Hold Me With Your Lies [COMPL...

By Roses_Series

858K 24.2K 845

Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. N... More

01 - SISTER'S REUNION
02 - LITTLE SECRET
03 - THREAT
04 - A SENSE OF DREAM
05 - ARRANGEMENT
06 - TURMOIL
07 - THE PROPOSAL
08 - A WAVERING YES
09 - FITTING
10 - MON COEUR VS FREESIA
11 - LIES ON THE FINGERS
12 - A BITTER IGNORANCE
13 - SORENESS
14 - FORGOTTEN LOVE
15 - SOMEONE FROM THE PAST
16 - STEAL A GLANCE
17 - SORROW
18 - ASKING A TRUTH
19 - TEASING THE WIFE
20 - NEMESIS
21- ALL'S FAIR IN LOVE AND WAR
22 - KISSES AND TOUCHES ⚠️ 18+ ⚠️
23 - FLARE OF DESIRE ⚠️ 18+ ⚠️
24 - A BETRAYAL
25 - WOUNDED HEART
26 - A MAN'S EGO
27 - HONESTY
29 - WASTED TOIL
30 - WISH
31 - FLY TOWARDS YOU
32 - UNDER THE TUSCAN SUN
33 - WHY AND WHEREFORE
34 - FALL OUT OF LOVE
35 - QUARREL
36 - CHEAT
37 - SAVIOR
38 - RUEFUL BEAUTY
39 - IN THE CLUB
40 - CRUEL NIGHT ⚠️ (21+) ⚠️
41 - SORRY AND PROMISES
42 - BLOOD AND TEARS
43 - BETTER NEWS
44 - SOLACE (PART I)
44 - SOLACE (PART II)
45 - A COLD DEAL (PART I)
45 - A COLD DEAL (PART II)
46 - BACK HOME
47 - MISERY
48 - IN THE CAR (PART I)
48 - IN THE CAR (PART II) ⚠️21+⚠️
49 - LEAP IN THE DARK
50 - MENACE
51 - TOTAL MESS ⚠️21+⚠️
52 - DESPAIR
53 - GO TO PIECES
54 - A LITTLE FAREWELL
55 - SERENITY
56 - BITE THE DUST
57 - FIRST LOVE MEMORIES
58 - TRUE LOVE MEMORIES
59 - BRIDGE THE GAP ⚠️ 18+ ⚠️
60 - STILL A DILEMMA
61 - BRING AROUND
PDF RILIS

28 - A YOUNG LOVE

14.6K 495 28
By Roses_Series

"Adrian!" Linda berteriak memanggil nama putranya saat masuk ke dalam ruangan.

Adrian yang tengah berdiri termenung di depan dinding kaca ruang kantornya sontak menoleh ke belakang.

Adrian memutar arah kakinya seratus depalan puluh derajat untuk menyambut kehadiran Linda yang kini berjalan cepat menuju ke arahnya. Siang itu Linda datang dengan menampilkan ekspresi masam dan Adrian sudah bisa menebak alasan apa yang membawa ibunya kemari.

Sudah dua bulan lebih Adrian berusaha menutupi berita kisruh rumah tangganya dengan Elia. Tapi seiring dengan Elia yang menghilang cukup lama ia tak lagi bisa beralasan macam-macam. Tak semua mulut orang-orang dapat ia sumpal untuk tak membeberkan masalahnya. Dan belakangan ia sadari keluarganya dan keluarga istrinya pastilah sudah mengetahui hal itu.

Linda menghentikan laju kakinya hingga sisa beberapa langkah di hadapan Adrian. Ia memandang Adrian cemas. Linda pun berkata untuk mengkonfrontasi Adrian. 

"Mami sama Papi dengar kalau Elia berencana ajukan perceraian. Apa itu betul?" Linda memastikan kabar burung yang sampai di telinganya.

Adrian sudah mengantisipasi pertanyaan Linda namun nyatanya ia hanya merenung dan tak segera menjawab.

"Apa itu betul?" Linda mengulangi sembari menatap Adrian tak sabar. 

Adrian menarik nafas panjang lalu menghembuskan perlahan. Merasa tak punya pilihan lain selain jujur pada Linda, ia akhirnya berterus terang dengan menganggukkan kepala.

"Oh my goodness..." Linda melirih syok dan langsung menutup mulutnya dengan satu tangan.

