Hot and Cold

By Defanny18

73.5K 5K 757

18+ He's so cold and i'm burning. He's ice and i'm fire. ****** Florine Salim (called: Rine) Ashraf Danujaya... More

0.0
Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11-
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Epilog

Chapter 27

1.2K 121 28
By Defanny18

Ashraf sampai di rumahnya saat tengah malam. Tidak bisa dibohongi bahwa harinya begitu melelahkan, dan itu terukir jelas di wajahnya. Ia pun langsung menuju kamar, namun baru saja masuk, Ashraf tak mendapati Rine di dalam sana. Perhatiannya beralih menuju balkon, terlihat silhouette seorang wanita yang berdiri dengan rambut terurai.

"Rine?" Ashraf menghampirinya, kemudian Rine menoleh seraya tersenyum tipis.

"Kenapa kamu belum tidur?"

"Aku nggak bisa tidur."

Ashraf menghela napas panjang. Situasi ini pasti tidak mudah untuk Rine, apalagi sudah dua hari ini ia menjadi pembicaraan banyak orang di luar sana. Hati Ashraf juga ikut tidak tenang memikirkannya, ia tidak bisa membiarkan begitu saja, oleh sebab itu, upaya apapun Ashraf lakukan untuk mengendalikan situasi dan menghentikan pemberitaan buruk mengenai Rine.

Ashraf memeluk Rine dari belakang, rasanya seketika menjadi tenang dan begitu nyaman, letihnya pun hilang begitu saja. Ia meletakkan dagunya di bahu Rine.

"Jangan khawatir, Rine. Semunya pasti akan baik-baik aja."

Rine yang merasakan pelukan hangat Ashraf pun tersenyum, tatapannya yang mengarah ke depan menjadi berkaca-kaca. Segala kegundahan dalam dadanya sirna dan digantikan dengan perasaan bahagia. Rine benar-benar sangat beruntung memiliki Ashraf. Sepertinya, ia tidak akan pernah bisa berhenti mencintainya. Justru, perasaan Rine kepada Ashraf kian besar.

Rine pun memutar tubuhnya untuk menghadap Ashraf. Ia menyentuh pipi lelaki itu dan mengelusnya. Mata Rine menatapnya lekat, memperhatikan setiap detail wajah Ashraf.

"Terima kasih ya, Ash. Terima kasih banyak ...." Rine mendekap tubuh Ashraf sangat erat. Sementara itu, Ashraf hanya tersenyum tipis seraya membalas pelukan Rine, satu tangannya mengelus rambut panjang Rine.

"Tadi kamu di TV keliatan ganteng banget. Aku jadi takut, nanti banyak yang naksir sama kamu."

Perkataan Rine berhasil membuat Ashraf tertawa. Di tengah situasi seperti ini, sempat-sempatnya Rine berpikir seperti itu. Ashraf pun makin memeluknya erat.

"Yang terpenting, semua orang tau kalo aku suami kamu."

Rine tidak bisa menahan senyumnya yang semakin lebar. Hanya mendengar Ashraf berkata seperti itu saja, hatinya langsung berdebar-debar. Apakah jangan-jangan Ashraf sudah mulai mencintainya?

Rine memejamkan matanya, ia memilih untuk menyimpan pertanyaan itu dalam benaknya. Rine tidak ingin merusak momen romantis mereka saat ini, dan membuat Ashraf kembali menarik jarak dengannya. Untuk sekarang, seperti ini saja sudah cukup untuk Rine.

***

Esok paginya, ketika Rine memeriksa internet, ia terperangah melihat berita perselingkuhan tentang dirinya sudah tidak ada. Hanya ada berita mengenai dirinya dengan Ashraf. Judul beritanya pun sudah berubah seperti:
Florine Salim, Sosok Istri Ashraf Danujaya yang Berasal dari Keluarga Konglomerat.

Bak Selebritis, Potret Istri Ashraf Danujaya Mencuri Perhatian Warganet.

Disebut Pasangan Visual, Berikut Potret Mesra Florine Salim dan Ashraf Danujaya. Dan sebagainya.

Rine kemudian membuka media sosialnya, disana pun komentar negatif tentang dirinya sudah sangat berkurang. Kolom komentarnya saat ini dipenuhi dengan dukungan dan pujian. Rine benar-benar tidak menyangka, secepat itu bisa berubah.

"Rine. Makan." Rine mendongak, menatap Ashraf yang duduk di hadapannya. Ia pun meletakkan ponselnya lalu mengambil sarapannya.

"Orang-orang tuh aneh banget ya? Padahal kemarin mereka masih banyak yang hujat aku loh, Ash. Tapi tiba-tiba hari ini berubah jadi banyak yang muji aku."

"Bagus dong kalau begitu?"

Rine tersenyum, matanya berbinar bahagia. Ashraf pun kembali fokus menikmati sarapannya.

Ternyata tidak sia-sia usaha Ashraf untuk membayar media.

***

"Sus ...."

