Papa Antagonis

By TiaraArabela6

126K 9.9K 593

Vanessa jangan tanya lagi dia lah peran utama dalam cerita ini. Yang mana akan ber transmigrasi kedalam sebu... More

prolog
[satu]
[Dua]
[Tiga]
[Empat]
[lima]
[Enam]
[Tujuh]
Visual antagonis dan temannya
[Depan]
[Sembilan]
[Sepuluh]
[ 𝕤𝕖𝕓𝕖𝕝𝕒𝕤]
[𝕥𝕚𝕘𝕒 𝕓𝕖𝕝𝕒𝕤]
[𝕖𝕞𝕡𝕒𝕥 𝕓𝕖𝕝𝕒𝕤]
[𝕝𝕚𝕞𝕒 𝕓𝕖𝕝𝕒𝕤]
[𝕖𝕟𝕒𝕞 𝕓𝕖𝕝𝕒𝕤]
profil tambahan
[𝕋𝕦𝕛𝕦𝕙 𝕓𝕖𝕝𝕒𝕤]
[𝔻𝕖𝕝𝕒𝕡𝕒𝕟 𝕓𝕖𝕝𝕒𝕤]

[𝕕𝕦𝕒 𝕓𝕖𝕝𝕒𝕤]

5K 384 21
By TiaraArabela6


𝕋𝕖𝕣𝕚𝕞𝕒 𝕜𝕒𝕤𝕚𝕙 𝕓𝕦𝕒𝕥 𝕡𝕒𝕣𝕒  𝕡𝕖𝕞𝕓𝕒𝕔𝕒 𝕤𝕖𝕜𝕒𝕝𝕚𝕒𝕟!

↷✦; w e l c o m e ❞

Di rumah megah milik kediaman Smith dan masih pada hari yang sama.

Saat ini Mikael sedang  menonton  cocomelon [gini kan tulisannya? ] di TV di ruang tamu, dengan Angga yang memegang dot susu Mikaela dan Mikaela pokus nonton.

'𝔻𝕚𝕤𝕚𝕟𝕚 𝔸𝕟𝕘𝕘𝕒 𝕜𝕒𝕪𝕒 𝕡𝕖𝕟𝕘𝕒𝕤𝕦𝕙 𝕓𝕒𝕪𝕚 𝕒𝕛𝕒 ".

Keduanya asikk dengan kegiatan masing-masing dan tidak menyadari kalau Rafael masuk kedalam rumah dengan wajah yang bonyok.

Rafael berjalan kearah Angga yang tengah memegang dot sang anak dan Mikaela yang tidur di atas tempat tidur kecil untuk bayi, sambil menonton.

Angga mengalihkan pasanganya ke sisi kiri karena merasakan kehadiran seseorang.
Seketika Angga kaget melihat wajah tuanya yang memiliki bekas biru keunguan di beberapa bagian.

Rafael membuat kode mata agar ia yang menggantikan menjaga Mikaela,
'Biar aku yang memberikan susunya' seperti itulah kira-kira.

Angga menganggukkan kepalanya, dan dengan perlahan tangannya akan melepaskan dot tersebut, dan sebelum benar-benar terlepas Rafael memegang dot tersebut.

Dengan begitu Mikaela hanya mengira Angga menggerakkan tangannya.
Angga berjalan pergi sambil membawa jas miliki Rafael untuk di cuci.

'Pantas anak kecil suka ni kartun, ternyata seru juga ' batin Mikaela masih menyesap dotnya.

[Tentu saja! Kartun ini memang di rancangan untuk anak-anak dan karena tubuh el yang secara garis besar adalah bayi, maka jiwa  el akan mengikuti perkembangan , walupun akhir-akhir ini cocomelon ada unsur 🌈]

'Oh begitu, oh Ngomong-ngomong ni susu enak juga ' batin Mikaela mengangkat kedua tangan kecilnya untuk memegang dot, walaupun ada orang yang memegang kanya untuk dirinya.

Mikaela sempat melirik sekilas ke arah pemegang dot dan kembali menatap TV.
Beberapa detik kemudian Mikaela diam membeku karena sadar kalau yang memegang dot miliknya bukanlah Angga.