Mata Linda mengerjap-erjap dan ia lalu mengelus-elus dadanya.
"Tapi kenapa? Usia pernikahan kalian bahkan belum genap satu tahun, kenapa bisa terjadi seperti ini?" heran Linda tak habis pikir.

"Adrian, tolong cerita sama Mami sebenarnya ada apa?" Linda menuntut penjelasan dari Adrian.

"Itu... " Adrian mulai berucap "- cuma kesalahpahaman aja, Mi" ujar Adrian.

"Kesalahpahaman buat Elia mau gugat cerai kamu? Enggak mungkin! Elia sangat mencintai kamu. Mustahil hanya karena kesalahpahaman kecil dia mau berpisah dari kamu. Apa yang sudah kamu lakukan?" cecar Linda tak serta merta percaya pada ucapan Adrian.

Adrian kembali membisu.

"Adrian, jawab Mami!" Linda terus mendesak putranya.

"Ini urusan aku sama Elia, Mi" Adrian menimpali tak ingin menambah runyam persoalannya dengan campur tangan Linda.

"Mami tau ini masalah rumah tangga kamu. Tapi kalau sudah di ujung tanduk seperti ini, Mami juga harus tau alasannya kenapa. Mami itu peduli sama kalian berdua-"

"It's complicated. You won't understand even if I tell you now"

Linda menggelengkan kepala.
"Mami pikir kamu menikahi Elia karena memang ingin coba mencintai dia, tapi apa? Mami tau kesalahan kamu pasti fatal. Kamu ada main di belakang sama wanita lain? Jangan bilang kamu melibatkan Tiara dalam masalah ini" Linda berubah menduga akar permasalahan yang tengah dialami oleh Adrian.

"Ini enggak ada hubungannya sama pihak ketiga" Adrian segera menepis bahwa tuduhan Linda tidaklah benar. Secara tidak langsung Adrian memang tidak terlibat romansa dengan Tiara karena perasaannya sudah berubah. Kemarin hanyalah sandiwaranya tanpa melibatkan perasaan apapun pada wanita manapun. Semua justru adalah murni rencananya yang berbalik arah.

Linda memeriksa roman wajah Adrian yang serius. Setelah menimang lama ia pun percaya jika Adrian kala itu sedang tidak berbohong.

"Kalau kamu bilang ini cuma salah paham, lalu kamu sendiri bagaimana? Berarti kamu enggak ingin bercerai?" Linda ganti memastikan apakah Adrian akan merespon gugatan cerai Elia atau tidak.

Adrian maju demi menjauhi Linda dan berjalan menuju meja kerjanya. Ia lalu setengah bersandar pada tepi meja kerja sembari memijit-mijit dahinya dengan jemari.

Linda mengikuti Adrian.
"Mami tanya apa kamu mau bercerai?" tanyanya lagi dan mengerling Adrian yang tampak tegang.

"Adrian-"

"Enggak, Mi!" Adrian menyahut lantang seraya memandang Linda penuh sesal.

Linda terhenyak seusai mendengar suara keras putranya. Tapi ia lebih tercengang ketika menyaksikan wajah muram Adrian. Tak biasanya putranya yang kokoh bak batu karang tampak gelisah.

Linda pun otomatis mengira Adrian pasti peduli pada rumah tangganya yang berarti ia peduli pada Elia. Mungkin Adrian berkata jujur, semua memang adalah kesalahpahaman, walaupun jelas bukan hal yang sepele. Linda yakin saat itu Adrian tak sekedar ingin melegakan hatinya.

"Lalu dimana Elia? Kamu harus bicara sama dia" Linda berucap lagi.

"That's the problem. Aku gak tau dimana Elia. Aku gak bisa hubungi dia" balas Adrian lesu.

"Kenapa bisa?"

"She blocked me. She doesn't even want to talk to me"

"Oh, dear"
Linda pun jadi ikut pusing.

"Papi kamu sekarang sedang bersitegang dengan Johan. Kesalahpahaman apa yang sudah kamu buat, Adrian? Apa kamu pernah pikirkan perasaan Elia? Atau bagaimana hubungan keluarga kita ke depan? Bahkan urusan bisnis kalian jadi rumit. Mami juga jadi segan mau bertemu Vivian-"

"Kamu harus segera jernihkan masalah ini. Kalau kamu masih mau pertahankan rumah tangga kamu, temui Elia. Jelaskan pada dia yang sesungguhnya terjadi" Linda memberikan wejangan.

