When Princess Falls In Love [...

By rivy_reinza

214 31 0

"Jennie, hentikan." "Gak! Jennie gak bakal berhenti sampai Niel maafin Jennie!" "Jennie, hentikan." "Gak! Jen... More

Bab 1: Hidup di Antara Kemewahan
Bab 2: Di Balik Pintu
Bab 3 : Jejak yang Tertinggal
Bab 4: Jejak yang Dilacak
Bab 6: Saint Lucia's Crown Prince?
Bab 7: Golden Retriever Princess
Bab 8: A Year Gone By ...
Bab 9: I Promise You!
Bab 10: Yang Penting Bareng Daniel
Bab 11: Anak Manja
Bab 12: Tanpa Nama Keluarga Avallo

Bab 5: Mr. Popular

18 2 0
By rivy_reinza

Daniel dan Raven duduk di sudut perpustakaan, mereka membaca buku dengan serius.

Eh, maksudnya Daniel aja.

Loh, terus Raven?

Hebat, malah molor.

Dah gue duga, si Gagak mana mau baca buku tebel gitu?

Kalau si Golden-Retriever-vibes-Siberian-Husky sih, normal ya ...

Udah kelihatan gitu, dari auranya.

Tak sengaja mata Jennie menatap tumpukan buku di sebelah Daniel.

Jennie mencebik kesal, mengingat asal tumpukan buku itu.

POV ilustrasi kejadian di benak Jennie:

Alkisah, pada zaman dahulu kala ...

Mentimun: Goldie-ku yang terkasih, Mentimun-mu yang cantik nan anggun ini sudah memilihkan buku khusus untuk Goldie-ku yang tercinta. Jangan lupa untuk dibaca ya, Goldie-ku.... (Mentimun menunjukkan senyum malu-malu)

Goldie: Terima kasih. (Goldie berkata dengan wajah datar, tanpa berniat untuk mengambil buku dari tangan Mentimun)

Mentimun kemudian meletakkan bukunya di atas meja, di sebelah Goldie.

Goldie kembali membaca buku, dan mengabaikan Mentimun.

Akan tetapi, Mentimun tetap merasa senang karena merasa buku pilihannya telah diterima. Mentimun yang sedang malu-malu timun itupun akhirnya berlari pergi dengan perasaan bahagia.

Tak lama kemudian, Brokoli, Wortel, Jagung, Singkong, Kentang, Kol, dan kawan-kawannya, datang satu persatu menghampiri Goldie.

Mereka mengulangi tindakan Mentimun, hingga akhirnya terciptalah gunung buku di sebelah Goldie, yang sekarang bernama Gunung Pertunjukkan Cinta Para Sayuran, yang melegenda hingga sekarang.

Tamat.

Tamat? Oh, tentu belum.

Buktinya sekarang masih ada seorang gadis—yang terlihat seperti Jahe di mata Jennie— menghampiri Daniel.

"Daniel, aku boleh gak minjem lagi buku yang udah kamu baca?" kata gadis itu sambil tersenyum manis dan melirik ke arah tumpukan buku di sebelah Daniel.

Aku, aku.

Jennie memutar bola matanya dengan malas.

Kok gue kesel dengernya, ya?

Padahal biasanya enggak.

Daniel melirik gadis itu.

"Ya, silahkan," jawab Daniel sambil kembali membaca bukunya.

Gadis itu tersenyum lebar dan mulai melihat-lihat tumpukan buku di sebelah Daniel.

Gadis itu berusaha untuk mengajak Daniel berbicara, tapi sayang sekali, Daniel selalu menjawab dengan singkat dan cenderung untuk menghentikan topik.

Suara Daniel juga terkesan tidak ekspresif, tetapi tetap sopan. Dia juga tidak pernah berbicara lebih dari yang perlu.

Gadis itu akhirnya menyerah. Gadis itu memilih satu buku di antara tumpukan itu, mengucapkan terima kasih pada Daniel, lalu akhirnya pergi.

Jennie kira semuanya sudah berakhir.

Sayang sekali tebakannya meleset.

Tak berselang lama, seorang gadis datang lagi dan melakukan hal yang sama dengan yang gadis tadi lakukan, dan berakhir sama seperti gadis tadi.

Kejadian tersebut terus berulamg hingga tumpukan buku di sebelah Daniel menghilang, menyisakan sebuah buku yang daritadi dibaca oleh Daniel.

Gila ....

Jennie terperangah, rasanya dia seperti tidak bisa berkata-kata lagi.

Terutama karena Jennie mengamati Daniel dari waktu yang sangat awal, dirinya menyadari satu fakta yang membuat dirinya terheran-heran.

ITU KAN SEMUA CEWE YANG TADI NGASIH BUKU KE DANIEL, WOY?

Apakah ini definisi dari kita untuk kita?

Jennie pengen banget ketawa, tapi lokasinya lagi gak pas.

Sabar, Jen, nanti aja ketawanya di kamar, batin Jennie sambil menahan hasrat untuk tertawa terbahak-bahak di perpustakaan.

