Hold Me With Your Lies [COMPL...

Af Roses_Series

861K 24.2K 845

Elia menghabiskan seluruh hidupnya mengagumi sosok Adrian Axman, pewaris utama kerajaan bisnis Axton Group. N... Mere

01 - SISTER'S REUNION
02 - LITTLE SECRET
03 - THREAT
04 - A SENSE OF DREAM
05 - ARRANGEMENT
06 - TURMOIL
07 - THE PROPOSAL
08 - A WAVERING YES
09 - FITTING
10 - MON COEUR VS FREESIA
11 - LIES ON THE FINGERS
13 - SORENESS
14 - FORGOTTEN LOVE
15 - SOMEONE FROM THE PAST
16 - STEAL A GLANCE
17 - SORROW
18 - ASKING A TRUTH
19 - TEASING THE WIFE
20 - NEMESIS
21- ALL'S FAIR IN LOVE AND WAR
22 - KISSES AND TOUCHES ⚠️ 18+ ⚠️
23 - FLARE OF DESIRE ⚠️ 18+ ⚠️
24 - A BETRAYAL
25 - WOUNDED HEART
26 - A MAN'S EGO
27 - HONESTY
28 - A YOUNG LOVE
29 - WASTED TOIL
30 - WISH
31 - FLY TOWARDS YOU
32 - UNDER THE TUSCAN SUN
33 - WHY AND WHEREFORE
34 - FALL OUT OF LOVE
35 - QUARREL
36 - CHEAT
37 - SAVIOR
38 - RUEFUL BEAUTY
39 - IN THE CLUB
40 - CRUEL NIGHT ⚠️ (21+) ⚠️
41 - SORRY AND PROMISES
42 - BLOOD AND TEARS
43 - BETTER NEWS
44 - SOLACE (PART I)
44 - SOLACE (PART II)
45 - A COLD DEAL (PART I)
45 - A COLD DEAL (PART II)
46 - BACK HOME
47 - MISERY
48 - IN THE CAR (PART I)
48 - IN THE CAR (PART II) ⚠️21+⚠️
49 - LEAP IN THE DARK
50 - MENACE
51 - TOTAL MESS ⚠️21+⚠️
52 - DESPAIR
53 - GO TO PIECES
54 - A LITTLE FAREWELL
55 - SERENITY
56 - BITE THE DUST
57 - FIRST LOVE MEMORIES
58 - TRUE LOVE MEMORIES
59 - BRIDGE THE GAP ⚠️ 18+ ⚠️
60 - STILL A DILEMMA
61 - BRING AROUND
PDF RILIS

12 - A BITTER IGNORANCE

9.2K 312 3
Af Roses_Series

Sudah memasuki satu bulan lebih lima hari usia pernikahan Adrian dan Elia. Walau begitu belum tampak perubahan signifikan di dalam kehidupan mereka.

Adrian yang bahkan ketika masih lajang sangat sibuk, tak memberikan effort lebih dalam pernikahannya. Ia masih sama seperti dulu. Sebagai seorang CEO dan menjabat komisaris di berbagai perusahaan, mungkin tiga perempat waktunya habis untuk urusan pekerjaan dan bisnis. Sisanya baru ia habiskan untuk beristirahat.

Sementara itu, Elia tentu tak bisa berbuat banyak. Pernikahan yang ia tau berlatar belakang perjodohan tersebut jelas tak seperti pernikahan biasa dimana kedua belah pihak saling mencintai.

Akan membutuhkan waktu lama baginya dan Adrian untuk saling beradaptasi. Bahkan kewajiban dan hak masing masing sebagai suami-istri pun belum mereka jalankan atau dapatkan sepenuhnya.

Selama satu bulan ini, Adrian juga jarang sekali tidur di rumah. Kurang dari hitungan lima jari lelaki itu bahkan pernah satu ranjang dengan Elia. Itupun Adrian hanya sekedar singgah untuk beristirahat. Jangankan menyentuh Elia, ia berbicara juga hanya seperlunya.

Elia hanya bisa pasrah dan tak banyak menuntut. Ia merasa memang masih harus bersabar atas resiko menikahi seorang pengusaha yang super sibuk seperti Adrian.

*

Siang itu, Adrian dan Elia tengah berada di salah satu rumah Adrian yang berada di negeri Paman Sam; Kingsburg - California. Mereka sedang bersiap untuk menghadiri acara pertunangan sepupu Adrian - Garry Axman, di kawasan Bel-Air.