"Mudah Mami bicara" Adrian menggumam.

Linda menatap Adrian lalu bersedekap.
"Sebenarnya ada apa dengan pria-pria  Axman?" Linda bermonolog heran sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Kamu, Garry, sama saja" lanjut Linda dan tiba-tiba menyeret nama sepupu Adrian.

"Garry?" Adrian menyela. "Ada apa dengan Garry? Apa maksud Mami?" Ia langsung memburu Linda dengan pertanyaannya. 

Dahi Linda mengernyit.
"Kamu belum tau?"

" - Garry baru aja batalkan pertunangan dia sama Cintya. Garry sama Cintya batal menikah" terang Linda pada Adrian.

"Apa?!" Adrian terdengar begitu terkejut.
"Mami bercanda?" gumamnya belum percaya.

"Untuk apa Mami bercanda? Baru beberapa hari lalu David beritahu Mami kalau Garry batalkan pertunangan dia"

"Tt-tapi kenapa?" Adrian hampir kehilangan kata-katanya. Ia jelas tertegun usai mendengar berita yang mengejutkan tersebut.

"Mami kurang tau persis. Tapi mungkin dari awal Garry dan Cintya memang masih ragu-ragu. Mereka sadar terlalu tergesa mengambil keputusan. Cintya juga masih muda dan karirnya baru naik. Sedangkan Garry... ah dia dari awal sudah kurang yakin sama Cintya. Mungkin ini keputusan yang tepat buat mereka berdua"

Linda mengambil nafas sebelum melanjutkan. Dan ia lalu memicing gemas menatap Adrian.

"Mungkin juga setelah dengar prahara rumah tangga kamu, Garry jadi lebih yakin untuk batalkan pertunangannya. Dia enggak ingin rumah tangganya berakhir kacau seperti kamu sekarang" Linda menegaskan diiringi menyindir kecil.

Adrian tak mengindahkan sindiran Linda dan kemudian justru bertanya.
"Mami tau dimana Garry sekarang?" Tanyanya dengan sorot mata berkilat panik.

Linda menggeleng "No. Tapi kata David dia sudah beberapa hari ini enggak di LA. Mungkin dia juga butuh waktu buat sendiri" jawab Linda.

"Apa?"

"Kenapa? Memang ada apa sama Garry?"

Adrian memejamkan mata.

"Ada apa?" ulang Linda saat melihat gelagat aneh putranya.

Adrian mengabaikan pertanyaan Linda dan justru memilih meraih ponselnya demi mencoba menghubungi Garry. Tapi tentu saja tak berhasil.

"Shit!"

Adrian mengumpat sembari menggebrak meja dan jelas langsung membuat Linda tersentak.

"Adrian kamu ini kenapa?!" Linda bertanya bingung kala mendapati Adrian tiba-tiba gusar tanpa alasan yang jelas.

"Nothing, Mi. Ini urusan aku, aku akan bereskan semuanya" janji Adrian pada Linda dan pada dirinya sendiri. 

.

*
.

Flashback

enam tahun lalu...

"Dri, gue titip ini ya " kata Garry pada Adrian yang duduk disampingnya. Ia mengulurkan sebuah gift bag berwarna ungu gelap pada Adrian.

Pagi itu keduanya sedang berada di dalam mobil yang dikendarai Adrian. Adrian tengah mengantar Garry ke bandara. Garry sebentar lagi akan bertolak ke New Jersey demi menempuh melanjutkan studi untuk meraih gelar master.

"- buat Elia" Garry menyambung.

"Elia?" Adrian memastikan ia tak salah dengar. Ditelisiknya bungkusan hadiah yang Garry pegang bergantian dengan wajah sepupunya itu. Alis tebal Adrian hampir menyatu. Tak disangkanya Garry memperhatikan Elia apalagi sampai memberi cinderamata saat akan pergi beribu mil jauhnya. 

"Hm" Garry membenarkan sambil mengangguk.

"Apa nih?" Adrian bertanya penasaran.

"Bukan apa-apa. Gue cuma tau belakangan dia baru suka banget baca-baca novel. Kemarin gue lihat ini di kamar gue. It's an old book, but I thought she's gonna like it"

"- nanti lo dateng kondangan sepupu Elia kan? Elia pasti ada disana. Tolong kasih ini ke dia ya" pinta Garry bersungguh-sungguh. 

