Arshan Gentala [End]

By Anurayyan

428K 28.6K 2.8K

⚠️Mampir aja dulu, sapa tau suka⚠️ Genre: #FiksiRemaja #Humor #Fantasi ••• Rank in 2 #humor Rank in 1 #fiksiu... More

00||00
00||01
00||02
00||03
00||04
00||05
00||06
00||07
00||08
00||09
00||10
00||11
00||12
00||13
00||14
00||15
00||16
00||17
00||18
00||19
00||20
00||21
00||22
00||23
00||24
00||25
00||26
00||27
00||28
00||29
00||30
00||31
00||32
00||33
00||34
00||35
00||36
00||37
00||38
00||39
00||40
00||41
00||42
00||43
00||44 End?
Extra Part 01
Extra Part 02
Extra Part 03
Extra Part 04
Extra Part 05

Extra Part 6

5.4K 173 57
By Anurayyan

Awas lu gak vote+koment, gue ngambek, mogok up😪🏋️🤣😭



EXTRA PART 6

•••

  Niat hati ingin membawa Lula tidur selepas makan beberapa menit yang lalu, ia malah mendapat teror dari Arshan dan Argo yang memintanya untuk segera mengantar Lula pulang. Jika tidak, maka mereka berdua akan mengirim orang suruhan untuk menjemput putrinya.

  Sebenarnya Lintang bisa saja menghalau semuanya, tapi takut tak mendapat restu. Jadi, sebagai calon menantu yang budiman, ia harus menuruti para mertua laknatnya itu.

"Om, katanya mau tidur. Kenapa ngelamun?" Ia menyentuh lengan Lintang setelah mematikan layar televisi yang tadi menampilkan siaran Upin Ipin.

  Lintang menoleh, menatap Lula dengan senyum mengembang yang akhir-akhir ini sering muncul kepermukaan.

Cup.

  Lagi dan lagi bibir Lula menjadi sasaran kegemasannya.

"Kamu nggak jadi nginep, sayang."

"Loh, kenapa om?" Kening Lula berkerut.

"Papa sama ayah kamu dari tadi nelpon om, nyuruh kamu pulang."

  Mendengar hal tersebut ia langsung panik. "Aduh om, pasti papa sama ayah marah gara-gara Lula nggak pulang, belum lagi bang Eros. Ini gimana."

"Hei, jangan takut, kan ada om. Lagipula mereka nggak akan marahin kamu."

"Om serius?"

"Iyya. Ayok om antar pulang."

  Lintang meraih pinggang gadis itu, lalu menggendongnya, keluar dari apartemen menuju mobil miliknya di parkiran. Kali ini tidak meletakkan Lula di kursi samping kemudi, melainkan memangku gadis itu.

"Om."

"Hm."

  Lula yang sedari tadi menyembunyikan wajahnya di bahu Lintang, tersadar saat mobil sudah melaju.

"Om kok nggak turunin Lula." Ia mengangkat wajahnya, menatap Lintang yang saat ini fokus menyetir.

"Di sini aja biar kamu nyaman tidurnya," kata Lintang mengusap punggung Lula, memintanya untuk kembali bersandar di bahunya.

  Merasa Lula yang menguap, ia sedikit miring kemudian mengecup pelipis gadis itu. "Tidur aja, nanti om bangunin." Lula mengangguk.

  Sekitar lima belas menit waktu yang ia tempuh, hingga akhirnya tiba di halaman rumah sahabatnya.

  Ia mendengus saat mendapati tiga pria di depan pintu bersedekap dada, pasti mereka menunggu kedatangannya bersama gadisnya ini.

  Setelah turun dengan hati-hati, ia pun segera menghampiri Arshan, Argo, juga Eros, sembari terus menepuk-nepuk pelan punggung Lula agar tidurnya tidak terganggu.

  Ketiganya sudah menatap dirinya dengan tatapan garang, namun Lintang abai.

  Arshan dan Argo yang sudah siap menyemprot Lintang, bungkam kala melihat putrinya tertidur di pundak pria itu.

"Habis Lo bawa ke mana anak gue?" Ucapnya berbisik, terselip nada kesal di sana.

"Kan tadi gue bilang ditelpon, kalau gue itu bawa anak Lo ke KUA," balas Lintang, ikut berbisik, berusaha menahan tawanya saat melihat ekspresi terkejut dari mereka bertiga.

"Dahlah, gue mau bawa istri gue ke kamar."

  Lintang nyelonong masuk begitu saja, meninggalkan ketiganya yang diam membisu.

"Wah nggak beres nih," kata Arshan setelah tersadar, segera mengejar Lintang, disusul Argo, juga Eros.

"Woi Lintang."

  Sang empu yang sudah menaiki seperdua bagian tangga, terpaksa menoleh saat mendengar teriakan sang mertua di bawah sana.

"Lo bawa Lula ke kamarnya, habis itu turun. Lo mau gue sidang!"

  Arshan mendelik kala Lintang membalas ucapannya dengan jempol. Ck, gini amat punya menantu sahabat sendiri.

"Yah, Pa, ini udah sepuluh menit, tapi kok om Lintang nggak turun-turun juga."

  Benar juga apa kata Eros, mereka sudah menunggu sedari tadi, tapi tak ada tanda-tanda kedatangan Lintang.

"Gue coba cek ke atas," ucap Argo, segera ke atas.

