Young Lady, Helene Morgan [EN...

By sourbxrries

642K 59.9K 787

Ibuku bilang, selama ini kami harus hidup susah dan terus-menerus bersembunyi karena ayahku sangat membenci k... More

Chapter 00
Chapter 01
Chapter 02
Chapter 03
Chapter 04
Chapter 05
Chapter 06
Chapter 07
Chapter 08
Chapter 09
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Author Note (A/N)
LIMITED TIME
Extra Chapter - 01
PDF
WON'T GET DIVORCE!

Chapter 13

22.7K 2.2K 21
By sourbxrries

Chapter 13 : Today it's my day

Selama satu tahun pertama hidup sebagai Nona Muda Morgan, semuanya terasa menyenangkan. Karena aku hanya bermain-main setiap harinya.

Namun, ketika usiaku genap menginjak sepuluh tahun, beberapa guru didatangkan ke kediaman keluarga Morgan untuk mendidikku.

Pada generasiku, hanya aku satu-satunya keturunan yang ada. Karena itu, aku secara otomatis akan menjadi penerus kepemimpinan atas Grand Duchy of Morgan di masa depan.

Tidak ada yang memaksaku. Bahkan jika aku menolak, cetusan mengenai statusku sebagai penerus akan dicabut. Aku bisa bermain-main sesukaku seumur hidup tanpa memiliki tuntutan dan beban.

Namun, aku harus hidup bertanggung jawab.

Aku harus bertanggung jawab atas kewajibanku sebagai penerus keluarga Morgan karena setengah darah yang mengalir dalam tubuhku adalah darah atas nama Morgan.

Jadi, secara suka rela—bahkan bersemangat—aku mengemban pendidikan dan melakukan banyak kegiatan.

Aku belajar ilmu ekonomi, politik, juga sejarah kekaisaran.

Aku juga belajar ilmu bela diri, berpedang, dan memanah.

Kelas ilmu militer terkadang juga dilaksanakan—hanya beberapa kali.

Di luar ilmu pendidikan formal, aku juga mendapat kelas mengenai silsilah keluarga serta aturan-aturan tak tertulis mengenai status seorang Morgan.

Kepada siapa aku harus tersenyum dan menyapa, kepada siapa aku perlu bertingkah sopan, dan kepada siapa aku boleh mengangkat dagu dan menatap angkuh—dibandingkan orang yang harus kuhormati, jumlah yang boleh kuacuhkan jauh lebih banyak.

Kapan aku perlu bersikap dingin, kapan aku bisa bersikap hangat bahkan tertawa.

Aku mempelajari semuanya hingga akhirnya terbiasa. Sama sekali tidak sulit, justru cukup mudah.

Darah seorang Gerald Stanley Morgan mengalir deras dalam tubuhku, sehingga kurang dari satu tahun belajar, gestur tubuhku seluruhnya menjadi persis seperti Grand Duke of Morgan itu.

Selain itu, aku pun melakukan sebuah tradisi turun-menurun khusus untuk calon pewaris.

Meminum racun.

Setiap seminggu sekali aku harus meminum racun yang berbeda agar sistem imunitasku meningkat dan tubuhku memiliki kekebalan terhadap racun.

Tujuannya adalah untuk menghindari salah satu bentuk ancaman pembunuhan yang bisa datang kapan saja, dari siapa saja.

Aku tidak khawatir. Aku tidak akan mati. Karena ahli peracik obat dan dokter selalu mendampingiku dan mengawasi tiap kali tradisi meminum racun dilakukan.

Dosisnya pun sudah diukur dengan takaran sesuai agar tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan.

Bersamaan dengan kekebalan tubuhku yang terus meningkat, jenis racun yang harus kuminum juga bertambah setahap demi setahap level mematikannya.

Aku harus terus melakukan rutinitas itu sampai aku kebal terhadap semua jenis racun.

Butuh waktu yang panjang karena ada banyak jenis racun yang harus kuminum setiap satu minggu sekali.

Aku terus mengulangi rutinitas itu—belajar dan meminum racun—selama bertahun-tahun. Hingga tanpa terasa kini aku sudah menginjak usia tujuh belas.

***

"Astaga! Nona Muda, anda cantik sekali! Anda gadis tercantik yang pernah saya lihat seumur hidup saya!"

Pelayan yang baru saja selesai menata rambutku memekik karena hasil karya tangannya sendiri.

Kalimat seruannya terdengar hiperbola. Sangat berlebihan. Sungguh.

"Sekarang tolong berdiri dan lihatlah pantulan diri anda di cermin!"

Tidak ada salahnya menurutinya.

Aku bangkit dari kursi dan berdiri di hadapan cermin sembari menatap pantulan tubuhku di kaca satu arah itu dengan saksama.

Gaun merah yang kukenakan tampak kontras di atas kulitku yang terang. Rambut hitam dan manik mata abu-abu yang kumiliki membuat penampilanku tampak tegas.

Namun, fitur wajahku yang kecil membuat kesan imut tetap ada—bukan aku yang mengklaimnya sendiri, itu kata pelayanku.

"Kau cantik sekali, putriku."

Sebuah kalimat yang baru saja mengudara menarik atensiku. Aku sontak menoleh, menatap ke ambang pintu. Aku refleks tersenyum simpul.

"Kau juga tampan sekali malam ini, Ayah."

Pria tinggi itu terkekeh renyah. "Benarkah?"

