fairy and devil | nomin, mark...

By jaeminuman

52.1K 6.3K 706

"aku hanya suka pada dewa minhyung!" -na jaemin, little fairy "kau takut aku membunuh minhyungmu itu?" -lee j... More

0 | king of the moon
1 | sasung temple
2 | sooyoon sky
3 | hatae tower
4 | unsealed
5 | mysterious world
6 | god minhyung
7 | flower
8 | withered
9 | life saver
10 | sunrise
11 | fairy donghyuck
12 | fairy test
13 | ilcho
14 | nono & jasmine
15 | fantasy crystal
16 | disenchanted
17 | lee jeno, moon clan
18 | moon vs sky
19 | changyoon sea
20 | anger
21 | swapping bodies
22 | fairy = devil
23 | patricide
24 | checkmate
25 | ambush
26 | turnover
27 | flower in the moon clan
28 | foxy ideas
29 | worldly feelings
30 | injoon
31 | thousand-level illusion
32 | falter
33 | demesne
34 | homicide
35 | riddle
36 | the beginning of destruction
37 | pinkish heart
38 | ice cream mode
39 | live your own life
40 | yoonmi pool
41 | party at the mansion
42 | good boy gone bad
43 | pairs
44 | a miss
45 | useless great trick
47 | banquet
48 | clownery things
49 | literally a clown
50 | what if...
51 | where does broken heart go?
52 | connexion
53 | knotty
54 | gloomy
55 | the wedding
56 | horror
57 | sugar-coat
58 | do not kick up a row
59 | the union of hearts
60 | fairies who commit sins
61 | supreme lord's sacrifices
62 | jasmine fairy's sacrifices
63 | wheel
64 | dreadful
65 | tears & kindness
66 | nana
67 | a world full of poison
68 | the war
69 | it looks like an ending, but it's not
70 | for the sake of love
71 | the illusion of the dozens of skies
72 | rebirth
73 | the guardian gods of the three worlds
74 | seo
75 | the broken hearts of the knights
76 | story at the heeyoo pavilion
77 | the contrarian of fate
78 | the king's death
79 | epilogue
hi! it's been a week

46 | comradery

429 47 0
By jaeminuman

"saat itu tahun gujeo, di salah satu hari akhir musim semi, kami berkumpul di paviliun melati untuk membuang nasib buruk dan berdoa demi keberuntungan. saat pelajar tiba di sana..."

para mahasiswa jurusan sastra di kelas itu sedang membaca karya sastra yang diberikan oleh dosen mereka sedangkan mark lee malah menambahkan sedikit sentuhan warna pada lukisan peri melati dan tersenyum memandanginya di kursi paling belakang.

sebuah siluet pria muncul di jendela kelas sehingga haechan yang duduk di sebelahnya segera membukakan buku milik mark dengan panik, "tuan, dosen datang."

mark langsung pura-pura membaca sehingga tidak langsung menyadari dua lelaki yang dibawa oleh dosennya ke hadapan mereka. perhatian seluruh mahasiswa di dalam kelas itu baru teralihkan ketika sang dosen berdeham dengan keras sembari mengarahkan tangannya untuk menunjuk dua lelaki di sebelahnya.

"ini adalah..."

"kau?" mark memotong perkataan dosennya dan langsung menunjuk jeno yang menatapnya tajam. kuanlin segera menahan tangan jeno yang sudah hendak mengeluarkan sihir biru tuanya untuk kembali menghilangkan ingatan mark. "kau pengusaha muda kaya dari jinlim yang membeli mansion yesi dengan sekoper besar emas?!"

mendengar itu, tangan jeno yang sudah mengeluarkan urat-uratnya kembali rileks.

"ah, itu dia." para mahasiswa lain mulai berbisik dan membicarakan jeno.

"harap tenang!" dosen mereka berkata dengan tegas. suasana kelas kembali hening. "ia adalah lee jinoh yang ke depannya akan menjadi teman sekelas kalian."

jeno langsung berjalan ke kursi paling belakang ketika dosen tersebut sedang memperkenalkan dirinya. kuanlin yang tidak tahu harus apa memilih untuk mengikuti tuannya saja.

"hei, aku belum selesai berbicara!" tegur dosennya.