"Buset, baru jam segini udah laris aja, El," kata Raven yang entah dari kapan sudah terbangun dari tidurnya.

"Hmm," jawab Daniel tanpa melirik Raven.

"Lebih dikit kah yang ngasih?" tanya Raven penasaran.

"Dua belas," jawab Daniel.

Hah?

"Lah, berkurang tiga. Udah nyerah kali ya, mereka?" ucap Raven sambil terkekeh.

Oh ....

Eh? Artinya, biasanya lima belas cewek, dong?

Demi?!

"Bagus," jawab Daniel cuek.

"Oy, Jen," panggil Raven.

Jennie tersentak kaget, untunglah Jennie daritadi menutupi wajahnya dengan buku.

Jennie menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya menurunkan bukunya.

"Ya, kenapa?" tanya Jennie dengan ekspresi dan nada bicara yang selalu dirinya gunakan untuk berbicara dengan teman biasa—tidak terlalu ramah, tidak terlalu dingin, hanya sopan.

"Udahan kali," kata Raven sambil menaik-turunkan alisnya, dan tersenyum nakal.

Diem lo, dasar Gagak.

"Udahan apa, ya, Ven?" tanya Jennie, pura-pura tidak mengerti.

Lah? Jadi, gue salah nebak? pikir Raven.

"Oh, enggak. Maksud gue, udahan baca bukunya, mending lo pulang, udah mau ujan." jawab Raven sambil nyengir.

Untung aja, yang lihatnya itu Jennie, bukan cewe lain. Kalau gak, kayaknya Raven harus ngangkut manusia ke ruang kesehatan.

"Hmm ... makasih? Tapi gue gak akan kena hujan, soalnya kan gue dijemput pake mobil ...." jawab Jennie sambil tersenyum canggung—lebih tepatnya pura-pura canggung.

Lawak lo, ngarang alasan yang pinter dikit, dong.

Telinga Raven memerah karena merasa malu, harga dirinya sedikit tergores.

Sialan, gue lupa dia Avallo, batin Raven.

Daniel terkekeh pelan.

Suara kekehan Daniel terdengar sangat ringan dan lembut, bahkan hampir tidak terdengar. Seolah-olah dia bersuara dengan tenang tanpa usaha, hampir seperti angin sejuk yang melintas.

Ringan dan singkat banget, tapi jujur aja, itu aja udah bikin jantung Jennie jadi gak karuan.

Sihir!

Sumpah, tadi sebenernya mantra sihir berkedok ketawa, kan?!

Merasa bahwa terlalu lama di sini akan membuat jantungnya tidak aman, Jennie memutuskan untuk pulang.

Jennie mengembalikan buku yang daritadi dirinya gunakan sebagai partner-in-crime, kembali ke raknya.

"Gue duluan, ya," ucap Jennie sambil langsung berjalan keluar tanpa menunggu ucapannya dijawab.

Di koridor sekolah yang cukup sepi, Jennie merenungi semua tindakan anehnya hari ini, responnya yang tidak biasa, bahkan hingga pikirannya, yang dirinya rasa mulai menyimpang dari kata waras.

Jennie menepuk-nepuk jidatnya pelan.

Bodoh, bodoh, bodoh!

Malu-maluin!

Jennie duduk di dalam mobil sambil merenung.

Hah ... gue bingung ....

"Nona," panggil sopir Jennie.

"Ah, ya, Pak?" ujar Jennie.

"Itu ... kita sudah sampai di mansion, Nona," jawab sopir Jennie.

"Eh?" Jennie melihat ke arah luar jendela mobilnya.

Lanskap taman yang luar biasa memasuki pandangannya.

Terdapat berbagai macam jenis tanaman indah, patung-patung yang dipahat dengan detail, air mancur, dan jalan setapak yang mengarah ke berbagai sudut taman.

"Oh, iya, terima kasih ya, Pak," ujar Jennie sambil turun dari mobil.

"Iya, Nona."

Jennie berjalan masuk menuju ke kedalaman mansion.

Mansion ini menjadi perpaduan harmonis antara arsitektur yang megah dan lingkungan alam yang menawan.

Sungguh mencerminkan kemewahan, kekayaan, status yang memikat, dan gaya hidup yang bergengsi.

Jennie yang merasa agak lelah, tidak repot-repot menaiki tangga seperti biasanya untuk sedikit berolahraga. Dia langsung memasuki lift dan menekan nomor 9.

Iya, gak salah baca, kok. Kamar Jennie emang ada di lantai 9 mansion. Lebih tepatnya, seluruh lantai 9 ini adalah wilayah eksklusif milik Jennie.

Ting!

Lift terbuka, dan Jennie berjalan cukup lama di koridor, sebelum akhirnya memasuki kamarnya yang luas.

Continue Reading

You'll Also Like

2.6M 264K 62
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?
1.3M 119K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.3M 97.6K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
5.9M 389K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...