuk keluar, tanya teman temanmu."

Ucap Alan dan tersenyum kepada Shaynala, Shaynala mengangguk sebelum berjalan keluar. Ternyata di ruang tengah anak anak sedang menonton film sambil makan, Shaynala menghela napas dan mengambil handuknya, Shaynala berjalan ke kamar mandi depan kamar.

.

.

.

17.23

Vyora telah memesan banyak eskrim lalu membagikannya kepada orang orang di markas, Shaynala memakannya sambil menonton film. Begitupun yang lainnya. Aurel menatap Shaynala dan bertanya:

"Kamu melakukan apa sama Alan? Kudengar dengar orangnya seru."

Tanya Aurel kepada Shaynala, Shaynala hanya menatap televisi dan menghela napas.

"Sama sekali tidak seru, dia hanya orang yang suka omong kosong."

Jawab Shaynala dan menatap televisi, Aurel mengangguk angguk lalu menatap televisi.

Film di dalam televisi menunjukkan adegan dimana seorang kakak menyiksa adiknya sampai adiknya memohon mohon kakaknya untuk berhenti. Saat itu Shaynala terdiam, bahkan dia berhenti memakan eskrim miliknya.

Dia teringat akan seorang kakak..

Flashback.

Shaynala terduduk di sisi ruangan sesudah didorong oleh kakaknya, Shaynala menatap perjaka yang dia anggap kakak itu dengan ketakutan. Tangan Shaynala bergetar, boneka yang dipegang Shaynala jatuh dari tangannya.

Pria muda itu tertawa sambil menendang Shaynala, Shaynala sudah tidak mampu mengeluarkan kata setelah di cekik oleh kakaknya. Setelah itu pria muda itu menarik rambut Shaynala.

"Lihatlah dirimu.. Tidak ada yang ingin menolong orang yang menyedihkan sepertimu.. Mama dan papa tidak pernah menginginkan kau ada didunia ini!"

Ucapnya lalu mendorong kepala Shaynala ke dinding.

Back to reality.

Shaynala tersadar disaat dia disenggol oleh Asa.

"Kamu kenapa?"

Asa menatap Shaynala yang menatap televisi, Asa menatap televisi dan menghela napas.

"Tidak usah dilihat."

Asa menarik Shaynala untuk bersandar di sofa, Shaynala menunduk dan menatap eskrimnya yang sudah cair, untung bukan eskrim cone. Shaynala segera memakan habis eskrimnya, setelah itu dia membuang kemasan eskrimnya.

Dia pun berjalan ke halaman belakang dan duduk di bangku tadi pagi, dia menatap bulan yang segera terbit. Lalu menghela napas, Shaynala menunduk dan mengayunkan kedua kakinya.

Teringat masalalunya yang kelam itu membuat dia lemah dan menyerah, air mata Shaynala hampir terjatuh karena mengingat seberapa sakit pukulan yang di daratkan kepadanya kala itu.

Lalu tiba tiba pintu berdenyit lagi seperti tadi pagi, Shaynala menatap ke belakang dan melihat sosok Alan. Shaynala pun langsung membuang muka tidak ingin memperlihatkan air matanya yang mengalir, dia segera menghapus air matanya.

Alan mendekati Shaynala yang duduk seorang diri dan mengelus punggungnya, Alan tersenyum dan menatap punggung Shaynala.

"Kamu lelah sekali ya?"

Tanya Alan kepada Shaynala, Shaynala menggeleng.

"Sok tau."

Ucapnya lalu berdiri dan meninggalkan Alan. Alan menghela napas dan duduk ditempat Shaynala tadi, lalu dia menatap bulan yang bersinar. Alan mengatakan:

"Cantik."

Dia bermaksud untuk mengatakan itu kepada Shaynala. Tetapi pintu berdenyit, dia kira itu Shaynala ternyata itu Liz.

"Halo, kenapa disini?"

Tanya Liz yang melihat sosok Alan seperti kesepian, Alan pun tersenyum dan menatap Liz yang duduk di sebelahnya.

"Tidak apa."

Setelah itu mereka berbincang bincang sampai lupa waktu di halaman belakang.



































Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

6.9K 620 5
•Seri keempat dari serial "Detective Yoshi"• Kali ini Yoshi dihadapkan dengan sebuah kasus perampokan yang membingungkan. Korbannya mengalami kerugia...
41K 4K 35
Dalam kegelapan malam yang sunyi, [Name] mengemban kisah hidup penuh tantangan. Di lorong-lorong sekolah, bayangannya sering menjadi sasaran ejekan d...
8.9K 591 10
Sedikit cerita,bukan drama :)
25.8K 2.2K 15
Menjadi anak bungsu tidak buruk Hanya saja, aku merasa seperti hama Semua kebenaran yang kuucapkan tak berharga di telinga kalian Hanya terpengaruh t...