"Eros ikut."

  Belum sempat ia berdiri, bahunya sudah ditarik lebih dulu oleh Arshan. "Anak kecil di sini aja."

"Apa sih pa, Eros udah gede. Udah bisa jadi suami yang baik buat Aluna."

Pletak!

"Nggak usah ngadi-ngadi, fokus aja sama kuliah kamu biar bisa jadi dokter. Soal jodoh biar Tuhan yang atur. Kamu nggak usah mikirin soal nikah-nikahan kalau belum mapan." Arshan memberi wejangan setelah menjitak kening putra sahabatnya itu.

"Elleh, bilang aja papa nggak restuin Eros sama Lula."

"Sebenarnya itu salah satunya." Eros mendelik, membuat Arshan terkekeh.

  Ia menepuk puncak kepala Eros. "Papa bukan nggak restuin, tapi selama ini yang papa lihat di antara kalian nggak ada tatapan cinta antara laki-laki dan perempuan, hanya ada tatapan seorang kakak yang begitu ingin melindungi adiknya."

  Eros diam, ia merasa jika ucapan papanya itu memang benar.

"Kamu pernah gugup atau ngerasa jantung kamu detaknya benar-benar gila saat sama Lula?"  Pertanyaan Arshan tersebut mendapat gelengan dari Eros.

"Pernah ngerasain itu sama seseorang?" Kali ini Eros mengangguk.

"Sama siapa, temen kamu? Pacar? Perasaan kamu belum punya pacar." Arshan mencerca Eros, dirinya cukup penasaran.

"Anaknya om Vernan sama tante Zahra," jawabnya, setengah menyengir kala mendapati raut sang papa berubah datar.

"Kamu jatuh cintanya sama anak sepuluh tahun? Nggak ada yang lain gitu. Masa kamu ikutan kayak om kamu."

"Beda lah pa, om Lintang suka sama Lula waktu masih bayi, lebih parah dia."

"Terserah."

  Sedangkan di lantai dua, Argo mengumpat kasar kala pintu kamar Lula di kunci dari dalam.

"Lintang darat sialan! Ngapain coba di dalam berdua sama anak gue!"

  Ingin mendobrak, tapi takut Lula terbangun. Berarti yang paling benar adalah menggunakan kunci cadangan. Dengan terburu-buru Argo menuruni tangga, lalu menghampiri Arshan dan putranya yang duduk di sofa.

"Kenapa?"

"Kunci cadangan di kamar Lula ada nggak?"

"Buat apa?"

"Lintang ngekunci dari dalam."

"Pantes nggak turun-turun," decak Arshan.

"Yaudah buruan kuncinya," Argo mengulurkan tangannya, meminta kunci.

"Di kamar Lula."

"Lah, gimana ceritanya?"

"Tau ah, sidangnya besok aja, gue ngantuk, mau kelonan."

  Argo melongo melihat Arshan pergi begitu saja.

"Jangan lupa tutup pintu rumah gue ya Go," teriak Arshan yang sudah tak terlihat dari pandangan Argo.

"Ogah!" Balasnya, menarik Eros untuk pergi.

  Keesokan harinya, Arshan bangun pagi-pagi sekali, ingin mengecek kamar putrinya. Tepat sekali, kamar itu langsung terbuka menampakkan putrinya yang baru saja bangun tidur.

"Jangan dikucek matanya," ia menahan tangan Lula.

Gadis itu menatap papanya. "Papa liat om Lintang nggak?"

  Kening Arshan berkerut, lalu menggeleng. "Malah papa ke sini mau ketemu Lintang. Bukannya semalam dia tidur di sini?"

"Iyya, tapi pas Lula buka mata, om Lintang udah nggak ada."

  Arshan tersenyum ke arah putrinya, sembari mengumpati sahabat laknatnya itu dalam hati.

"Kamu mandi gih, habis itu siap-siap ke sekolah, keburu abang kamu nunggu."

"Siap pa." Ia kembali masuk ke kamarnya setelah memberi hormat pada sang papa.

Ting.

  Baru saja masuk ke dalam kamar, ponselnya sudah berbunyi, pertanda ada pesan masuk. Segera ia mengecek, barangkali itu dari kantor.

  Dan detik berikutnya wajahnya berubah merah seperti menahan mual selepas membaca pesan tersebut.

'Monyet bekantan'
Pesan

Pa, maaf ya, Lintang tadi nggak sempet pamit soalnya ada hal penting yang harus diberesin di kantor.
Tapi tenang aja, nanti malam Lintang pulang kok. Sampai jumpa papa mertua, mmuuach.

"HUEEEK... LINTANG KAMPRET! DASAR SAHABAT LAKNAT!"

•••
Ngantuk 😴

Continue Reading

You'll Also Like

511K 2.7K 18
Cerita ini bagian dari @fantasibersama
1.6M 51K 34
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
991K 2.5K 17
🔞 Bluesy area, mengandung 21+ 🔞 - oneshoot ! ranked; #1 Karina 24/6/2023 #1 Bluesy 25/6/2023 #1 Karinajeno 7/9/2023
590K 42.1K 28
"Ikutlah kami ke mansion," "Maaf om ada lilin yang harus saya jaga," ◇~◇~◇ Seorang pemuda yang bernama Faziello XC hanya tinggal berdua dengan ibunya...