Perlu menempuh perjalanan sekitar tiga jam dari Kingsburg menuju Bel-Air lewat jalur darat. Adrian dan Elia akan stay di mansion milik keluarga Axman tersebut selama kurang lebih tiga hari kedepan.

Adrian memasukkan koper ke dalam bagasi SUV BMW-nya yang terparkir di driving lane depan rumah. Sementara Elia juga membantu memasukkan tas jinjing dan buah tangan berupa wine yang Adrian bawa sebelumnya dari Prancis.

"Ah, shit!" Adrian tiba-tiba mengumpat pelan.

"Kenapa Kak?" Elia yang berada di dekat Adrian spontan bertanya penasaran. Bahkan sampai saat itu Elia bertahan dengan panggilan lamanya. Bukan panggilan intim untuk suami-istri seperti; sayang atau honey.

"Handphone aku ketinggalan di kamar" ungkap Adrian yang melupakan ponselnya padahal sebentar lagi mereka telah siap berangkat dengan pintu rumah sudah terkunci.

"Ambilkan ya, aku masih harus cek barang-barang" Adrian meminta pertolongan yang lebih seperti perintah.

Elia meringis kaku.

Baginda raja udah bertitah lagi nih... Kenapa belakangan bukannya jadi permaisuri malah mentok jadi dayang sih

Elia membatin setengah heran karena akhir-akhir ini saat bersama Adrian, justru interaksi mereka didominasi hal yang berbau suruh-menyuruh bukannya kegiatan romantis.

Elia yang sejatinya adalah putri bungsu dari keluarga berada, sudah pasti jarang dimintai tolong. Justru ia lah yang sering meminta bantuan dan menyuruh ini-itu.

Namun kini, karena berusaha menjadi istri yang baik, Elia mencoba tak pernah membantah Adrian. Ia sudah diberitahu bahwa kewajibannya sekarang adalah melayani Adrian.

"Iya Kak, biar Elia yang ambilkan" jawab Elia patuh tak menunjukkan keberatan.

Ia lalu berbalik untuk melangkah ke dalam rumah.

"Tadi aku taruh di atas drawer" tambah Adrian memberitahu letak persis dimana terakhir ia meletakkan ponsel.

"Iya" Elia menimpali. 'Siap paduka-ku...' ia lalu menggumam lirih.

"Apa?" Adrian samar-samar mendengar celetukan Elia.

"Hah? Enggak Kak" jawab Elia lalu segera kabur dengan Adrian yang memandangnya aneh dari belakang.

.

Elia pun kembali masuk lagi ke dalam rumah yang sudah gelap, sunyi tanpa penghuni. Ia lantas menaiki tangga menuju lantai dua dimana kamar utama berada.

Elia membuka pintu kamar dan mencari di tempat yang diberitahukan Adrian sebelumnya. Ia pun menemukan benda berbentuk persegi panjang milik suaminya tersebut.

"Hm, apa Kak Adrian sudah mau mulai terbuka sama aku ya? Buktinya handphone-nya boleh aku ambilin" Elia bermonolog.

"Coba ah intip sedikit, siapa tau memang sengaja ada yang mau dipamerin" Elia iseng ingin mengetahui isi benda yang sering digunakan Adrian untuk berkomunikasi tersebut.

Elia lalu mengusap layar ponsel.
"Yahh... di-lock" dengusnya kecewa karena ponsel Adrian ternyata terkunci dan harus membutuhkan face id untuk membukanya.

Elia pun sempat manyun. Tapi kemudian ia teringat Adrian mungkin menantinya di bawah dan lantas bergegas turun untuk kembali pada sang suami.

Elia sempat celingukan saat tak mendapati Adrian di halaman depan. Ia lalu tersadar kalau Adrian ternyata sudah standby menunggu di dalam mobil di belakang kemudi.

Elia masuk ke dalam mobil lalu menyerahkan ponsel yang ia ambil pada Adrian. "Ini kak" ucap Elia.

Adrian menerima kemudian mengecek ponselnya tanpa mengucapkan satu patah kata. Satu hal yang memang menjadi kebiasaannya yaitu sulit mengucapkan terima kasih. Elia bahkan tak pernah mendengar kata itu meluncur dari bibir Adrian.

Elia lagi-lagi merasa sedikit kecewa karena usahanya tak dihargai.

Namun kegamangan Elia perlahan menghilang saat Adrian mulai menyalakan mesin mobil dan menginjak gas.

