Sahabat ko gitu! 21+

By helloanniie

494K 7.1K 78

"Pija lo harus bantu gue. menikahlah dengan Bang Al." persahabatan dari sekolah menengah pertama sampai dia b... More

Lo gila, yah!
Persetujuan nikah
Tidak ada hambatan
Ayah Rey
Proses sungkaman
Malam pertama
Kenapa harus aku?
Mesum
Jangan bawa persahabatan kita!
Yah, maaf
Senior atau senior
Terlalu banyak perbedaan
Modus
Ujian
Pija menangis
Yang di tunggu Al (21+)
Kecelakan
Nenek lampir
Kemarahan
Boleh yang? (21+)
Penjelasan
Permohonan maaf (21+)
Spill dong
Chat Pak Adi
Rumah baru
Marahnya Bang Al (Area dewasa)
Sarapan pagi bagi Bang Al

Hmm

13.1K 181 0
By helloanniie

Suasana kantin di jam 12 siang terlihat ramai, para mahasiswa sedang berbondong-bondong mengisi perutnya di berbagai kantin yang di sediakan. Semua ibu kantin terlihat kualahan, pandangan Pija jatuh kepada ibu-ibu kantin.

"Ssstt," Ara menyengol Pija menggunakan siku nya. Karena intesitas perhatian Pija dari tadi hanya ke depan. Tidak melihat ada yang datang ke meja mereka. "Ja, ada Pak Adi." Bisik Ara.

Pija berbalik dan ternyata apa yang di bilang Ara benar adanya. "Pija, Ara"

"Iya, Pak." Sahut Pija dan Ara serempak.

"Pija, minggu lalu sudah yudisium?"

"Alhamdulilah pak." Jawab Pija. Posisinya Pak Aldi masih berdiri di samping Ara yang duduk.

"Jadi berkasnya sudah selesai semua?"

"Belum Pak. Ini sementara mau di urus, sekalian minta temanin sama Ara." Kali ini, kalimat Pija sebagai akhir dari pembicaraannya dengan Pak Adi. Sebelum Pak Adi di panggil oleh dosen lain.

"Astaga Ja." Ucap Ara yang sedikit syok mengetahui Pak Aldi benar-benar sesuai apa yang di gosipkan. Maksudnya gencar mendekati Pija walau hanya tanya ini dan itu tapi, bukan kah ada jarak antara mahasiswa dan dosen yang secara tidak kasat mata. "Pak Adi tanya lo?"

"Lo pikir, Pak Adi tanya setan." Jawab Pija dengan sinis.

"Omg, omg ini serius?" Dengan heboh Ara di tempat duduknya.

Pija memutar bola matanya secara malas melihat tingkah Ara. "Apaan sih Ra,"

"Sumpah! Harusnya Bang Al berbangga hati telah ku berikan jalan untuk menikah dengan perempuan yang di rebutkan banyak pria." Harusnya Pija sudah sedikit tahan dengan Ara yang akan tiba-tiba lebay seperti ini. Tapi, seakan Pija lupa jika yang di samping ini kadang berubah-ubah. Tergantung kondisi dan keadaan. "Gue harusnya tidak minta hanya sepatu waktu itu, mobil atau rumah kemungkinan di kasih."

Pija sudah tahu hal itu. Bahwa Ara meminta imbalan kepada Bang Al tentang dirinya yang bersiap menjadi penganti pengantin. Ara juga ingin membelikan Pija barang waktu itu tapi, Pija menolak. "Ra, diam deh. Malu dilihatin banyak orang."

"Malu apaan. Orang juga cuman cerita gini ko."

Ara dan Pija memang menunggu pesanannya di antar. "Lo heboh banget."

"Heboh apaan? Orang-orang itu kali yang baru lihat selebgram." Dengan super pede Ara bilang seperti itu.

