Pelayan Perawan Milik Tuan Mu...

By norwinda87

3.7M 81.3K 5K

"Kamu milikku tapi aku tidak ingin ada status terikat diantara kita berdua." Argio _______ Berawal dari menaw... More

🥀 Keadaan Yang Memaksa
🥀 Apakah Harus Diserahkan?
🥀 Ucapan yang Menyakitkan
🥀 Amarah Yang Menakutkan
🥀 Berita Bohong
🥀 Ancaman
🥀 Tawaran Menggiurkan
🥀 Wanita Yang Liar
🥀 Dianggap Impas
🥀 Hancur
🥀 Pernyataan Yang Pedih
🥀 Kembali Bertemu
🥀Diculik?
🥀 Salah Mengartikan Kebaikannya
🥀 Calon Tunangan
🥀Perkara Alergi
🥀 Imajinasi Liar Argio
🥀 Gaun Tidur Yang Indah
🥀 Mereka Bertunangan?
🥀 Perkara Buah Nanas
🥀 Sadar Akan Posisi
🥀 Tidak Boleh Merokok
🥀 Naya Bukan Pelayan!
🥀 Perasaaan Yang Aneh
🥀 Apakah Aku Serendah Itu?
🥀 Tenggelam Dalam Kolam
🥀 Sisi Mengerikan Argio
🥀Pergi Atau Bertahan?
🥀 Pernyataan Yang Mengejutkan
🥀 Berusaha Melepaskan Diri
🥀 Tanpa Naya
🥀 Argio Frustasi
🥀 Merahasiakan Keberadaan Naya
For You
🥀 Semuanya Selesai
🥀 Karma Argio?
🥀 Siasat Argio
🥀 Penjara Argio
🥀 Hati Seorang Ayah
🥀 Kepedihan Argio
🥀 Persaingan
🥀 Memperebutkan Satu Wanita
🥀 Merasa Kehilangan
🥀 Penghinaan
🥀 Kecelakaan
🥀 Aduan Levin
🥀 Sebuah ancaman
🥀 Ciuman Penyembuh
🥀 Keseriusan Argio
Kabar Gembira

🥀 Mulai Terbuai

63.5K 1.4K 45
By norwinda87

Hai semuanya! Apa kabar?

Apa masih setia menunggu lanjutan cerita ini?

Karna banyak yang tidak setuju cerita update Sabtu dan Minggu. Aku update cerita ini selang-seling. Oke?

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen.

See you di part selanjutnya:)




~Happy Reading~











Entah tak terhitung berapa kali Naya bolak balik ke kamar mandi hanya untuk memuntahkan cairan bening dalam perutnya. Matahari belum menyingsing sepenuhnya tapi ia sudah tampak lemas dengan kondisi tubuhnya yang begitu lemah, wajah pucat yang berkeringat sedangkan di kamar ini di lengkapi pendingin ruangan.

Naya menjatuhkan tubuh kurusnya ke kasur. Jika wanita lain akan lebih berisi saat tengah hamil, berbeda dengan Naya, tubuhnya terlihat semakin kurus dari sebelumnya.

Naya berusaha membenarkan posisi berbaringnya di kasur. Semalaman ia tidak bisa tidur nyenyak, mungkin karna tinggal di tempat yang asing baginya ditambah kondisinya yang lemah.

"Nona anda kenapa?"

Pagi-pagi sekali Merry sudah masuk ke dalam kamar Naya dan yang pertama kali ia lihat wanita itu terbaring di kasur dengan kondisi yang mengkhawatirkan.

"Apa anda baik-baik saja?" tanya Merry menghampiri Naya lalu menyentuh kening wanita tersebut yang terasa panas dan berkeringat."Sepertinya Nona demam, saya akan mengambilkan obat. Tunggu sebentar."

Merry bergegas keluar dari kamar meninggalkan Naya yang memejamkan matanya rapat. Ia meringkuk seperti bayi di atas kasur. Perut yang bergejolak, mual, dan badan yang terasa sangat panas. Tidak berselang lama Merry kembali masuk ke dalam kamar membawa botol kecil berisi obat penurun panas serta segelas air putih.

"Ayo bangun, Nona. Minum dulu obatnya." Merry membantu Naya bangkit dari kasur lalu menyandarkan tubuh wanita muda itu ke bahu ranjang.

Merry memberikan satu tablet obat penurun panas. Namun, Naya menggeleng, menolak obat yang pelayan itu sodorkan.

"Aku tidak bisa minum obat tablet," cicit Naya. Wanita itu tampak malu mengakui hal tersebut. Sejak kecil ia memang tidak bisa menelan obat dalam bentuk tablet ataupun kapsul.

Merry tampak tercengang mendengarnya. Bagaimana tidak, sudah sebesar ini Naya tidak bisa mengonsumsi obat tablet maupun dalam bentuk kapsul. Meskipun begitu Merry memakluminya.

"Lalu biasanya bagaimana Nona meminum obat bila tidak bisa menelan obat dalam bentuk seperti ini. Atau begini saja, saya akan pergi ke apotek membelikan obat sirup."