'Ini bukan Angga! Jadi siapa ____?! ' batin Mikaela  kaget dan kembali menatap arah orang yang memegang dotnya.

Dapat Mikaela lihat, wajah tampan ayahnya yang sangat ia kagumi kini terdapat lecet.

" Preffff!Uhuk uhuk!! " Mikaela menyemburkan susunya dan disusul dengan dirinya yang terbatuk-batuk  , saking kagetnya dengan wajah  ayahnya.

Rafael dengan sigap mengangkat badan Mikaela dan mengandalkan tubuh kecil sang bayi di pundak kanannya, kemudian menepuk-nepuk punggung sang bayi.

"Hmmmm! " dehem keras Rafael keras, seolah-olah membantu Mikaela mengeluarkan susunya yang berada di tenggorokan.

𝕀𝕥𝕦𝕝𝕠𝕙 𝕪𝕒𝕟𝕘 , 𝕜𝕒𝕝𝕒𝕦 𝕒𝕟𝕒𝕜 𝕓𝕒𝕝𝕚𝕥𝕒 𝕥𝕖𝕣𝕤𝕖𝕕𝕒𝕜 𝕤𝕦𝕜𝕒 𝕕𝕚 𝕓𝕚𝕝𝕒𝕟𝕘 𝕙𝕞 𝕙𝕞 𝕤𝕒𝕞𝕒 𝕞𝕒𝕞𝕒𝕙𝕟𝕪𝕒 𝕤𝕒𝕞𝕓𝕚𝕝 𝕕𝕚 𝕥𝕚𝕞𝕒𝕟𝕘-𝕥𝕚𝕞𝕒𝕟𝕘.

Mikaela mengusap wajahnya ke baju kemeja  milik Rafael, guna menghapus sisa susu yang berada di mulut serta hidungnya.

'An*ng muka bokap kenapa! ' batin Mikaela kaget.

Rafael yang merasa  Mikaela sudah baikan pun membaringkan sang bayi di atas kakinya yang selonjoran, di atas sofa.
Tak lupa, Rafael meletakan bantal kecil , untuk di membuat tidur Mikaela nyaman di atas pangkuannya.

"Kenapa hm? " tanya Rafael yang melihat sang anak menatapnya lamat dengan mulut yang terbuka.

'Al, ini muka deddy gue kenapa? ' batin Mikaela penasaran.

[Ini semua disebabkan oleh kakak tiri Rafael el!]

Perkataan sang sistem membuat Mikaela kesal sampai ke ubun-ubun.
Dengan beraninya protagonis itu melukai wajah rupawan sang ayah tercinta.

"Daddy atit? " kata Mikaela menunjuk muka Rafael.

Rafael hanya tersenyum dan memegang tangan Mikaela yang menunjuk wajahnya, lalu Rafael mendekatkan wajahnya ke tangan mungil tersebut dan mengelus nya dengan pipi milik Rafael yang ada lebam nya.

"Enggak sakit kok" balas Rafael tersenyum dan  berhenti mengelus pipinya ke tangan gembul Mikaela.

Terjadilah acara tatap menatap antara keduanya.

Namun, tak berlangsung lama karena terdengar teriakan membahana dari lantai dua.

"Akkkh! Cicak!! " suara teriakan tersebut sangat keras, membuat Rafael mengalihkan atensinya menuju tangga.

Disana ada seorang anak laki-laki  berusia 8 tahun sedang melompat-lompat ketakutan karena ada cicak yang menempel di bajunya.

"Kak! Tolong kak! " teriaknya di iringi dengan tangisan meminta tolong kepada kakanya yang tengah tertawa melihat penderitaan sang adik.

"Hahaha! Aidan cicaknya sudah enggak ada " kata sang kakak kepada sang adiknya  sambil di iringi tawa olehnya.

"Enggak! Kak Erick pasti boong! " bantah adiknya karena merasakan sesuatu di dalam bajunya.

Ya, mereka adalah Erick dan Aidan.
Anak dari kevan, orang yang menemukan Mikaela di tepi sawah dulu.