"Perhatian banget lo" Adrian mendesis curiga.

"Enggak lah, kebetulan aja gue kepikiran mau kasih ini" Garry berdalih.

"Oh" Adrian menggumam percaya. "Okay, no worries. I'll give it to her" lanjutnya berkata ringan tanda menyanggupi permintaan Garry untuk memberikan pemberian tersebut pada Elia.

"Thanks, Man" balas Garry.

*

Ketika usai mengantar Garry sampai masuk bandara, Adrian telah kembali ke mobilnya dan kini ia duduk sendiri di belakang kemudi.

Adrian mengerling penasaran gift bag dari Garry untuk Elia yang tergeletak di kursi penumpang depan.

Adrian sempat bimbang namun akhirnya ia meraih bungkusan tersebut. Adrian dengan sedikit ragu lantas membuka perekat gift bag dan kemudian mengeluarkan isinya.

Adrian kini menggenggam di tangannya sebuah novel tak begitu tebal bersampul putih berjudul 'A Child Called It' by Dave Pelzer.
Adrian mencebik setelah meneliti cover buku tersebut.
'Oh bukan novel cinta-cintaan' gumamnya bermonolog.

Ia lalu melihat isinya dengan menyisir buku. Namun kemudian gerakan jarinya terhenti ketika ia melihat di tengah-tengah buku terselip sebuah amplop berwarna putih.

Adrian mengambil amplop tersebut. Ia membolak-balik amplop itu namun tak menemukan nama pengirim maupun penerimanya.  Lalu dengan rasa penasaran yang menyerbu, Adrian dengan lancang membuka amplop itu yang bahkan tidak tersegel. 

Adrian mengeluarkan dua carik kertas yang ada di dalam amplop. Dan ia pun mulai membaca satu kertas yang paling atas.

"Hi,

It must be a surprise when you read this letter-"

Begitulah bunyi kata-kata pembukanya. Adrian lantas terus membaca isinya. Ia pun kemudian menyadari bahwa itu adalah surat cinta; bagaimana sang pengirim sangat memuja subjek dalam surat yang kemungkinan adalah seorang wanita. Si pengirim berharap sang wanita mau menunggunya juga memberinya kesempatan sekalipun ia tau wanita itu mencintai pria lain.

Adrian mengernyitkan dahi saat tau subjek surat tak disebutkan namanya.

Lalu Adrian membaca secarik surat yang tersisa. Dan disana ternyata berisi puisi cinta dengan pesan yang lebih mendalam. Tak terlalu banyak kata tapi sarat makna. Dan disana di ujung surat akhirnya tertera nama dari sepupunya, Garry Axman.

Adrian tertawa tak percaya.
Ia meneliti lagi dan lagi. Dari rentetan kalimat dan ciri-ciri wanita yang disebutkan Garry, Adrian yakin bahwa surat tersebut memang ditujukan untuk Elia.

Adrian tersenyum miring.
"Garry , Garry ... minat juga lo sama bocil bawah umur. She is literally a minor, man. Gila apa lo mau nge-grooming dia? Haha, gak bener lo"
Adrian mendesis geli.

Saat itu Elia memang masih remaja berusia enam belas tahun sedangkan Adrian dan Garry sudah dua puluh empat tahun. Adrian sudah menyelesaikan gelar masternya sementara Garry baru akan berangkat ke New Jersey untuk meraihnya.

Adrian melipat surat dan memasukkan lagi ke dalam amplop. Ia lalu meletakkan persis di tengah buku seperti sedia kala. Adrian pun melemparkan gift bag ke kursi penumpang dan kemudian ia memilih untuk melajukan mobil. 

*

Malamnya, Adrian benar menghadiri resepsi pernikahan sepupu perempuan Elia yang bernama Viona. Ia sudah berada di dalam ballroom hotel yang begitu megah lengkap dengan dekorasi pesta yang amat mewah.

Adrian datang di tengah acara yang sedang berlangsung. Terdengar seorang wedding singer tengah menyenandungkan lagu cinta. Dan Adrian terus berkelana di dalam ballrom yang sudah penuh orang. Ia juga membawa bingkisan Garry yang dititipkan padanya.

"Kakak" satu seruan itu menangguhkan langkah Adrian.

Adrian lantas berbalik demi menghadap sosok dengan suara familiar yang ia kenal.