"apa lagi yang harus dibicarakan? ayo belajar."

"lihat gayanya." mark berbisik pada haechan dengan senyuman bangga sambil mengacungkan ibu jari.

"hebat sekali."

"benar."

dosen itu mendengus dan duduk di kursinya sembari membuka buku ketika para mahasiswanya mulai membicarakan kekaguman mereka terhadap lee jeno, "baik. kita lanjutkan belajarnya."

begitu perhatian mahasiswa yang lain sudah mengarah pada buku dan dosen mereka, mark langsung berbisik pada jeno yang sedang membalik-balikkan buku di sebelahnya, "lee jinoh, karismamu sungguh luar biasa. senang mengenalmu hari ini."

"namaku dikenal hanya karena uangku. para manusia ini sungguh membosankan." jawab jeno malas, namun mark justru semakin kagum melihatnya.

"wow! lee jinoh, kau sungguh luar biasa."

"jangan berisik. kalian berdua, keluar!" pak dosen meletakkan buku yang ia pegang ke meja dengan keras. mark langsung berpura-pura membaca bukunya dan jeno tidak menanggapi dosen itu sama sekali. ia masih membalik-balikkan bukunya dengan santai. "lee jinoh, kau tidak mendengarkanku?!"

jeno yang awalnya tidak peduli kini menatap dosen itu dengan penuh amarah. ia membanting bukunya lebih keras dibandingkan sang dosen sebelumnya. para mahasiswa lumayan terkejut melihat itu, walaupun sebagian dari mereka justru terkagum-kagum. kuanlin yang duduk di sisi kiri tuannya berubah panik dan memegangi lengan lee jeno yang kini bangkit dari kursinya.

"kau berani berbicara seperti itu?!"

"tenang, tuan."

jeno berusaha menetralkan napasnya. mark menatap ke arah jeno dan haechan bergantian dengan senyuman bangga.

🫂

jeno, mark, kuanlin, dan haechan kini berdiri di luar kelas setelah diusir oleh dosen mereka. mark yang teringat sesuatu langsung menepuk bahu jeno yang sedang bersidekap.

"lee jinoh, hari ini ada pertandingan cuju di kota bagian barat. bagaimana jika kita ke sana?"

"jam perkuliahan belum usai. pasti ada penjaga di gerbang." jawab jeno yang sebenarnya malas menemani lelaki di sebelahnya.

"aku punya rencana bagus." mark menoleh ke arah kuanlin dan haechan, "kalian berdua di sini saja."

kuanlin sudah hendak maju untuk mengejar tuannya yang tiba-tiba dirangkul dan dibawa pergi oleh mark lee. namun, ia memilih untuk tetap di sana karena tidak enak terhadap haechan.

🫂

mark lee melihat keadaan sekitar sebelum masuk ke dalam lubang kecil di sisi gerbang kampus. jeno hanya menunggunya di belakang sembari bersidekap dengan wajah sedikit tertekan.

"lee jinoh, cepat! tidak ada orang di sini." mark yang sudah berada di luar gedung memanggil jeno yang tak bergerak, "lee jinoh! cepatlah sedikit! ayo, lee jinoh!"

jeno menghela napas dan melotot pada mark lee yang menurutnya sangat berisik, "ya, ya, ya!"

raja bulan itu masuk ke dalam lubang dengan perlahan, sedikit jijik sebab lubang itu berada di atas rumput dan tanah. hei, ia adalah seorang raja yang selalu berada di dalam istana.

"ayo cepat." mark membantunya dengan menarik tangannya, "hati-hati."

beberapa detik kemudian, jeno akhirnya telah berdiri di depan gedung kampus. matanya melotot melihat mark yang masih memegangi tangannya. wajahnya terlihat tertekan ketika ia bergumam, "bisa-bisanya aku bergandengan tangan dengan minhyung untuk masuk ke lubang anjing."

"apa katamu?"

"bukan apa-apa."

"siapa yang menyelinap keluar?!" mereka langsung menatap ke depan begitu suara itu terdengar. seorang dosen yang baru saja datang ke kampus telah berdiri di hadapan mereka.

"ayo kabur. kita harus segera lari ke arah sana agar ia tak bisa menangkap kita." bisik mark sembari menarik tangan jeno.