*

SUV yang dikendarai Adrian melaju cepat membelah jalanan perumahan Kingsburg yang lengang menuju pusat kota. Saat itu bulan Juni dimana matahari bersinar terik yang membuat siang hari terasa panas.

Sesekali Elia melirik Adrian yang tengah mengemudi.

'Duh pakai sunnies gini makin hot aja suami aku... tapi kenapa masih sulit digapai ya'

Batin Elia bertanya sekaligus memuji tampilan Adrian yang makin tampan dengan megenakan outfit kasual kaos putih, celana jeans dan paduan kacamata hitam.

Side-profil Adrian yang Elia saksikan dari samping jelas terlihat amat menawan; tangan kekar yang terus memegang kemudi, hidung mancung lancip seperti perosotan, rahang tegas dan kulit wajah dihiasi jambang tipis menambah kental aura maskulin dan matang pria itu.

Sementara itu, Adrian cuek saja walau terus diperhatikan oleh Elia. Ia hanya sesekali melirik Elia dan lebih fokus mengawasi jalanan. Justru Elia yang lebih sering memulai perbincangan. Bahkan percakapan keduanya kini justru seperti wawancara satu arah.

"Apa kakak sering kesini?" Tanya Elia.

"Not really"

"Jarang ya? Setahun sekali?" Elia sampai bingung harus membahas apa dan hanya bisa berbasa-basi kecil.

"Gak pasti. Kalau ada perlu aja"

"Elia ingat dulu pernah sekali berkunjung ke mansion Bel-Air waktu pernikahannya Om Rangga sama Tante Ana. Seingat Elia, memang mansionnya bagus banget... Waktu itu ada kakak juga kan? Kakak sering main ATV sama kak Garry sama kak Andre di yard, Elia sering lihatin"

"..............."

"Kakak gak ada rencana tinggal di Kingsburg?"

"Enggak"

"Oh ya udah. Jadi Elia enggak ada agenda siap-siap pindah kan... hihihi"

Lama-lama antusiasme Elia pun memudar seiring dengan Adrian yang tak menghiraukannya. Bahkan pria itu sama sekali tak balas mengajaknya bicara.

Elia yang lelah mengoceh sendiri akhirnya diam. Maka terciptalah sunyi dan kecanggungan diantara mereka berdua.

Elia lantas berupaya melampiaskan perhatian pada ponselnya.

Dan tak lama setelah menempuh setengah perjalan, mobil yang dikendarai Adrian justru hilang kendali.

Ciiiiiiiiit

"Aaaa!" Terdengar teriakan nyaring Elia.

Dugh

Ternyata saat hendak berpindah jalur untuk menyalip kendaraan lain, mobil Adrian tau-tau terhalang oleh sebuah truk kontainer yang mengerem mendadak. Adrian refleks banting setir ke kiri hingga mobil yang ia kendarai melipir ke tepi untuk menghindari truk tersebut.

"What the fuck!" Adrian spontan mengumpat setelah berhasil menghentikan laju mobilnya.

Untung saja ada bahu jalan yang cukup lebar. Kalau tidak ia bisa benar-benar celaka.

"Goddammit! What the hell that fucking moron do?!" maki Adrian tak berhenti mencerca supir truk sambil melihat ke belakang.

Sementara itu, Elia tampak berpegangan pada dashboard dengan tangan gemetar. Saking dalamnya Adrian menginjak rem, tubuh bagian depannya sempat terantuk dashboard dan ponselnya terlempar jatuh ke bawah.

Elia merasakan dadanya sakit. Ia pun perlahan mundur untuk menyandarkan diri dan melepas seatbelt sementara.

"Kakak enggak apa-apa?"
Elia spontan mengerling pada Adrian dan memastikan kondisi pria itu.

Sebaliknya, Adrian malah diam tak menjawab dan hanya balik memindai Elia.

Elia menunggu respon Adrian. Dan lagi ia juga menunggu Adrian balas memperhatikannya.

'Kamu baik-baik aja?' Satu kalimat yang dinanti Elia selama sekian detik yang ia harap diucapkan oleh Adrian namun kenyataannya tak jua ia dengar.

Adrian lanjut memandang Elia namun detik berikutnya ia memilih kembali mengumpat sambil mengintip kaca spion.

"Someone is not using his brain... stupid jackass" Protes Adrian rendah.

Elia masih gemetar. Tangannya tremor dan dadanya terasa sesak. Entah karena syok, benturan atau sakit sebab tak dipedulikan sang suami.

Kini ia mencoba menenangkan dirinya sendiri tanpa bantuan dan simpati Adrian. Ia bahkan juga mengambil sendiri ponselnya yang tergeletak di kolong dashboard.