Pija mengedipkan bahunya. Tanda sudah bosan dengan tingkah Ara yang ke pedean plus heboh. Pesanan mereka datang dan Pija memilih menikmat makanannya sedangkan Ara sibuk makan sambil cerita ini dan itu.

"Ja, lo udah gituan dengan Abang?" Kuah mie ayam yang baru masuk dimulut Pija tiba-tiba minta keluar karena tersedak.

Uhuk, uhukkk

"Ja, ini minum air."
Ara memberikan Pija es tehnya. Setelah mendengar Pija terbantuk karena tersedak oleh makanannya sendiri. "Lo makan hati-hati deh. Bikin takut aja." Pija ingin sekalih membunuh Ara yang berstatus adik iparnya, saat ini juga. Bagaimana tidak dengan entengnya Ara manesahatinya soal makanan. Padahalkan yang harus disalahkan dalam hal ini, yaitu Ara sendiri. Karena bisa-bisanya Ara mengajukan hal yang tidak terduga saat dirinya makan.

"Bacot!" Umpat Pija dengan kesal. Karena tenggorakannya terasa perih akibat Ara. "Ini tuh, bukan gue yang makan terburu-buru. Tapi. Gara-gara pertanyaan lo yang naudzubillah mengerikan."

"Pertanyaan gue tentang lo dan Abang, udah gituan." Pija mengangguk dan dengan malas-malasan Pija mendorong mangkoknya ke tengah meja. Bertanda menyudahi makannya lantaran tenggorakan perih. "Yah kan. Gue cuman nanya."

"Kalo nanya lihat tempat lah Ra."

"Yah maaf. Gue cuman penasaran. Jadi lo benar udah gituan?"

Mengigit bibir bagian dalamnya. Lalu pelan-pelan Pija menangguk.

"Serius?"

"Hm." Pija memilih berdehem menjawab pertanyaan Ara. Karena memang 2 hari lalu Pija melakukan hubungan suami istri bersama Bang Al. "Lo udah makan?" Tanya Pija mengalihkan pembicaraan.

"Udah." Jawab Ara setelah meminum es tehnya. "Yah udah, gue bayar dulu, terus kita ke cafe depan. Gue mau dengar cerita fullnya." Mungkin Ara sepemikiran dengannya. Karena banyak mahasiswa yang mencari kursi kosong. Jadi mau tidak mau Pija ingin segera keluar dari kantin ini dan perihal menceritakan kegiatan itunya. Mungkin Pija bisa mengalihkan pembicaraan lagi. Walau kemungkinannya hanya kecil tapi, Pija akan mencobanya.

Ara tidak memiliki mata kuliah di hari ini dan kesibukan live di instagramnya juga lagi kosong, sehingga Pija meminta tolong Ara untuk menemaninya ke kampus. Mengurus beberapa berkas yang perlu di tanda tangani. Pija ingin ikut wisuda bulan depan maka, Pija harus mengurus secepatnya berkas persyaratan wisuda. Pija juga takut jika kuota wisuda full dan dirinya harus tunggu wisuda 4 bulan lagi untuk di wisuda.

Beberapa berkas belum bisa di ambil dari ruangan administrasi fakultas karena belum di tanda tangani oleh dekan fakultas. Dekan fakultas sendiri katanya keluar kota dan besok datang. Makanya, Pija tidak bisa 1 kali mengurus berkas kliring ini. Kemungkinan paling cepat seminggu kalo rajin ke kampus. Setelah seminggu di rumah Abang Al akhirnya mengizinkan ke kampus dan perihal Ayah Rey yang di rumah sakit sudah mulai membaik. Pija tidak berpikiran untuk memberitahu Ayah Rey tentang kejadian itu, dimana Istri Ayah Rey meminta buku tabungannya.

"Ja." Panggilan itu membuat Pija tersadar. "Yuk turun." Ternyata dari tadi Pija diam dengan pikiran -pikirannya yang kemana-mana.

(Gambar hanya pemanis, sumber Pinterest.)