"Ya, Bu?"

"Kalo seandainya, kondisi saya menurun lagi ... atau sesuatu terjadi dengan saya, tolong jangan hubungi anak saya ya, Sus?"

"Loh, kenapa Bu?"

Wanita itu hanya menggeleng lemah. "Saya cuma nggak mau membuat dia khawatir ...."

"Tapi ...."

"Suster hubungi saja Anthony, dia kerabat dekat saya."

Akhirnya suster itu pun mengangguk. "Baik, Bu."

***

Di salah satu Lounge Bar hotel, Rine duduk menatap minumannya yang baru datang. Perhatiannya beralih ketika Jessica duduk di sampingnya. Ia memesan minuman yang sama seperti Rine kepada Bartender.

"Hai, Rine. Udah dari tadi?"

Baru mendengar suaranya saja Rine sudah kesal. Ia menahan untuk tidak memutar matanya dan berusaha bersikap tetap tenang.

"Aku nggak punya banyak waktu, dan aku rasa kamu juga begitu. Jadi aku akan straight to the point aja."

Jessica mengangguk-angguk seraya tersenyum tipis, ia menatap Rine seolah siap menyimaknya.

"Kamu 'kan yang kirim foto aku dan Calvin ke media?" Sudut bibir Rine sedikit menyungging. Ia saling menatap dengan Jessica.

Jessica hanya terdiam masih dengan senyum di bibirnya, ia tidak goyah sama sekali, sikapnya sangat tenang.

"What do you want?" Rine bertanya.

Minuman Jessica pun datang, ia mengalihkan pandangannya dan menyesap martini-nya. Kemudian kembali menatap Rine tajam.

"Ashraf."

Rine sedikit tergelak. "What?" Ia benar-benar tak habis pikir, betapa beraninya Jessica. "You're not serious, aren't you?"

Jessica mengedikkan bahunya. "However, pada akhirnya dia pasti akan meninggalkan kamu."

Bibir Rine merapat, dadanya begejolak panas, ia meremas keliman short dress-nya. "Itu nggak akan terjadi." Rine begitu percaya diri.

Jessica menopang dagunya seraya tersenyum mengejek. "Trust me, kamu tidak akan bisa menghadapinya, Rine," katanya, lalu menyesap martini-nya lagi. "Kamu belum kenal Ashraf sepenuhnya." Matanya menatap Rine. "He's like a Pandora's box."

Rine menghela napas, ia tidak ingin lagi mendengar ocehan Jessica. Untuk pertama dan terakhir kalinya Rine meminum martini-nya. Ia lalu mengambil tas-nya.

"Tujuan aku bertemu kamu, adalah untuk memperingatkan kamu, Jessica. Segala sesuatu itu pasti ada balasannya. Termasuk tindakan kamu, jadi aku harap, berhenti sampai di sini, atau kamu akan terima konsekuensinya nanti." Rine turun dari kursi bar, tanpa menunggu respon Jessica ia pun melangkah pergi meninggalkannya. Sementara itu, Jessica hanya duduk mematung dengan mata yang tak berkedip. Ia menelan salivanya lalu mengerjap saat melihat Rine yang pergi lebih dulu. Pandangannya pun menatap Rine yang sudah melewati pintu keluar.

***

Di dalam mobil yang melaju, Rine berusaha menenangkan emosinya. Ia menghirup dan membuang napasnya secara perlahan untuk meredakan kekesalan di hatinya. Perkataan Jessica soal Ashraf terus terngiang-ngiang di telinga Rine. Jessica begitu percaya diri, bahwa hanya dirinya yang pantas untuk Ashraf, dan hal itu yang membuat Rine sangat geram. Apalagi, mengingat posisi Rine saat ini tidak begitu menguntungkan. Rine belum sepenuhnya tau bagaimana perasaan Ashraf. Apakah dia sudah mulai mencintai Rine? Atau justru dia masih memiliki perasaan untuk Jessica?

Rine benar-benar tidak akan tenang, sampai dia sendiri mendengar ungkapan cinta dari Ashraf untuknya.

***

Usai bekerja, Sore ini Ashraf tidak langsung pulang ke rumahnya, melainkan tempat yang Rine kirimkan kepadanya. Ternyata itu adalah sebuah Villa bermodel minimalis. Ashraf pun melangkah masuk seraya mengedarkan pandangannya. Entah apa alasan Rine menyuruhnya untuk datang ke tempat ini.

"Hai!" Rine berjalan menuruni tangga dan menghampiri Ashraf, ia merangkul lengan Ashraf. "Welcome to my Villa."

Ashraf menatap Rine. "Your Villa?"

Seraya tersenyum Rine mengangguk-angguk. "Ini kado dari daddy waktu aku ulang tahun ke-21."

Ashraf pun hanya menganggut. "Ada apa kamu nyuruh aku untuk dateng ke sini?"

Rine melepaskan rangkulannya dari lengan Ashraf, ia meletakkan kedua tangannya di belakang. "Mm ... aku mau quality time sama kamu. Berdua." Rine menahan senyumnya.