"tuan muda kedua lee, kau lagi!" dosen itu tetap bisa menghalangi mereka.

"pak, ini... jam makan siang sepertinya hampir tiba. apa pak dosen sudah makan?" mark mencoba beramah-tamah agar mereka bisa segera bebas.

"tuan muda lee, setiap hari kau selalu bermain cuju atau futsal, bermain game, bolos kuliah, dan tidak pernah mengumpulkan tugas. kau keras kepala dan malas, sama sekali tidak memiliki niat untuk belajar. hari ini kau kabur lewat lubang anjing, mempermalukan diri sendiri. jika bukan karena kami yang menghargai ayahmu, kami sudah mengeluarkanmu dari universitas ini."

jeno menghela napas, mencoba menahan amarahnya ketika dirinya harus mendengarkan ocehan yang menurutnya tidak penting untuknya. sudahlah. aku akan mencoba melakukan ini sesuai dengan yang melati katakan.

"selain itu, kau..." tatapan jeno langsung menajam begitu dosen tersebut menunjuk ke arahnya.

"lee jinoh membujukku untuk tidak melakukannya." mark langsung menengahi mereka, "ia ingin menarikku kembali masuk, makanya..."

"sudahlah." jeno segera menghentikan ucapan mark, "tidak ada hubungannya dengannya. aku yang memaksanya untuk keluar kampus."

dosen itu hampir terpental ke belakang ketika jeno mengarahkan sedikit sihir ke arahnya. jeno langsung menarik tangan mark dan mereka berdua berlari kabur.

"kalian... tidak bisa dididik!" dosen itu masih memegangi kepalanya yang agak pusing ketika mark dan jeno telah menghilang di belokan.

🫂

jaemin dan injoon berlari-lari masuk ke universitas tempat mark menimba ilmu setelah selesai dengan urusan lim chantae. langkah mereka terhenti ketika menemukan kuanlin yang sedang berdiri bersama haechan di depan ruang kelas.

"kuanlin, di mana mereka?" tanya jaemin.

kuanlin menghela napas, "setelah dihukum dengan diusir keluar dari kelas, mereka berdua menghilang bersama."

"apa?! menghilang bersama?" mata jaemin membelalak. kuanlin mengangguk. dua lelaki manis di hadapannya langsung pergi dari sana. haechan juga tiba-tiba tak terlihat lagi di sana sehingga kuanlin pun memilih untuk ikut pergi.

🫂

pertandingan cuju hari itu berlangsung dengan sengit, namun juga menyenangkan. mark lee menggunakan seluruh tubuhnya untuk memasukkan bola kayu ke gawang. seperti sekarang, ia baru saja menerima operan bola dari rekan setimnya dan mengoper kembali bola itu pada jeno dengan menggunakan dadanya. jeno langsung menendang bola kayu masuk ke dalam gawang sehingga skor tim biru, yakni tim mereka, menjadi 5. tim merah yang merupakan lawan mereka baru mencapai 2 skor kemenangan.

"kemenangan kalian hanya karena keberuntungan." ucap kapten tim merah yang kini berdiri berhadapan dengan mark dan juga jeno. rekan-rekan setim berdiri di belakang mereka.

"sudah kalah masih tak mau terima? ayo bertanding lagi lain kali."

tim merah memandang mereka dengan kesal, "ayo pergi!"

mark tersenyum puas ketika seluruh anggota tim merah telah pergi dari hadapan mereka. ia merangkul bahu jeno yang nampak tidak bersedia, "lee jinoh, tendanganmu sungguh hebat. kau menendangnya sampai mereka ketakutan."

jeno tak menanggapi. ia segera melepaskan diri dari rangkulan mark dan pergi dari sana.

"lee jinoh!" mark berlari-lari kecil menuju ke arah jeno yang mendudukkan dirinya di kursi penonton. tuan muda kedua lee itu duduk di sebelah jeno dan menepuk bahunya, "tak kusangka keterampilan cujumu bisa sebaik ini. ajari aku lain kali."

"saat kecil, aku sering..." tatapan jeno berubah sedikit lebih sendu, "bermain cuju bersama ayahku. ia yang mengajariku berbagai keterampilan bermain cuju."

