M.E.L

Eeeewy tarafından

9.1K 2.1K 215

Mona dihadapkan pada sebuah dilema. Memilih Bastian si bapak biologis anaknya, ataukah Enggar yang merelakan... Daha Fazla

Namanya Lintang bukan Anaknya Jalang
Masa Lalu yang Tak Ingin Dikenang
Bab 3 : Terusir dari Rumah
Bab 4 : Mencoba Bangkit dari Keterpurukkan
Bab 5 : Ban Mobil yang Bocor
Bab 6 : Enggar
Bab 7
Chapter 8 : Bastian
Chapter 9 : Pertemuan Pertama
Bab 10 : Sebuah Fakta
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21

Bab 17

261 104 6
Eeeewy tarafından

Typo is my pride 😀✌️
Happy reading 🤗
.
.
.
.
.
.

Pak Kamidi dan Mona sedang membereskan piranti bengkel untuk bersiap pulang. Hari sudah menjelang petang waktu bagi mereka untuk istirahat supaya siap menyambut hari esok.

Kesibukan mereka terhenti ketika ada seseorang datang dan menyapa mereka. Pak Kamidi dan Mona dengan kompak menjawab salam dan menoleh ke arah sosok tersebut.

Pak Kamidi yang lebih dulu dibuat terkejut melihat Lintang dalam versi dewasa. Untuk sesaat beliau terpaku dan larut dalam pikirannya. Namun pak Kamidi segera bersikap profesional.

"Maaf bengkel kami sudah mau tutup."

Pak Kamidi menoleh ke arah Mona. Putri angkatnya tersebut juga sepertinya tidak kalah terkejut saat mengetahui wajah pria yang mendatangi bengkel mereka. Kemudian Mona berpura - pura menyibukkan diri membereskan perlengkapan kerjanya.

Bastian tidak menanggapi ucapan bapak pemilik bengkel, tapi justru asyik mengamati Mona yang sepertinya berusaha untuk tidak mengacuhkannya.

"Saya sedang mencari sebuah alamat. Dan sepertinya saya tersesat." Bastian mulai mengajak berbicara supaya dapat mengulur waktu dua orang tersebut.

"Kalau begitu rumah siapakah yang Anda cari?"

Bastian teringat kejadian yang menimpa mobil papanya, ia pun mendapatkan ide untuk bisa menahan Mona sedikit lebih lama.

"Jadi begini. Dua minggu yang lalu mobil papa saya bocor saat sedang berkunjung ke desa ini. Mama saya cerita kalau beliau ditolong oleh seorang mbak - mbak dan adiknya. Jadi maksud kedatangan saya hendak mencari mereka untuk mengucapkan terima kasih."

Bastian merasa dirinya adalah seorang jenius karena bisa membuat kebohongan dengan sangat baik. Sedangkan Mona sedang merutuki dirinya sendiri dalam hati. Jika tahu kalau akhirnya jadi begini, seharusnya ia tidak perlu menolong keluarga kaya tersebut.

Karena pekerjaan Mona sudah selesai, mau tidak mau ia pun ikut menemui si pria.

"Kalem, Mon. Dia pasti bukan bapaknya Lintang. Kalaupun benar itu adalah dia. Pria mabuk yang memperkosamu itu tidak akan ingat dengan wajahmu." Mona berusaha memberi afirmasi positif untuk membuatnya tetap tenang.

Mona menatap pak Kamidi. Dari sorot matanya, Pak Kamidi tahu jika saat ini putri angkatnya itu sedang dilanda kepanikan.

"Setahu saya anak perempuan yang pintar menambal ban ya putri saya," jawab pak Kamidi dengan rasa bangga. Hal tersebut membuat Bastian merasa ragu, benarkah itu adalah Mona yang selama ini ia cari, kok bapaknya berbeda?

Mona mendekati pak Kamidi dan segera menggandeng tangan si bapak dengan manja. Dari sikap yang ditunjukkan perempuan tersebut, sepertinya mereka berdua memanglah pasangan bapak dan anak kandung.

