I'm The Protagonist

بواسطة adeleiaa_

114K 13.5K 1.7K

Yovie memiliki tunangan dan akan menikah. Tepat di hari pernikahannya, Yovie menyaksikan bahwa sang tunangan... المزيد

00. Yovie or Leona
01. MPLS
02. Lambe Turah
03. Mendadak Terkenal
04. Lucas Hartwell
05. Hari Kedua
06. Lolos Perangkap Gray
07. Gamaliel Candice
09. Gadis Itu?
10. Viral
11. Mainan
12. Badut

08. Nasib Sial

6.2K 797 105
بواسطة adeleiaa_

Vote dulu sebelum baca 🌟

Tandai typo jikalau ada :)

Happy Reading.

***

Leona kini berada di rumahnya, ia terduduk malas di sofa usang yang berada di ruang tamu. "Ponsel ini udah ketinggalan jaman, buat main game atau sekedar video call aja gak bisa."

Jarinya mengotak-atik isi ponsel, Leona meringis melihat ponsel tersebut yang sangat jadul. Leona melempar asal ponselnya, ia miris sendiri dengan kehidupannya sekarang.

Gadis itu bangkit berdiri, berjalan menuju dapur untuk melihat isi kulkas. "Makanan juga gak ada, untungnya gue ada uang yang dikasih Gama," gumam Leona kembali keluar dari dapur. Ia akan membeli bahan makanan, tidak mungkin Leona mati kelaparan karena menahan diri agar tidak mengeluarkan uang dan tidak makan.

Karena tidak ada kendaraan, Leona terpaksa menaiki Bus. Jarak pasar dari rumahnya lumayan jauh, Leona bisa tepar duluan sebelum sampai ke pasar.

Leona memilih kursi yang agak jauh dari orang-orang, sudah dibilang bahwa dirinya introvert dan susah bersosialisasi, jadi Leona hanya diam dan memandang luar jendela yang perlahan menggelap. Benar, sekarang sudah memasuki waktu malam.

Sebenarnya ia tak ingin keluar saat malam hari, sebaiknya Leona berdiam diri di dalam rumah. Namun, rasa lapar tidak dapat Leona tahan.

Beberapa menit berlalu, Bus berhenti di tempat tujuan. Leona dan sebagian penumpang lain mulai turun satu-persatu.

Melihat pasar yang masih banyak orang, Leona menghela napas lega. Gadis itu melangkah semakin ke dalam, menyusuri pasar.

"Cantik, sendirian aja?"

Leona tersentat kaget, ia memandang 3 pria yang tampak seperti hidung belang kini berdiri di depannya. "Huh?"

"Mau ikut sama Om gak?" tanya pria di tengah seraya tersenyum lebar.

"Dijamin enak kalau kau ikut kami," sahut pria di sebelah kiri.

Leona berbalik badan, ia berjalan menjauhi mereka dengan langkah cepat. Namun, tangannya dicekal cukup kuat hingga meninggalkan memar.

"Kenapa pergi? Kau tidak mau ikut bersama kami?" tanya pria di sebelah kanan. Tangan satunya ia gunakan mengusap dagu Leona, sedangkan tangan yang menahan Leona masih di posisinya.

"Sshhh... lepaskan!" kesal Leona berusaha menghentakkan tangannya.

"Kau harus ikut bersama kami, wajah dan tubuhmu sangat menggoda untuk dicicipi," ucapnya mengelus pipi Leona.

Rahang Leona mengetat, gadis itu mengangkat satu kakinya ke udara.
"Menjijikkan, pergi sana!"

BUGH!

"ARGHHH, BANGSAT!"

Pria itu melepaskan cekalannya, ia langsung memegang bagian kelaminnya yang ditendang oleh Leona.

"KEJAR DIA SAMPAI DAPAT!"

"Baik, ketua!"

"Tau begitu mending gue beli di Minimarket!" batin Leona berlari menghindari para pria tersebut. Leona melirik ke belakang, matanya terbelalak melihat sekitar 20 pria mengejarnya.

Orang-orang yang berada di pasar memilih menyingkir dan berdiam diri tidak ingin ikut campur dengan pria-pria berbadan besar itu.

"Ternyata mereka bukan bertiga doang di sini?!" Leona menelan ludah, kakinya berlari menjauhi pasar.

Leona berlari lurus tanpa mengenal jalan yang dilewatinya, ini pertama kali Leona melewati jalan ini. Kondisi di sekitar begitu gelap dan sepi, hanya ada beberapa lampu taman yang menyala.

"BERHENTI, JALANG!"

"Gue gak bisa terus lari," gumam Leona berusaha mengatur napasnya.

Tubuh ini sepertinya tidak kuat berlari lebih lama, Leona menduga tubuh ini lemah karena kurang asupan gizi.

"Ah, gue bisa mampus!" Leona melirik lagi ke belakang, para pria itu sudah tidak jauh darinya.

Kenapa mereka ikut mengejarnya? Leona 'kan cuman menendang biji satu orang!

***

"Tuan muda, transaksi yang dilakukan sudah selesai."

Seorang pria berjas hitam menunduk, di tangannya ada sebuah pil di dalam kapsul putih. Matanya melirik ke Tuan mudanya yang menatap datar jalanan di depan.

"Berapa?"

Tahu yang dimaksud majikannya, pria tersebut menjawab sembari memberikan pil itu ke rekannya. "50 pil yang berhasil ditransaksi, 250 juta sebagai bayarannya."

"Dia menjual 10x lipat lebih mahal?"

"Mereka mengatakan pil ini terbatas, 3 bulan ke depan mereka akan kembali mengekspor."