Perjanjian antara Rafael dan Erick ialah, jika Mikaela di bawa pergi oleh Rafael, maka mereka juga harus ikut dengan Mikaela.
Rafael menyanggupi perjanjian tersebut, sebagai balasan karena mau merawat anaknya dengan sangat baik.

Bukan hanya tinggal, tapi Rafael membantu membangun kembali perusahaan milik kevan yang pernah bangkrut.

Dan sekarang Kevan kembali merintis usahanya kembali.

Kembali ke cerita..

Rafael menatap datar kelakuan kedua anak tersebut yang selalu membuatnya emosi dan membuat waktunya bersama dengan sang anak berkurang drastis.

Sedangkan Mikaela sendiri ikut tertawa saat melihat Kakaknya Aidan menangis sejadi-jadinya karena seekor cicak yang dengan nyamannya berada di dalam baju bocah tersebut.

"Sini kakak buang cicaknya " kata Erick meminta sang adik untuk mendekati-Nya, dan dengan sigap Aidan mendekati sang kakak.

Erick mengambil cicak tersebut tampa rasa takut  , dan memegangnya di depan  badan.

"Ini udah " kata Erick kepada sang adik , sambil memperlihatkan cicak yang ada di tangannya.

Aidan yang melihat hal tersebut mengambil jarak dari sang kakak, dengan bulu kuduk berdiri namun tidak lupa mengucapkan Terima kasih.

"Terimakasih kak " kata Aidan sambil bergidik ngeri, yang mana membuat  Erick terkekeh.

Rafael berjalan menuju pintu balko dan membuang cicak tersebut.
Tak lupa setelahnya  Erick kembali menghampiri  sang adik yang tengah bersama dengan Rafael dan Mikaela yang tengah bermain dengan anak tupai gendut sang bayi.

Erick memperhatikan Mikaela dan Aidan yang tengah asik memegang  tupai gendut tersebut.

Erick hanya tersenyum, kemudia duduk di sofa yang berseberangan dengan Rafael yang juga dudu di sofa , sedang memperhatikan kedua anak yang bermain di karpet.

[ erick       | mika & Aidan|   Rafael]

Begitulah kira-kira posisinya.

Rafael menatap Erick datar, begitupun dengan Erick.
Mereka saling pandang seolah-olah sang peria berusia 10 tahun tersebut tengah berhadapan dengan seorang ayah untuk meminta restu.

'Semoga eln enggak suka sama ini bocah pas gede! ' batin Rafael mencap Erick sebagai ancaman besar kedepannya.

Sedangkan pemikiran Erick.

'Ayahnya  Mika kenapa natap Aku kaya gitu? Apa aku ada salah? Atau apa sih? Dasar kulkas hidup! ' itulah batin sang bocah.

Karena acara tatap menatap antara keduanya, mereka tak sadar jikalau kedua bocah yang sedari tadi di karpet sudah hilang.

Keduanya sedang pergi ke dapur, dengan Aidan yang menggendong Mikaela.
Tak lupa dengan dua tupai kecil yang mengikuti setiap langkah kaki Aidan.

" bi? Ada susu kotak gak? " tanya Aidan kepada sang bibi yang tengah  makan kue putu.

"Oh ada di kulkas, mau bibi ambilkan? " kata sang bibi sekaligus bertanya.

" enggak usah! Aidan ambil sendiri aja " kata Aidan berjalan menuju kulkas.

Aidan mendudukkan Mikaela di lantai, dan setelahnya Aidan membuka pintu kulkas dan mengambil dua kotak susu.

Satu untuk Mikaela dan satu untuknya, tak lupa Aidan mengambil beberapa cemilan di sana.

Aidan duduk di depan kulkas bersama Mikaela, dan kedua tupai nya.

Mereka meminum susu dengan nikmat di sana, tanpa peduli lantai tersebut kotor ataupun tidak.

Angga yang kebetulan mampir kedapur untuk mengambil cemilan khusus milik Mikaela pun terkaget-kaget saat melihat keduanya dengan santainya duduk di depan kulkas.

"Aidan! Mikaela! Kanapa kalian duduk di sana? " tanya angga berjalan mendekati keduanya.

"Kak angga! Kita lagi minum susu " kata Aidan  dengan semangat memperlihatkan kotak susu.