Aku berdehem dan mengangguk kukuh.

Omong-omong, ketika usiaku sepuluh tahun, kuputuskan untuk mulai memanggil Paman dengan sebutan 'ayah'.

Walau dia tidak benar-benar puas karena menginginkan sebutan 'papa', pada akhirnya ia tidak memaksakan kehendaknya dan menghormati pilihanku.

[A/n: sebutan 'ayah' lebih formal dan kaku dibandingkan sebutan 'papa', ibarat kata 'father' dan 'daddy' dalam panggilan bahasa inggris]

"Apa kau sudah selesai?" tanyanya.

"Sudah," sahutku sigap. "Kan?" tanyaku pada pelayanku, memastikan. Dia mengangguk.

"Kalau begitu, ayo ke aula pesta, Helene."

***

Dulu, aku takut pada orang asing.

Dulu juga aku sempat menolak pesta penyambutan sekaligus acara perkenalanku pada dunia sosial yang hendak Ayah adakan untukku karena takut Ibu mengetahui keberadaanku setelah aku kabur.

Namun, kini berbeda. Aku sudah tidak takut lagi. Pada orang asing, dunia sosial, maupun ibuku.

Aku telah menjadi gadis yang percaya diri, menjadi seorang gadis pemberani.

Aku tumbuh menjadi persis seperti ayahku, Gerald Stanley Morgan. Kepercayaan diriku, keberanianku, semuanya hasil didikan Ayah.

Jadi, ketika pintu aula dibuka, aku melangkah dengan percaya diri sembari menggandeng lengan Ayah.

Tatapanku hanya lurus ke depan, tidak mau peduli pada tiap pasang mata yang menatapku dengan makna tatapan yang berbeda-beda.

Kami berjalan membelah kerumunan manusia dan menjadi pusat atensi.

Sesampainya kami di tempat yang seharusnya, Ayah langsung membuka acara dengan menyapa dan memberi sambutan singkat.

Seperti yang bisa ditebak dari karakter Grand Duke of Morgan, kalimat Ayah benar-benar singkat, langsung ke inti.

"Putriku juga akan menyampaikan sesuatu."

Aku sontak menoleh, menatap Ayah dengan mata melebar—terkejut. Ini tidak ada dalam agenda acara.

Namun, bukannya merasa bersalah, Ayah justru melirikku sembari tersenyum kecil, berekspresi mengejek.

Aku mendengus. Bisa-bisanya Ayah mengerjaiku di hadapan banyak orang seperti ini.

Tapi, baiklah. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Lagi pula, tiba-tiba aku punya hal untuk disampaikan.

"Selamat malam semuanya. Saya Helene Stanley Morgan, putri tunggal Grand Duke of Morgan. Terima kasih karena telah bersedia meluangkan waktu untuk hadir di pesta debutante saya."

Aku menyapa dengan senyum ramah. Namun, reaksi yang kudapatkan justru dingin. Tatapan-tatapan tajam penuh telisik dan keingintahuan menusukku dari segala arah.

Kedua sudut bibirku sontak mengendur. Tidak ada lagi ekspresi hangat yang terbit di wajahku. Aku membalas tatapan-tatapan mereka dengan tatapan yang dingin juga.

"Pasti ada banyak pertanyaan di benak para hadirin sekalian. Seperti ... siapa sebenarnya gadis ini? Sejak kapan Grand Duke memiliki anak haram? Siapa ibunya? Dari mana asal-usulnya? Dan berbagai pertanyaan tidak sopan dan lancang lainnya. Tidak perlu bertanya dari mana saya tahu. Karena tatapan dan ekspresi anda semua yang mengatakannya."

Sebagian orang tersentak. Tubuh mereka menegang, seakan baru saja tertangkap basah, seolah tebakanku memang benar.

"Tapi itu bukan sesuatu yang perlu dipikirkan apalagi dipusingkan. Itu bukan hal penting yang memiliki peran besar dalam keberlangsungan hidup kita semua. Jadi ... mari hidup dengan mengurus urusan masing-masing, tanpa perlu ikut campur dengan asal-usul kehidupan orang lain."

Aku tersenyum di akhir kalimatku.

Ekspresiku kembali hangat dan ramah. Namun, mereka yang melihatnya justru merinding dan terintimidasi.

.

.

~ To be continued ~

Helene Stanley Morgan, 17 y.o
© picture by pinterest

Published on 02-12-2023

Continue Reading

You'll Also Like

1.1K 84 6
Baca aja dulu~ warning!!!⚠️ #bxb #typo #mengandung🔞 #gknyambung #cerita ini tidak terlalu sama dengan cerita aslinya....gimana sih ngomongnya? begi...
ATHENA By Jo

Fantasy

66.8K 5.3K 28
Athena adalah kandidat tunggal untuk menjadi seorang putri mahkota dan calon ratu di negeri Azerbazan. Akan tetapi, tiba-tiba Aaron memilih Elora unt...
163K 16.2K 113
"Tolong jadikan aku rakyat biasa." Perkataan dari anak perempuan itu membuat satu aula terdiam. "Tapi kau berada di nomor dua puluh empat dari tahta...
44.4K 4.4K 37
Awalnya semua tampak membosankan. Ayahku seorang Duke, ibuku punya banyak naga dan aku punya tiga kakak pria yang sangat kuat dan melindungiku. Aku...