"Jadi lo, benaran gituan sama Abang?" Baru saja pelayan cafe itu mengantar pesanannya. Ara sudah bertanya lagi tentang itu. "Abang gue ngga belok?"

"Ngga belok sama sekalih." Jawab Pija menyakinkan.

Ara di tempatnya memerhatikan mimik wajah Pija. Mencari kebohongan Pija tapi, Ara tidak menemukan apapun. Apalagi di kedua mata Pija yang berbinar saat membicarakan itu. "Masa iya."
Pija menangguk. "Lo waktu gituan, nyalahin lampu atau tidak?"

"Nyalahin."

"Lo sadar yang di atas lo. Adalah Abang? Bukan orang lain."

"Sadar."

"Mainnya sampai berapa kali?"

Pija berpikir. Mengingat berapa kali Abang Al menyentuhnya. "Hm, tiga deh kayanya."

"Yah tuhan, Abang gue normal." Dengan histeris Ara berucap. "Makasih Ja, lo memang sahabat gue. Satu-satunya."

"Lebay banget."

"Aduh, gimana ngga lebay kalo Abang udah 31 tahun tapi, ngga pernah dekat cewe. Apalagi kalo buka belok dong."  Ara memberikan alasan yang sama di dengar Pija sebelum Pija menjadi istri Abang Al. "Enak ngga sih gituan?"

"Enak. Awalnya sakit, perih dan kaya di bagian bawa terbelah dua gitu. Tapi, lama-kelamaan enak banget."

"Akh ko gue mau rasakan juga."

"Makanya, nikah dulu sana."

"Nikah sama siapa. Pacar saja ngga punya."

"Makanya, cari pacar." Ejek Pija.

"Nyebelin." Perdebatan mereka baru di mulai. Ara tentu tidak mau di kalah begitu pun Pija. Selain perdebataan, mereka juga sharing berbagai macam yang perlu dan Ara juga suka nyingun tentang Pija yang melakukan hubungan suami istri itu kaya seperti bertanya ini. 'Lo ketagihan, ngga?', 'sejak lo buka segel. Berapa kali lo udah lakuin?', 'Lo suka posisi apa? Women top atau apa?' Ara tentu tidak menyia-yiakan mengintrogasi Pija ini dan itu. Pija juga tidak menutupi apapun menjelaskan apa yang di minta Ara.

Pija juga bilang bawa Abang Al sudah nyatain cinta dan benar saja Ara kembali heboh. Mengundang tatapan ingin tahu dari banyak pengujung cafe, karena ke hebohannya. Pija hanya perlu banyak bersabar menghadapi Ara yang ada di depannya.

Byuurrrr

Di saat mereka asik bicara. Tiba-tiba ada orang datang lalu menyiram kepala Pija dengan jus jeruk dan sebuah pekikan Ara terdengar di telingah Pija.

"Dasar pelacur!" Teriakan nyaring itu Pija dapat dan posisi masih duduk. Pija tahu siapa orang itu, yaitu adik dari Tante Sintia istri Ayah Rey. "Lo godain Om lo sendiri. Lo tidur sama adik bapak kandung mu sendiri. Untuk dapat uang iya. Dasar jalang sialan." Sebuah makian dan umpatan itu dan juga tamparan di terima Pija secara cepat. Dalam hitungan menit Pija sudah tidak tahu apa yang terjadi. Pija membeku di tempatnya melihat dan menyaksikan Ara berkelahi dengan adik dari Tante Sintia di depannya serta tatapan orang-orang yang sudah menyungingkan bibir tanda mengejek dan mengjudeg dirinya. Jangan lupakan hp yang terus mengarah padanya dan tidak lama semua gelap secara tiba-tiba bagi Pija.

***

Sulbar, 26 Oktober 2023

Selamat membaca... jangan lupa tinggalkan vote dan komen yah.

Continue Reading

You'll Also Like

352K 38.2K 22
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
797K 12.2K 21
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
16.6M 691K 40
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
341K 41.7K 43
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...