Tatapan pria yang dipanggil Tuan muda itu menajam, mata hitam pekatnya kalau dilihat begitu menusuk. "Kelinci keparat," ujarnya mengapit rokok dan mengisapnya. Jas hitam yang tidak terpakai dengan benar berkibar oleh angin, memberi aura kepemimpinan yang mengintimidasi.

"Apa kita akan langsung pulang, Tuan muda?" tanya bawahan yang berdiri di samping kanan.

Pria itu menatap para bawahannya sekilas, lalu memandang ke para pria berbadan besar yang berjejer. "Temui pihak transaksi tadi, seret dia ke sini."

"Baik, akan saya laksanakan."

Sembari menunggu, pria itu kembali memandang ke depan yang minim pencahayaan seraya ditemani puluhan bawahannya.

***

"KENAPA SAYA DISERET BEGINI?!"

"Diam, bodoh!"

"TRANSAKSI SUDAH SELESAI––"

BUGH!

"Apa maksud Anda menjual 10x lipat?" tanya pria itu menatap lawan transaksinya yang terduduk di bawah seraya memegang hidungnya.

"Ukkhhh..."

"Tuan Sae sepertinya bosan hidup," lanjutnya dingin.

Pria bernama Sae tersebut menggigit bibirnya, menahan kesal karena diinjak dan dipandang rendah oleh pria yang berdiri menjulang di hadapannya.

Sae melihat pria itu mengeluarkan sesuatu, tak lama dirinya tersentak kaget.

"Tahan dia."

"Lepas!" teriak Sae panik ketika kedua tangannya ditahan.

Pria itu berjongkok, tangannya mencengkeram kuat dagu Sae.

Sebuah pil masuk ke dalam mulut Sae, membuatnya kalang kabut. Sae memberontak, tapi ia tidak bisa terlepas.

"Air."

Salah satu bawahan pria itu memberikan sebuah gelas, Sae semakin tidak karuan kala mengenali jenis minuman yang terisi tersebut.

Alkohol.

Melihat pil tersebut sudah masuk ke tenggorokan, pria itu berdiri. "Keroyok sampai sekarat," perintah pria sembari membuang asal gelas tadi.

Mata Sae terbelalak, ia menatap mereka yang mendekat ke arahnya. "JANGAN MENDEKAT, SIALAN!"

***

Leona meringis saat kakinya terasa sangat berat, ia sudah tidak tahan terus berlari menghindari mereka yang masih mengejarnya. Langkah kaki Leona perlahan memelan, sudah tidak sanggup untuk berlari lagi.

Ia pasrah, kalau Leona memaksakan diri sama saja mencari mati. Kakinya lemas, sendi-sendinya pun sepertinya sedikit bergeser.

"Begini amat nasib gue," gumam Leona meremas dadanya.

Tatapan Leona jatuh ke depan, di mana banyaknya mobil yang berjejer rapi di pinggir. Leona mengernyit bingung, apa di tempat sepi seperti ini ada orang? Jika benar, Leona harus meminta pertolongan.

Dengan sekuat tenaga, Leona berjalan menuju ke sana. "Semoga ada orang," ucapnya melihat ke belakang sekilas.

Untung para pengejar itu masih di belakang, belum terlalu dekat dengan posisinya.

"Tol––"

Ketika sudah sampai di dekat mobil, Leona mendadak terdiam. Pikirannya tiba-tiba negatif thinking, berpikir bagaimana jika para pemilik mobil ini orang jahat yang sedang melakukan tindakan kriminal? Hal itu juga didukung karena kondisi sekitar tidak ada apa-apa, kecuali pepohonan dan satu bangunan besar yang terlihat terbengkalai.

Leona menelan ludahnya susah payah.

"WOI, JALANG!"

Leona tersentak kaget, ia menoleh ke arah para pengejar. Sudah tidak ada pilihan lain, Leona memilih meminta tolong ke para pemilik mobil ini daripada harus tertangkap mereka.

"Tolong!"

Gadis itu berusaha sedikit berlari, Leona mendekat ke arah salah satu pria, menyembunyikan diri di belakang tubuhnya.

"To-tolong saya," ujar Leona terbata-bata.  Matanya melirik ke sekitar yang terdapat pria-pria berbadan kekar, memiliki tato, dan wajah menyeramkan.

"Anda siapa?" tanya salah satu pria tersebut.

"Sa-saya Leona, saya sedang dikejar preman yang ingin menangkap saya. Saya mohon, tolong saya dari kejaran mereka," kata Leona menyatukan tangannya sambil menunduk.

"Preman?"

"SINI LO SIALAN!"

"Itu me-mereka," lanjut Leona membuat mereka menatap ke asal suara.

Leona refleks mencengkeram pakaian pria di depannya, ia menggigit bibir ketakutan. Leona berharap mereka akan menolongnya, kalaupun mereka sama-sama orang jahat, Leona sudah pasrah akan hidupnya.

•••

Selamat tahun baru semua!! ❤️‍🩹❤️‍🩹

Jangan bosan ya baca cerita ini
(*´﹀'*)

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

2.4M 132K 29
Madava Fanegar itu pria sakit jiwa. Hidupnya berjalan tanpa akal sehat dan perasaan manusiawi. Madava Fanegar itu seorang psikopat keji. Namanya dike...
Say My Name بواسطة floè

أدب المراهقين

1.2M 72.5K 35
Agatha Kayshafa. Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu. Pradeepa Theodore...
1M 19.5K 46
Gadis cantik yang masih duduk di bangku SMA terpaksa menjalankan misi misi aneh dari layar transparan di hadapannya, karena kalau tak di jalankan, ma...
681K 19.9K 40
Ivander Argantara Alaska, lelaki yang terkenal dingin tak tersentuh, memiliki wajah begitu rupawan namun tanpa ekspresi, berbicara seperlunya saja, k...