"ayahmu mengajarimu bermain cuju?!" mark mendesah kesal, "ayahku selalu memberitahuku untuk berambisi, tak kekanak-kanakan, dan belajar sungguh-sungguh agar bisa dapat peringkat saat ujian."

"menurutku ketenaran, harta, dan jabatan bukan apa-apa. bola cuju ini barulah benda terbaik di dunia ini."

"ucapanmu benar! di dunia ini, mencari orang yang sepaham dan teman sejati sangatlah sulit. tak disangka, aku, tuan muda kedua lee, bisa menemukan teman sejatiku hari ini." mark tersenyum dan menepuk bahu jeno. jeno menatap tangan mark di bahunya dan senyuman mark dengan pandangan ngeri beserta kesal hingga ia teringat apa yang dikatakan oleh jaemin di meja makan rumah mereka hari itu.

"tunggu sebentar. ada hal yang ingin kukatakan. duduklah."

jeno yang sudah bangkit berdiri mau tak mau kembali duduk.

"saat bertemu temanmu lain kali, jangan selalu berekspresi seperti ini. jika tak tahu bagaimana menjawab ocehannya, tersenyum saja padanya." peri itu tersenyum.

"mengapa harus tersenyum lagi?"

"sama seperti saat kau berbaikan dengan sungchan. bukankah pernah kuajari?" jaemin mengangkat kedua sudut bibir jeno ke atas menggunakan jari telunjuk dan tengahnya. peri itu berkata dengan lembut, "seperti ini. apakah kau ingat?"

saat pertama kali jaemin melakukan itu padanya, jeno memang mengeluarkan ekspresi aneh dan ngeri. namun, kini ia hanya mengangguk pelan sembari menatap peri yang masih membantu mengangkat sudut bibirnya itu. ia bahkan masih tersenyum dengan  natural setelah jaemin melepaskan tangannya. walaupun senyumannya tipis, hal itu bisa membuat peri di hadapannya tersipu malu.

mark tersenyum dengan lebih lebar begitu jeno membalas senyumannya. jeno langsung menghilangkan kembali senyumannya dan mengambil minuman yang disediakan di sana.

"lee jinoh, tanganmu terluka?" mark baru menyadarinya ketika tangan jeno terangkat.

"tak masalah." jawab jeno datar. mark segera mengeluarkan obat dari sakunya dan mengambil tangan jeno.

"apa yang kau lakukan?" dahi jeno berkerut.

"aku akan mengobatimu. obat ini selalu kupakai ketika aku dan haechani dipukuli ayah. jangan bergerak."

jeno yang awalnya menatap mark aneh, kini mengarahkan pandangannya ke depan dan tak sengaja menemukan jaemin yang sedang menyuruh injoon untuk tak bersuara. mereka sedang bersembunyi di balik salah satu papan skor besar di lapangan itu sembari tersenyum melihat interaksi kedua orang yang saling bermusuhan di dunia dewa itu.

ketika melihat mereka, jeno langsung menarik kembali tangannya dari mark dengan keras. jaemin di sisi seberangnya terkesiap dan langsung mengajak injoon kabur dari sana. raja bulan sendiri langsung menenggak minumannya dengan cepat karena salah tingkah.

🫂

wookhee berjalan dengan lemas masuk ke dalam gua di jurang geureon. deokjun langsung memapahnya begitu tubuh besar wookhee mulai oleng.

"yang mulia bahkan bisa merelakan nyawa demi bertemu dewa perang terdahulu. namun, jika yang mulia..." deokjun mulai terisak. suaranya tercekat, "saya harus bagaimana?"

deokjun langsung memeluk wookhee dari belakang begitu tuannya hendak meninggalkannya. tangan wookhee yang bercakar emas memegang tangan deokjun di dadanya, kemudian menurunkannya. deokjun semakin terisak begitu pelukannya pada wookhee terlepas dan kepala kota laut itu kembali berjalan ke batu tinggi di sana yang berbentuk seperti altar kecil.

tiga puluh ribu tahun lalu,

wookhee merawat lee youngheum yang masih terbaring tak sadarkan diri di atas altar gua jurang geureon.