Pak Kamidi masih menyunggingkan senyum. Sebisa mungkin ia berusaha melindungi Mona yang memeluk lengannya dengan erat. Terbiasa memahami Mona bukan melalui kata - kata membuat beliau cepat tanggap jika saat ini Mona sedang merasa gelisah dan takut. Mungkin lelaki yang berdiri di hadapannya itu adalah laki - laki dari masa lalunya. Ah ya, pasti pria itulah orang yang telah memperkosa Mona, karena wajahnya sangat mirip dengan Lintang, cucu kesayangannya.

Bastian beranjak menuju mobilnya dan membuka pintu bagasi. Kemudian ia mengeluarkan sebuah plastik besar berisi aneka makanan dan menyerahkannya pada Mona.

"Ini sedikit ucapan terima kasih titipan dari ibu untuk adiknya Mbak."

"Terima kasih." Mona berusaha untuk tetap tenang dengan menunjukkan senyum terbaiknya.

Bastian jadi merasa yakin jika itu adalah Mona. Ia tidak akan melupakan senyuman itu dari foto - foto yang setiap malam selalu ia pandangi.

"Apakah kalian bisa membawanya? Jika tidak, Saya bersedia mengantar ke rumah."

"Oh, tidak usah terima kasih." Pak Kamidi dan Mona menjawab dengan kompak. Kekompakan tersebut membuat mereka benar - benar cocok menjadi pasangan anak dan bapak kandung.

"Biarpun saya sudah tua, saya masih kuat kok membawa barang - barang berat." Pak Kamidi sengaja memamerkan kemampuan untuk mengusir Bastian secara halus. Ia hanya ingin membantu Mona. Sepertinya putri angkatnya itu tidak ingin berlama - lama menghadapi pria yang berdiri dihadapan mereka.

"Baiklah." Ada sedikit kekecewaan di hati Bastian atas penolakan yang dilakukan oleh dua orang dihadapannya tersebut. Tapi Bastian rasa ini sudah cukup. Ia bisa datang lagi di lain waktu.

Bastian mengambil sesuatu dari saku kemejanya dan mengulurkan selembar kartu nama pada pak Kamidi.

"Bagaimanapun juga keluarga saya sudah memiliki hutang budi pada keluarga Bapak. Jadi jika suatu saat Bapak mengalami kesulitan, silahkan menghubungi saya. Kami akan dengan senang hati membantu."

Pak Kamidi menerima kartu tersebut dan membaca nama yang tertera di sana.

"Terima kasih, Nak Bastian. Saya akan menyimpan kartu ini dengan baik."

Bastian berpamitan sambil menyalami keduanya. Mona mau tidak mau menyambut uluran tangan laki - laki yang bernama Bastian itu. Ia mencoba untuk tetap tenang meskipun merasa jijik yang luar biasa.

Mereka masih berdiri mematung hingga mobil yang dikemudikan Bastian tidak terlihat lagi dari pandangan.

Mona bergegas kebelakang bengkel dan menyalakan keran air sambil meluapkan emosi yang sejak tadi ia tahan.

"Ih, jijik... Kotor, tanganmu kotor. Enyah dari tubuhku." Mona berusaha menggosok tangannya dengan keras hingga kuku jarinya tidak sengaja menggores telapak tangannya. Rupanya kedatangan Bastian telah memantik kenangan buruk yang pernah Mona alami.

Pak Kamidi yang melihat reaksi Mona segera mematikan keran air dan menghentikan Mona yang sedang berusaha melukai dirinya sendiri.

"Jangan takut, Nak. Bapak akan berusaha melindungimu dan Lintang." Pak Kamidi mencoba menenangkan Mona dengan suara lembut.

Kemudian beliau mengeluarkan kartu nama dari Bastian dan merobek - robeknya hingga menjadi serpihan kecil. Bukti bahwa pak Kamidi juga tidak ingin lagi berhubungan dengan Bastian.