Adrian kemudian melihat Elia remaja telah berdiri di hadapannya. Gadis itu tampak cantik dengan mengenakan seragam bridesmaid berwarna pink salmon dan ditunjang riasan yang lebih dewasa dari usianya.

Sementara Elia jelas langsung terkesima saat melihat Adrian yang sangat tampan memakai jas. Kemudian satu senyuman gugup begitu saja mengembang dari bibir Elia. 

"Kamu-" Adrian berbisik. Kebetulan sekali ia tak perlu repot mencari Elia untuk menyampaikan titipan Garry. Ternyata gadis itu sendiri yang datang padanya.

"Elia senang sekali bisa bertemu kakak malam ini. Elia pikir kakak enggak bisa hadir" Elia berbasa-basi. 

Adrian menampakkan raut canggung saat mendengar basa-basi klise Elia.

"Kakak kok sendiri, om Tommy sama tante Linda mana kak?" Elia bertanya sambil celingukan memeriksa sekeliling Adrian.

"Mereka masih ada acara jadi mungkin datang agak terlambat" Adrian menjawab keingintauan Elia.

"Oh pantas, dari tadi Elia belum lihat Om dan Tante"

" - jadi kakak baru aja sampai?"

"Iya"

Elia mengangguk paham.
"Mmm... kakak sudah tau meja kakak dimana? Ada di area VIP di sebelah kanan ballroom. Mau Elia sekalian antar kesana?" Elia menawarkan penuh semangat.

"Enggak usah" Adrian langsung menolak.

Senyum Elia memudar.
"... oh, ya sudah" gumamnya kecewa disertai setengah menunduk. Namun Elia lalu melihat gift bag yang dibawa oleh Adrian.
"Apa itu, kak?" Tanya Elia dan menengadah menatap Adrian lagi. 

"Apa kado buat pengantin?" Elia menebak sok tau. Ia yang sangat menyukai Adrian tentu ingin terus bercengkerama dengan pria itu.

Adrian terdiam lama. Ia balas memindai Elia yang ada di hadapannya. Terus dilihatnya wajah lugu Elia dengan mata bening gadis itu yang melebar kala menanti jawabannya.

Adrian merenung dalam-dalam sambil merapatkan bibir. 

Dan kemudian ia akhirnya menjawab.
"Iya"
Kata itu terlontar begitu saja oleh Adrian. Ia sendiri juga bingung kenapa waktu itu ia justru berdusta. Padahal jelas-jelas itu adalah bingkisan yang berisi surat cinta dari Garry untuk Elia.

"Mau dititipkan saja di bagian buku tamu?" Elia lanjut memberikan pilihan jikalau Adrian tak ingin repot menenteng gift bag.

"Enggak usah. Biar aku kasih sendiri ke sepupu kamu" balas Adrian dan menyadari ia sudah terlanjur berbohong dan tak ingin berubah pikiran.

"Oh iya"
Elia mengerti seraya membatin mungkin kado tersebut berisi hadiah yang begitu berharga dengan harga mahal jadi Adrian tak ingin menitipkannya pada sembarang orang.

.
.
.

"Tante-" Adrian menyapa pelan Vivian.

Vivian menengok dan langsung balas menyapa pria muda yang tau-tau sudah berdiri di sampingnya.

"Halo Adrian" katanya diikuti memeluk singkat Adrian.
"Terima kasih banyak ya sudah mau datang" senang Vivian.

"Iya, Tante" Adrian membalas.

"Mm, Tante tau dimana Tiara duduk?" Adrian langsung menyampaikan maksud sebenarnya ia menghampiri Vivian.

"Tiara?"

"Iya"

Setelah menimang sesaat, Vivian pun menjawab.
"Tiara tadi duduk disana" Vivian menunjuk salah satu bangku kosong di depan meja VIP.

Nampaknya sudah menjadi keberuntungan Adrian malam itu karena Tiara sedang tidak ditempat dan tujuannya bisa berjalan lancar.

"Ada apa kamu tanya Tiara? Kamu belum ketemu sama dia?" Vivian bertanya.

Adrian memamerkan senyum kakunya. "Enggak apa-apa, Tante. Ini cuma ada titipan dari Garry" Adrian berdusta untuk kesekian kali.

"Oh begitu" gumam Vivian tanpa curiga.