"Ti-tidak perlu. Cukup dihancurkan saja obat itu sampai menjadi bubuk lalu sedikit berikan air. Setidaknya aku bisa menelannya. Dan maafkan aku merepotkan, Bibi."

Naya tertunduk tak enak hati karna begitu merepotkan Merry.

Wanita yang mengenakan seragam pelayan itu tersenyum hangat."Tidak apa-apa, Nona. Itu sudah tugas saya. Saya hancurkan dulu obatnya."

Merry kembali keluar dari kamar untuk menghancurkan obat tablet itu menjadi bubuk. Namun, baru beberapa langkah menjauh dari kamar yang ditempati Naya, suara parau seseorang yang Merry kenali membuat langkahnya terhenti. Merry menoleh dan sedikit terkejut mendapati sosok Argio yang baru saja keluar dari kamar. Kamar Naya memang sengaja di tempatkan bersampingan dengan kamar Argio. Dan itu memang atas keinginan Argio.

"Kenapa?" tanya Argio melirik botol obat yang Merry pegang.

"Begini Tuan, Nona Naya sedang demam jadi saya_"

"Jadi, kamu ingin memberikan dia obat?" tebak Argio memotong ucapan Merry.

"Iya, Tuan. Tapi Nona Naya tidak bisa menelan obat dalam bentuk tablet, jadi saya akan menghancurkannya menjadi bubuk lalu memberikan sedikit air."

Argio yang mengenakan pakaian santai dan rambut yang tampak lembab itu menggelengkan kepalanya pelan.

"Dia sedang hamil dan tidak seharusnya mengonsumsi obat-obatan seperti ini. Apa dia sudah meminum obatnya?"

Dengan cepat Merry menggeleng. Karna terlalu khawatir dengan kondisi Naya membuat ia lupa dengan kondisi wanita tersebut sedang hamil. Ada sedikit ketakutan dalam benaknya, takut tuan muda marah.

Kini, Argio masuk ke dalam kamar Naya. Wajah pucat wanita itu tampak tegang sekaligus terkejut ketika melihat sosok Argio masuk ke dalam kamar. Argio melangkah menghampiri Naya yang bersandar dibahu ranjang. Tangan kanan Argio terulur menyentuh pipi dan kening Naya, wanita itu dilanda kegugupan dengan sentuhan yang diberikan.

"Merry!"

"Iya, Tuan."

Merry mendekat pada Argio.

"Kompres dia dengan air dingin. Tidak perlu minum obat. Sangat bahaya untuk kandungannya bila mengonsumsi obat-obatan," perintah Argio yang diangguki Merry.

Kini tatapan Argio terotasi penuh pada Naya. Wanita itu hanya menundukkan kepalanya seolah tak berani bertatapan dengan Argio. Aroma maskulin yang terasa lembut menyapa indra penciuman Naya, dengan ajaib aroma maskulin yang berasal dari Argio membuat rasa mual yang ia rasakan sedikit berkurang. Naya melirik Argio yang masih setia berdiri menatap dirinya.

"Apa masih mual?" tanya Argio menatap lekat wajah pucat Naya.

Dengan ragu-ragu Naya mengangguk tanpa berani menatap Argio. Entahlah, setiap menatap mata pria itu, ia tidak bisa menyembunyikan kegugupan dan salah tingkahnya. Dan satu hal yang Naya sadari, pria itu sangat baik walau ia tahu pria itu baik karna ia sedang hamil.


Langkah Argio terhenti ketika menuruni anak tangga. Baru satu minggu ia merasa kebebasan tanpa ada yang mengawasi segala pergerakan dan apa yang ia lakukan. Tapi sekarang, Hendrik kembali ke mansion ini. Pria berusia 50 tahunan itu tampak duduk santai dikursi sembari menikmati sarapan paginya.

Argio menghela napas berat lalu melangkah menghampiri Hendrik dan duduk di samping pria itu.

"Apa kabar Paman?"

Hendrik menoleh. Ia mengulas senyum tipis."Seperti yang kamu lihat sekarang aku baik-baik saja."

"Apa urusanmu sudah selesai?"

"Sudah. Maaf aku kembali cukup lama ke mansion ini."

Argio melirik Hendrik. Ia bahkan berharap asisten yang dipilihkan ayahnya tersebut tidak kembali lagi ke tempat ini. Bukan apa-apa, apapun yang ingin ia lakukan selalu dibatasi. Bahkan ia tidak bisa berkencan dengan para gadis.

"Besok, orang tuamu akan berkunjung ke sini untuk membahas pertunanganmu yang akan segera digelar. Aku tidak menyangka sebentar lagi kamu akan menikah, Argio."

Hendrik menepuk bahu kokoh Argio. Sementara pria yang mengenakan kaos biru tua itu memutar bola matanya malas.

"Hari ini libur bekerja, apa kamu ingin pergi ke suatu tempat? Atau membeli cincin untuk calon istrimu."

"Nanti saja. Aku harus menyelesaikan urusanku terlebih dahulu."