Beberapa saat kemudian, setelah dirasa tenang, dan ketegangan mereda, Adrian kembali melajukan mobilnya yang untung saja tak mengalami kerusakan dan mampu melanjutkan perjalanan.

Elia kini duduk sambil mengulum bibir. Ia menahan perih dadanya yang tergores gesekan seatbelt. Dalam hati ia pun membatin, sebegitu acuh suaminya bahkan tak menanyakan kondisinya barang sedikitpun. Elia jelas merasa kecewa. Wajahnya pias dan kembali murung.

***

"Welcome pengantin baru" David Axman - ayah sepupu Adrian yang hendak bertunangan, menyambut tamunya yang baru saja datang.

"Halo, Om" Adrian menaiki undakan teras mansion lalu memeluk singkat adik dari papanya itu.

"How are you?" David menanya keadaan sang keponakan.

"I'm doing good. Om gimana?"

"Baik, of course"

"Hai sayang" Linda, mama Adrian yang baru saja muncul dari pintu masuk kini ikut menyambut di depan teras. Ia pun memeluk erat putra sulungnya.

"Loh, mana Elia?" Tanya Linda saat belum melihat sosok menantunya.

Adrian menoleh ke belakang ke arah mobilnya yang terparkir. Linda dan David lalu mengikuti arah pandang Adrian.

Ketiganya lantas melihat Elia beranjak turun dari mobil dan berjalan pelan menuju teras.

"Halo -sayang" sapa Linda dengan nada ragu saat melihat Elia.

"Halo, Mi..." balas Elia lesu. Ia kini memanggil mertuanya sama seperti sang suami.

Elia lalu berganti menyapa David.
"Hai, Om"

"Hai, El" balas David.

"Elia kamu kelihatan pucat, kamu baru sakit?" Linda segera mengungkapkan keresahaan hatinya kala dipandangnya Elia yang tampak tak bersemangat.

"Enggak Mi, Elia baik-baik aja" jawab Elia demi melegakan hati sang mertua. Ia memilih tak menceritakan insiden yang dialaminya tadi.

"You sure? Kamu kelihatan pucat banget loh sayang, capek ya dijalan? Aduuuh buruan yuk masuk dulu" Linda akhirnya menggandeng lengan Elia dan menuntun sang menantu untuk terlebih dahulu memasuki mansion.

Elia menurut dan melangkah di samping mama mertuanya.

Sementara itu, David memeriksa punggung Linda dan Elia yang berlalu menjauh. Ia pun sependapat dengan Linda kala menyadari wajah Elia yang memang pucat pasi.

"Lancar kan perjalanan kalian?" David memastikan pada Adrian.

Kali ini Adrian memutuskan berterus terang. "Enggak begitu, Om. Tadi waktu keluar Grapevine, ada truk yang berhenti mendadak. Mobil aku keluar sampai bahu jalan dan hampir aja nabrak pembatas" terang Adrian jujur.

"Oh no-" David melirih simpati.
"Tapi kamu sama Elia enggak apa-apa?" cemasnya.

"Yea, we're fine. Mungkin Elia cuma kaget. Mobil aku juga gak kenapa-napa" Adrian menjabarkan kondisinya.

"Thank God" David merasa lega.
"Ya sudah ayo masuk istirahat. Kamu pasti lelah" lanjutnya ingin memberikan waktu pada Adrian untuk rehat sejenak setelah menempuh perjalan jauh yang sempat diwarnai kejadian tak menyenangkan.

Adrian mengangguk kecil menyetujui ajakan sang paman.

*****

Fortsæt med at læse

You'll Also Like

Mas Dika! [End] Af Aell

Teenage Fiktion

387K 31.8K 50
Gimana jadinya kalo lo dicintai secara ugal-ugalan sama mas-mas Jawa?
92.9K 4.5K 24
•Total 23 chapters, termasuk extra parts. ⚠ Terdapat beberapa kata kasar Sejak awal laki-laki dengan iris abu-abu itu mampu menarik perhatianku hingg...
1.2M 43.5K 22
#Brotherinlawseries1 Judul sebelumnya==> Cinta Alea Budayakan follow sebelum membaca✌ Cerita ini mengandung unsur dewasa !! Harap bijak dalam memb...
94.4K 5K 30
Pergi dan bersembunyi adalah sesuatu yang harus Renata lakukan untuk melindungi anak yang dia kandung. Rasa takut kehilangan benar-benar membuatnya t...