Dan Adrian pun lalu meletakkan gift bag dari Garry justru di atas kursi Tiara.

.
.

Hanya selang beberapa hari kemudian, Garry yang sudah tiba di negeri Paman Sam mendadak menghubungi Adrian.

"Lo gila, kenapa hadiah dari gue buat Elia justru lo kasih ke Tiara?" serbu Garry berapi-api lewat sambungan telefon.

"Gue enggak kasih ke Tiara" Adrian mengelak demi menampik tuduhan Garry.

"Terus kenapa bisa ada sama dia?" Garry tak henti memprotes Adrian.

"Mana gue tau" Adrian berpura-pura tak paham.
"Waktu itu gue buru-buru jadi gue enggak bisa kasih langsung ke Elia-" ia berbohong. 

"Apa?!"

"Gue cuma tanya sama tante Vivi dimana Elia duduk. Wait, mungkin tante Vivi salah dengar. Dia dengarnya Tiara, terus dia justru tunjukkin kursi Tiara ke gue" Adrian terus berdusta bahkan sekarang ia mengkambinghitamkan mama Elia.

"Damn it, kacau semua gara-gara lo"

"Apanya yang kacau? lo kan tinggal bilang sama Tiara buat kasih hadiah lo ke Elia. Apa susahnya hm?" Adrian berkata santai. "Atau mau gue bilangin ke Tiara?" tambah Adrian berakting ingin membantu.

"What? No. You'd better shut your fucking mouth dipshit, just-" Garry memekik gugup dari seberang.
"Lo gak usah bilang apa-apa sama Tiara, oke?" larangnya pada Adrian.

"Okay" Adrian justru berjanji cepat. Ia lalu ganti berucap pada Garry.
"Lo harus jaga kewarasan lo disana. Jangan masalah sepele begini lo besar-besarin, pakai marah-marah gak jelas. Trust me, if there's one thing you need most when you're there, it's your mental stability"
Adrian tanpa tau malu justru memberikan nasehat pada Garry demi menutupi kebohongannya.

"Bisa lo ngomong begitu ke gue. I only asked you one simple favor but look how you screwed it up. Lo - " 
Garry belum puas menyalahkan Adrian serta menyalurkan rasa frustasinya. Dan pria itu terus saja mengoceh tak jelas selama panggilan berlangsung.

Sementara sebaliknya, Adrian malah memutar bola matanya karena bosan mendengar celotehan Garry.  Ia pun diam-diam membatin penuh percaya diri.

'Lo harusnya berterima kasih ke gue karena gue sudah menyelamatkan lo dari keterpurukan patah hati. Gak gampang bikin cewek berpaling dari gue ke elo.
Man,  you'd better move on'

.
.
.

Flashback off

Dan kini di masa sekarang, Adrian tengah ketar-ketir saat duduk di kursi CEO-nya. Ia berpikir, kenapa semua begitu kebetulan?

Apakah langkah Garry membatalkan pertunangan ada hubungan dengan masalah rumah tangganya yang memburuk dengan Elia?

Adrian berharap saat itu ia hanya sekedar overthinking. Karena jika Garry benar ingin mengejar Elia, tentu ia tak akan senang. Bukan masalah ia tak percaya diri. Ia cukup yakin dengan semua yang dimilikinya, ia tak merasa takut dan berpikir tak akan kalah melawan siapapun.

Adrian menangkupkan tangan di ujung hidung lancipnya sembari menatap tajam ke depan.
Bersaing dengan seseorang yang mempunyai nama belakang yang sama dengannya, bisa jadi hal yang lebih rumit dan merepotkan.

*****

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 43.5K 22
#Brotherinlawseries1 Judul sebelumnya==> Cinta Alea Budayakan follow sebelum membaca✌ Cerita ini mengandung unsur dewasa !! Harap bijak dalam memb...
92.9K 4.5K 24
•Total 23 chapters, termasuk extra parts. ⚠ Terdapat beberapa kata kasar Sejak awal laki-laki dengan iris abu-abu itu mampu menarik perhatianku hingg...
207K 25.6K 53
"Bisa dibaca bab lengkapnya di Fizzo" "Aquila hamil anak aku, Bunda!" suara serak itu membuat semua orang terkejut. Aquila yang akan membuka pintu me...
384K 31.7K 50
Gimana jadinya kalo lo dicintai secara ugal-ugalan sama mas-mas Jawa?