"Baiklah. Semoga sikapmu bisa berubah lebih baik lagi setelah menikah nanti dan jangan bermain-main dengan perempuan lagi."

Argio menatap Hendrik sejenak lalu tersenyum tipis.

"Tuan, Nona Naya_"

Argio langsung melesatkan lirikan tajamnya ketika Merry datang dan menyebut nama Naya. Pelayan itu langsung mengantupkan bibirnya rapat, ia menatap Hendrik yang menatap ke arahnya.

"Apa maksudnya? Nara? Bukankah itu pelayan perempuan yang kemarin bekerja di sini? Kenapa kamu memanggilnya Nona?" Rentetan pertanyaan seketika langsung terlontar dari mulut Hendrik.

Pria berusia 50 tahunan itu menatap ke arah Argio yang mengusap wajahnya kasar. Merutuki kebohongan pelayannya. Ia berusaha menyembunyikan Nara termasuk kehamilan wanita itu dari siapapun terutama dari Hendrik yang merupakan tangan kanannya ayahnya yang berkamuflase menjadi asistennya.

"Kenapa kalian diam saja? Argio, apa maksudnya? Apa Nara kembali lagi ke sini?"

Rasa penasaran yang merambat dalam benak Hendrik membuat ia memaksa Argio untuk menjelaskannya apalagi sebutan 'Nona' yang disematkan untuk seorang majikan oleh pelayannya.

"Aku bisa menjelaskannya. Tapi Paman jangan beritahu ayah dan Bunda."

Raut wajah Hendrik semakin terlihat sangat penasaran dengan ucapan Argio. Mau di tutup bagaimana pun rahasia ini, Hendrik pasti akan tahu semuanya. Karna tentu Nara akan dan pasti bertemu dengan Hendrik yang seharian menghabiskan waktunya di mansion dan perusahaan.


"Apa? Dia hamil?"

Hendrik terpekik cukup nyaring. Pria itu terkejut bukan main mendengar penuturan Argio.

"Kamu sudah menghamilinya?" Suara Hendrik sedikit bergetar, benar-benar tak percaya dengan apa yang ia dengar. Apalagi sebentar lagi Argio akan bertunangan.

Bila kabar ini sampai menyebar bukan hanya pertunangan Argio yang mungkin akan gagal tapi akan berdampak pada kerja sama dengan perusahaan lain dan merusak reputasi Argio.

Argio menyandarkan tubuhnya di bahu sofa. Menatap lurus ke arah Hendrik yang berdiri tepat di depannya.

"Aku masih belum yakin dia benar-benar anakku. Setelah usia kandungannya sudah memasuki usia 4 bulan, dia akan melakukan tes DNA untuk membuktikan semuanya."

Hendrik geleng-geleng kepalanya mendengar penuturan Argio."Bagaimana bisa kamu ragu seperti ini? Bukankah kamu yang merenggut keperawanannya, dan sudah pasti kamu ayah biologis dari anak yang Nara kandung. Kalau begitu, bagaimana dengan pertunangan mu nanti."

Argio menggidikkan bahunya.

"Aku sengaja menahannya dimansion ini, karna bisa saja perempuan itu akan berkoar-koar dengan kehamilannya pada semua orang."

Hendrik melangkah mendekat Argio lalu duduk di samping pria itu.

"Bila anak yang dikandung Naya benar-benar anakmu bagaimana?" tanya Hendrik.

Argio melirik sekilas pada Hendrik." Aku akan bertanggungjawab_"

"Dengan menikahinya?" sela Hendrik.

Argio menggeleng disertai tawa renyah.

"Bertanggungjawab bukan berarti harus menikahi, kan? Aku akan merawat anak itu dan Naya akan kulepaskan," balas Argio.

Hendrik mengernyitkan keningnya.

"Maksudmu, hak asuh anak akan jatuh padamu? Lalu bagaimana bila Naya tidak mau menyerahkan anaknya?"

"Perempuan seperti Naya sangat mudah untuk dikendalikan termasuk menyerahkan anakku dengan suka rela tanpa ada pemberontakan."

Argio tersenyum menyeringai.

______

Kalau boleh tahu. Bagaimana tanggapan kalian tentang cerita ini?

Ini cerita keduaku di Wattpad setelah cerita sebelumnya Hiatus.










Continue Reading

You'll Also Like

30.8K 1K 20
#SLOW APDET Squel "Married With Mafia" Rebecca Antonely William kini sudah beranjak menjadi seorang gadis cantik yang tubuh menjadi seorang badgirl...
22.9M 566K 67
SILAHKAN BACA NEW VERSION CERITA INI DI STORIAL. 17+ Bijaklah dalam memilih bacaan! DON'T COPY MY STORY! Demi memenuhi keinginan sang Ibu, Devan terp...
130K 991 5
SPIN OFF BUKAN PACAR PURA-PURA(bisa dibaca secara terpisah) Meet Yoga dan Aya, si playboy mesum vs cewek manja yang bersahabat dari masa kuliah hing...
331K 2.2K 11
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...