********

Mona dan Lintang sudah tidur. Pak Kamidi mengajak istrinya untuk berbicara empat mata. Bu Kamidi langsung paham karena merasakan gelagat aneh dari orang - orang yang beliau sayangi itu saat keduanya pulang dari bengkel.

"Tadi sore kami kedatangan pengunjung. Orang itu sangat mirip dengan Lintang."

Bu Kamidi merasa sangat terkejut. Beliau tidak menyangka jika akhirnya suaminya dan Mona juga melihat orang yang mirip dengan Lintang. Berarti apa yang pernah dikatakan oleh cucunya itu benar.

"Lintang juga pernah cerita, Pak. Dia bertemu laki - laki yang mirip dengannya. Tapi namanya anak - anak ya. Ibu pikir Lintang bercanda saat mengatakan bahwa ia baru saja bertemu dengan dirinya yang datang dari masa depan."

"Kenapa Ibu tidak cerita sama Bapak?"

"Maaf, Pak. Ibu lupa. Ibu berpikir jika itu hanya khayalan Lintang. Terus Mona bagaimana?"

"Mona kan begitu, Bu. Dia tidak pernah mau cerita. Selama ini kita memahami dia dari sikapnya. Apa sebaiknya kita pindah dari sini saja ya, Bu."

"Tapi rezeki kita kan disini, Pak?"

"Ya tidak apa - kan, Bu. Kita bisa memulai lagi dari nol demi Mona dan cucu kita. Bapak kandungnya Lintang bukan orang sembarangan. Bapak takut dia akan mengambil Lintang dari kita." Meskipun bukan cucu kandung, tapi kasih sayang Pak Kamidi tidak perlu diragukan lagi.

Tidak mudah bagi Pak Kamidi untuk memahami Mona. Ada kalanya Mona bertindak di luar kendali saat jiwanya sedang labil. Begitu pun dengan bagaimana Mona memperlakukan janin yang ia kandung hingga saat Lintang terlahir di dunia.

Pak Kamidi berusaha keras memberikan asupan gizi yang cukup untuk Mona supaya janin yang dikandungnya itu tumbuh dan berkembang dengan baik. Jika seisi dunia menolak bayi yang akan dilahirkan oleh Mona. Pak Kamidi dan istrinya justru menyambut kelahiran Lintang dengan penuh suka cita. Meskipun tidak ada ikatan darah, tapi mereka memperlakukan Lintang lebih dari cucu kandung.

Karena Mona mengalami baby blues dan enggan merawat Lintang, Bu Kamidi yang langsung turun tangan untuk merawat cucu kesayangannya itu. Dan untuk menghindarkan Mona bertindak menyakiti bayinya, Pak Kamidi mengusulkan pada putri angkatnya untuk kembali bersekolah. Setidaknya Mona bisa menikmati masa mudanya yang sempat hilang dan berharap segera bangkit dari keterpurukan. Berapapun uang yang harus beliau keluarkan, Pak Kamidi akan berusaha keras untuk bisa memenuhi semuanya.

Yang membuat Pak Kamidi terpana adalah jawaban bijak yang diberikan oleh Mona.

"Mengapa saya harus sekolah kalau saya bisa belajar di bengkelnya Bapak?"

Dan pak Kamidi yakin jika sebenarnya Mona memanglah ditakdirkan untuk menjadi putrinya.

Tbc

Sabtu, 9 September 2023

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

1.5M 31.9K 23
Yusuf Kuswanto, 35 tahun. seorang duda yg ditinggal pergi oleh istrinya saat melahirkan sang buah hati Ery Putri Kuswanto. anaknya sensitif dengan su...
363K 10.3K 66
Cerita Pendek Tanggal update tidak menentu seperti cerita yang lainnya. Berbagai tema dan juga kategori cerita akan masuk menjadi satu di dalamnya.
52.5K 8.4K 32
Gatau baca aja!
505K 1.8K 15
Di entot Temen suami enak banget