Satu alis Ashraf terangkat, untuk sejenak ia hanya menatap Rine, sampai akhirnya Ashraf tersenyum menyeringai.

"Let's go. Kita room tour dulu." Rine menggandeng lengan Ashraf dan membawanya melihat-lihat ruangan di Villa tersebut, yang terdiri dari; dua lantai, tiga kamar tidur, ruang utama yang menyatu dengan kitchen bar, dan private pool.

Usai melakukan tur singkat, kini Ashraf dan Rine berada di dapur, berdiri dibalik kitchen island. Ashraf menggulung lengan kemejanya, melihat bahan-bahan makanan yang ala kadarnya, Ashraf pun memutar otak, makanan apa yang akan diolahnya.

Ashraf meletakkan satu tangannya sebagai penopang tubuhnya yang bersandar. Ia menatap Rine yang hanya terdiam, menatap bahan makanan.

"What do you wanna eat tonight?"

Kelopak mata Rine berkedip, ia pun menatap Ashraf dan menyunggingkan senyum menggodanya. "I wanna eat you."

Pandangan Ashraf beralih, hidungnya mengernyit, ia berusaha menahan senyum sipunya.

"I mean, I will eat whatever you make." Rine sambil terkekeh karena melihat ekspresi Ashraf.

Akhirnya Ashraf pun menyunggingkan senyumnya, ia menegakkan tubuhnya dan mulai mengambil bahan-bahan.

"What about pasta?"

Rine tiba-tiba memeluk Ashraf dari belakang, ia pun berbisik, "Up to you, Ash."

Bisikan itu berhasil membuat dada Ashraf berdesir, namun ia berusaha untuk tetap fokus. Ia menyiapkan bahan-bahan dengan Rine yang terus menempel di belakangnya, layaknya perangko.

Rine yang tidak bisa membiarkan Ashraf pun menggodanya dengan mengelus tangan lelaki itu, merasakan otot-otot tangannya yang kekar. Hal itu berhasil membuat Ashraf tersenyum mendengus.

"Rine, you want me to cook or do something else?"

Rine yang masih mendekap Ashraf pun menahan senyumnya. "What?"

Ashraf menghela napas seraya memejamkan mata sejenak, saat ini dirinya benar-benar tidak bisa fokus lagi. Ia pun berbalik menghadap Rine, ternyata wanita itu sedang menahan senyumnya, rupanya ia sangat senang karena berhasil mengganggu Ashraf.

"Tell me. What do you want?" Mata Ashraf menatap intens.

Bibir merah Rine sedikit terbuka, ia pun mendekat dan berbisik, "I ... want you."

Sudut bibir Ashraf sedikit tersungging. "So, should we leave the dinner?"

Rine mengulum bibirnya dan mengangguk. Sedetik kemudian Ashraf menarik siku Rine untuk mendekat dan langsung memagut bibirnya. Ia lalu memutar posisi Rine dan mengangkatnya duduk di atas kitchen island tanpa melepaskan pagutan mereka. Sementara itu, tangan Rine pun mulai bergerilya melepas satu per satu kancing kemeja Ashraf, di sisi lain Ashraf sudah berhasil membuka dress rine. Ciuman Ashraf pun berpindah pada leher Rine, sementara tangannya mengelus punggung Rine lalu melepaskan pengait bra-nya.

Rine mendesah panjang saat bibir hangat Ashraf mengecup dadanya. Ashraf kemudian melepas kemejanya dan membiarkannya jatuh ke lantai begitu saja. Rine yang sudah dipenuhi oleh gairah pun turun dari kitchen island, ia menyerang dengan ciuman yang agresif.

"Do you love me?" Rine berucap lirih seraya menatap Ashraf dengan sorot berapi-api dan napas terengah.

Seketika pupil mata Ashraf membesar, bibirnya terbuka namun tak mengatakan apa-apa, seolah pikirannya tiba-tiba menjadi kosong.

Sementara itu dada Rine berdebar kencang sampai-sampai ia seperti bisa mendengarkan suaranya. Rine menelan saliva, ia masih menatap mata Ashraf, menanti jawaban dari lelaki itu.

"I ... I don't know ... but—I can feel my heart beats for you."


To be continued ...


Kalau hatinya berdebar-debar, maka artinya apa teman-teman???

Yakk betul sekali. Artinya Ashraf masih hidup wkwkk

Continue Reading

You'll Also Like

2.7M 290K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
211K 15.5K 98
Sebuah lanjutan perjalanan cinta dari Ales, Captain Pilot penerbangan pesawat komersial ternama dan Oceana, artis kelas dunia mempertahankan cinta me...
97.7K 7.1K 30
D untuk Davino Luca, dan A untuk Alluna Lewis. Bagaimana jika Davino yang selama ini selalu bersikap dingin dan acuh tak acuh terhadap setiap perempu...
1.8M 26.9K 44
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...