Angga hanya bisa menghela nafas dan  mengangkat badan Mikaela untuk duduk di tempat duduk bayi.

Aidan pun ikut pindah untuk duduk di bangku sebelahan dengan Mikaela.

Angga mengambil cemilan khusus bayi untuk Mikaela dan makanan untuk Aidan.
Tak lupa kacang tanah untuk tupai Mikaela.

Angga ikut duduk di meja makan bersama dengan kedua anak tersebut yang sedang menikmati makanan mereka.

Mereka tak sadar bila acara makan -makan kedua anak tersebut, mengakibatkan Rafael dan Erick kelimpungan mencari kedua anak tersebut.

Dan bodohnya mereka tidak mencari ke dapur.




✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Di sebuah mansion mewah.

Seorang laki-laki berusia sekitar 28 tahun, bernama Alexis Alexandria  sedang duduk termenung di ruang tamu yang terlihat sepi dan suram.

Bukan hanya suram, tapi bikin takut karena cat dinding berwarna hitam, banyak barang yang tak ada kesan rumah bahagia, lalu poto keluarga pun tidak ada.

Alexis sedang menatap hpnya dengan lamat, dimana ada bayi kecil yang terlihat baru bangun tidur.

Foto tersebut di ambil saat sang bayi baru lahir, karena kulitnya masih merah, namun tak menutup aura anak seorang Sultan, apalagi mata biru sang bayi yang terlihat mempesona.

"Anak ayah " kata alexis dengan pelan tak lupa dengan senyuman yang biasa membuat para gadis rela berkorban demi sang laki-laki.

" kamu dimana sih? Ayah kangen sama kamu tau? Kalau aja malam itu ayah cepat datang, mungkin kita bisa bersama selamanya "lirih alexis mengusap layar ponsel yang memperlihatkan  wajah sang bayi.

Namun elusan tersebut lama kelamaan menjadi cengkraman kuat.
Alexis menundukkan kepalanya dengan wajah yang mengkerut karena  marah dan prustasi.


" kalu saja  malam itu ayah cepat! Pasti kita tidak akan terpisah! Dan ini semua salah ibu sialan mu itu! Yang dengan santainya membuangmu ! " marah Alexis langsung membanting meja  yang ada di depannya.

"Wanita sialan itu yang dengan beraninya membuangmu karena hanya ingin memeras hartaku! Seharusnya aku sadar kalau sejak awal dia menikahiku hanya menginginkan hartaku saja! " geram alexis mendorong guci mahal yang ada di sekitarnya.

Para pelayan di sana tak berani berbuat banyak karena jika mereka berani menghentikan perbuatannya maka, katakan selamat tinggal dunia.

" setelah berhasil merampas segalanya dariku, dia pergi begitu saja "  geram alexis menghancurkan segala hal yang ia lihat.

Di acara amukan alexis, sura telpon berbunyi.

Dengan nafas tak berturan, dirinya mengambil ponsel yang tergeletak di sofa dengan kasar.

Dilihatnya kalau itu nomor milik sang ayah.

Alexis dengan wajah kesal mengangkat telpon tersebut dan di sambut suara dingin dari seberang sana.

" bagaimana? Cucuku sudah di temukan? " tanya ayah Alexis dengan dingin.

Alexis mengeratkan giginya kesal.

"Belum "

"Kenapa belum? Bukannya sudah kubilang kerahkan semua anak buah keluarga  Alexsander? " kata ayah alexis.

"Sudah ayah! " kata alexis dengan tangan terkepal.

"Kalau begitu cari yang benar! Dalam waktu 2 minggu, kalau tidak bisa di temukan maka segala pasilitas yang kamu pegang ayah sita " ancan ayah alexis dan langsung mematikan sambungan telpon.

Alexis geram langsung melempar hp miliknya ke arah tv layar lebar, dan langsung membuat tv tersebut rusak parah pada bagian kacanya, dan hp yang sudah pasti hancur.

"Sialan! " geram  alexis.

✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏

Ke esokan harinya..

Hari ini hari rabu , hari pertama Erick dan Aidan sekolah di kota.

Keduanya, Rafael di sekolah di SD ternama di kota tersebut.
Tenang saja mereka pasti tidak akan di tindas karena Rafael menjadi donatur di sekolah tersebut.