"guru, aku tak berguna. meski sudah berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan satu keping inti jiwa guru, tapi itu tetap tak mampu menghidupkan guru."

lelaki besar itu sudah mengeluarkan sihir abu-abunya dari tangan, namun ia kembali mengurungkannya begitu sebuah suara tanpa wujud bergema di gua itu. hwang wookhee terperanjat dan langsung menghadap ke belakang.

"ia menyegel 10.000 pasukan klan bulan dengan kematiannya. inti jiwanya ditakdirkan untuk musnah. meski mengorbankan nyawamu sebagai bentuk kesetiaan padanya, kau juga tak bisa bertemu lagi dengannya di dunia setelah kematian."

"sebenarnya siapa kau?" tanya wookhee waspada. api besar berwarna hitam kemerahan muncul di hadapannya. api itu tertawa keras.

"siapa diriku tak penting. yang penting adalah aku bisa menolongnya."

"kau punya cara untuk menolong guruku?" wookhee tampak tertarik.

"bukankah kau juga tahu cara ini? hanya saja, kau tak bersedia melakukannya."

"aku bersedia! selama bisa menolong guru, aku bersedia melakukan apa pun." jawab wookhee yakin, namun ia bergumam setelahnya, "tapi, dewa-dewi gunung si menyegel dewa kejahatan taesoo dari generasi ke generasi untuk melindungi tiga dunia. mereka selalu bekerja keras dan berjasa besar. guruku berhubungan dekat dengan klan silim sejak dahulu serta melihat dewa-dewi di sana tumbuh dewasa."

"bohong." jawab dewa kejahatan taesoo, api merah hitam tersebut, "bersedia melakukan apa pun untuknya? sejak awal kau sudah tahu cara menolongnya, tetapi mencari begitu banyak alasan. jelas-jelas kau hanya menyayangi dirimu sendiri, tak bersedia ternodai dosa, takut akan akibatnya."

"tidak. bukan seperti itu." wookhee mulai terpengaruh.

"dewa kecil gunung si memiliki kekuatan spiritual istimewa. ia bisa membuat semua hal bertumbuh, pulih, dan hidup kembali. ia adalah satu-satunya cara untuk membangkitkan dewa perang. ambil inti jiwanya. tebus nyawa dengan nyawa. gurumu mati demi langit sooyoon dan menolong semua makhluk hidup. apa salahnya mengorbankan satu dewa kecil untuk menolongnya?"

"sebelum berperang, guru pernah berkata, mengorbankan nyawa demi keadilan, mengorbankan tubuh demi langit, adalah panggilan hidupnya. jika aku tak mematuhi guru, ini akan menjadi sikap yang tidak menghormatinya.

"panggilan hidup?" dewa itu tertawa, "jika bukan karena para dewa dan dewi langit sooyoon yang takut mati dan tak bersedia mengorbankan hidup, bagaimana mungkin gurumu bisa merelakan kehidupan tenang denganmu di gunung si dan memilih mati berperang?"

"tidak. bukan begitu." wookhee terdengar tak berdaya.

"kalau begitu, kutanya kau. selain kau, adakah yang meneteskan air mata di langit sooyoon karena kematian gurumu? mereka berlagak sedih, tetapi hati mereka diam-diam berbahagia. karena bagi mereka kematian gurumu hanyalah kabar baik setelah perang usai dan merupakan permulaan untuk melanjutkan hidup seperti sedia kala. mereka sama sekali tak merasa berterima kasih pada gurumu. hanya kau yang merasa kesepian dan sedih."

"guru..." dewa berpakaian putih itu nampak melamun.

"kenangan di tepi sungai, di depan hutan pinus, berlatih pedang dan menari di bawah bunga yang bermekaran, serta minum-minum bersama di saat malam bersalju. gurumu sudah tiada. ke depannya, untuk siapa kau akan memainkan serulingmu?"

air mata wookhee sudah mengalir ke bawah dagunya. kini ia hanya mampu berlutut karena kakinya terasa lemas.

"hwang wookhee, biarkanlah gurumu kembali ke sisimu. kau hanya memerlukan dewa kecil gunung si."

🦄

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 341K 93
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...
93.2K 11.1K 15
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 3) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ____...
151K 396 17
21+++ Tentang Rere yang menjadi budak seks keluarga tirinya
126K 159 14
Kumpulan cerita dewasa part 2 Anak kecil dilarang baca