"Dadah " kata Mikaela yang sedang di gendong kevan.

"Dadah Ayah! Ade! " kata Aidan melambaikan tangannya  sebagai tanda perpisahan, sedangkan Erick tersenyum lebar.

"Jangan nakal ya! Ayah bakal jemput saat pulang nanti " peringat kevan kepada anak-anak nya.

Kevan, dan Mikaela menunggu sampai kedua bocah tersebut masuk ke sekolah.

Kevan menundukkan kepalanya untuk menatap Mikaela dalam gendongannya dan tersenyum.

"Ade, ayo kita pulang " kata kevan memasuki mobil milik Rafael.

Sesampainya di rumah, dari pintu rumah mansion, dapat Mikaela serta kevan dengar kalau terdengar suara bising.

Dan benar saja, saat di buka ada  teman se-geng Rafael di sana.
Aksa, Gilang dan jovanka, sedang bersantai sambil makan banyak sekali jajanan pinggir jalan dengan brutal.
Sedangkan sean dan Rafael menatap datar ketiga temanya.

Kevan hanya bisa tersenyum kikuk menatap kelakuan mereka, tapi Mikaela malah ngiler melihat martabak yang tengah di makan jovanka.

"Pa mau! " pekik Mikaela menujuk makanan milik jovanka.

Pekikan Mikaela membuat atensi lima pemuda di sana menatap sang bayi yang sedang ngiler.

"Ehh! Anak ayah pulang! " pekik Aska berjalan mendekati kevan dan Mikaela.

"Sini biar gue aja yang bawa " kara Aska mengambil alih sang bayi dari tangan kevan.


Kevan menggelengkan kepalanya heran dengan tingkah Aska yang berputar ,  dengan Mikaela yang di angkat tinggi.


'Ugh! Al! Gue mual! ' batin Mikaela yang menahan gejolak dalam perutnya.

[El! Tahan ya! Tahan]


Tangan mungil Mikaela menutup mulutnya ,  yang mana membuat Aska berhenti dan menatap Mikaela dengan tanda tanya besar.

"Kenapa As? " tanya Gilang.

"Eh?? " bingung mereka karena Mikaela yang terlihat menahan sesuatu.

"Ugh! Hueeee! " akhirnya Mikaela muntah di baju kaos milik Aska.

Seketika mereka semua terbelalak kaget, karena sang bayi yang muntah.

Seketika Rafael berdiri dan menerjang Aska untuk merebut Mikaela dari sang empunya, sedangkan Aska menganga lebar.


"Uh! " sekali lagi Mikaela  muntah, namun tidak mengenai Rafael karena dia sedikit menjauhkan Mikaela yang mana membuat muntah Mikaela tidak mengenainya.


Rafael, jovanka, Gilang, dan sean langsung menatap Aska tajam karena membuat bayi kecil tersebut teler di putar putar.





"Aska " panggil ke empat nya secara bersamaan, membuat Aska langsung kabur.


Kevan hanya menatap datar perkelahian mereka, dan ia lebih memilih mengurus Mikaela untuk menggantikan baju dan memberikan susu hangat.


"Anak muda sekarang aneh semua ya? " monolog kevan sambil menimang nimang Mikaela yang sedang menyusu menggunakan dot.

Continue Reading

You'll Also Like

377K 25.8K 48
"Novel siyaland" "Novel gak jelas" "Antagonis juga berhak bahagia" "kalau gue yang jadi antagonisnya,gue rubah alur ini besar besaran" Up tiap satu m...
227K 12K 45
Akhtar sang Ketos tegas, disiplin, sopan, dan benci dengan yang namanya berandal, tak takut dengan apapun bahkan berandal sekolahnya sekalipun yang m...
1M 46.8K 36
Anyelir Dayana sangat mencintai Biru Nevandra, namun sebaliknya Biru terlihat tidak mencintainya, padahal hubungan mereka sudah berjalan 6 tahu laman...
594K 53K 29
Lio bukan anak luar nikah yang kebanyakan orang menganggap rendah. Lio juga bukan anak nakal yang membuat kesal banyak orang. Lio hanya anak lugu ber...