Hening Untuk Bara [TERBIT]

By sindiaa_

7.9K 1.9K 1K

Kamu asmaraloka yang amerta di bentala adiwarna tetapi terasa aksa bagiku sang niskala [Hening Untuk Bara] °°... More

Prolog
01• Bad Start
02• Rain
03• Ring
04• Penasaran
05• Jaket
06• Pingsan
07• Simpati
08• Died
09• Kecelakaan
10• Tawaran
11• Jebakan
12• Kehancuran
13• Shy
14• Lupa
15• Salah Sambung
16• Aula
17• Dialog Senja
18• Phobia
19• Lucu
20• Devil
21• Ares
22• Rencana
23• Alleshea
24• Kesambet
25• Pipi Merah
26• Kepanasan
27• Luka
28• Mengobati
29• Pawang
30• Mama
31• Hening
32• Momen
33• Penjelasan
34• Waktu
36• Fakta
37• Ungkapan
38• Akhir
Epilog
Hening Untuk Bara
✔INFO PENTING
✔PRE-ORDER

35• Ruang

103 11 0
By sindiaa_

Nikmati perjalanan waktunya, jalani semua prosesnya, nanti kita ketahui hasil dari usahanya.

°°°

Meja makan yang hanya di isi dengan suara alat makan itu, membuat Hans menghela nafas. Ini keputusan bersama, semenjak Hans mengatakan ingin memperbaiki semuanya. Dan berharap Bara akan menerimanya kembali. Tapi sejauh ini belum juga ada kemajuan. Hans membuat kesepakatan, untuk setiap pagi dan makan malam bersama, serta quality time setiap weekend. Bisa nonton, main tenis, atau melakukan kegiatan olahraga lainnya selagi Bara menyukai. Sejauh ini Hans telah berusaha keras.

Suara kursi berderit, membuat lamunan Hans berhenti lalu menatap pada Bara yang siap pergi.

"Duduk dulu Bar, Papa ingin bicara."

Bara tak membantah tapi raut wajahnya tetap datar seperti biasa jika berhadapan pada Hans. Bara memang telah menceritakan semuanya pada Hanin dan psikiaternya mengenai hal ini. Dan mereka mendukung semua hal baik itu. Karena memang lebih baik sembuh dengan masa depan yang baru dan memperbaiki yang lalu kan? Maka dengan itu Bara juga berusaha untuk itu, dan menerima semuanya dan juga ikut berusaha memperbaiki. Walau kadang sia-sia, karena bayangan masa lalu itu masih terus menghantuinya.

"Sebentar lagi kamu akan lulus kan?"

Bara tak menanggapi hanya diam menyimak hingga Hans selesai bicara.

"Papa hanya berharap kamu bisa melanjutkan bisnis Papa." Hans menatap raut wajah Bara yang berubah, lantas ia kembali melanjutkan ucapannya, "Papa tidak bermaksud menuntut kamu untuk melanjutkan ini, jika kamu mau. Perusahaan akan Papa pindah alihkan menjadi tanggung jawab mu. Tapi jika kamu menolak dan mungkin belum siap, Papa akan selalu mendukung apa yang kamu mau."

Bara tetap diam.

"Saya berangkat..," ucapan Bara membuat Hans hanya tersenyum pedih.

"Semoga nanti kamu bahagia..."

°°°

"Ujian udah mulai minggu depan kan?"

Bara mengangguk.

Hanin menunjuk samsak yang sedang Bara gunakan untuk latihan.

"Kenapa?"

"Latihannya udah dulu gak bisa ya?"

Bara tersenyum mendengarnya, "Kenapa? Cemburu sama samsak?"

Hanin mengernyitkan keningnya, "Dih mana ada! Maksud aku tuh, fokus belajar dulu. Ini kan nilai akhir buat kelulusan kamu, main-mainnya berhenti dulu. Kan gak lama lagi juga lulus."

Bara menghentikan aksinya memukul samsak lalu beralih duduk pada Hanin yang langsung menyodorkan minum padanya.

"Aku kan latihan juga buat kesehatan diri sayang..."

Hanin mengangguk, "Iya paham, tapi gak capek apa? Kan bisa dikurangi dulu gitu, kalo belajar sama latihan, kamu lebih banyak latihannya loh..."

"Aku mana minat buat belajar."

Hanin mencubit bahu Bara keras, membuat Bara menjerit.

"Dibilangin juga susah banget! Heran, katanya mau kuliah di Universitas negeri biar kita gak ldr-an. Jadi heran, kamu tuh serius gak sih mau kuliahnya?"

Bara membalas menjawil hidung Hanin.

"Oh kode minta diseriusin nih?" goda Bara.

Hanin malah memukul bahu Bara lagi karena salting, "Gak gitu ya!"

"Kalo kata Cea, pipi ante kok melah-melah?"

Hanin semakin gencar memukuli Bara.

"Ampun-ampun, emosian banget. Lagi pms hm?"

"Kamu nyebelin!"

"Maaf deh, iya besok belajarnya sama kamu. Kamu yang ngajarin."

"Mana ngerti aku..."

"Sama-sama belajar aja, kalo ada kamu aku cepet paham."

"Aku mana ngerti kan belum belajar juga pelajaran kelas dua belasnya."

"Iya sayangku, kan aku bilang sama-sama belajar. Cewek aku kalo lagi salting gampang ngelag jadi tambah gemes."

Tolong bantu pagangin Hanin, Hanin jadi pengen ngereog woi.

Hanin berdehem.

"Nin?"

Hanin menoleh.

"Kalo aku lanjutin bisnis Papa gimana?" pertanyaan Bara membuat Hanin tertegun sesaat. Lalu mengelus lengannya perlahan.

"Apapun untuk kebaikan kamu, aku bakal selalu dukung."

"Aku gak siap..."

"Kan belajar dulu."

"Bukan perihal masalah itu aja nin."

Hanin mengangguk paham, menyenderkan kepalanya pada lengan kekar Bara.

"Kamu tahu? Kemungkinan paling buruk tentang perjalanan seseorang itu, ketika dia ngerasa semua hal terburuk yang terjadi sebelum memulai langkah awal. Banyak orang yang sering gagal sebelum memulai, karena yang ada di pikiran mereka hanya perihal kegagalannya. Jadi, maksud dari ucapan aku, kegagalan hidup kamu di masa lalu itu bukan berarti menjadi penghambat untuk masa depan kamu. Perihal kesalahan Papa kamu dahulu, bukan berarti bikin kamu malah jadi ragu dalam mengambil keputusan tentang apa aja yang berkaitan sama Papa kamu."

Bara menyimak, ucapan yang keluar dari bibir Hanin selalu berhasil menenangkannya.

Hanin menggenggam erat tangan Bara.

"Mau sebenci apa kamu sama Papa kamu dia tetap akan jadi orang tua kamu selamanya. Gak ada kesalahan terburuk dari memaafkan kesalahan orang lain Kak."

Bara membalas genggaman tangan Hanin tak kalah erat.

"Makasih ya udah selalu dengerin dan nenangin aku, dan selalu nunjukin ke aku arah pandang yang lebih positif..."

Hanin memeluk tubuh Bara dari samping.

"Jangan pernah berpikir buat ninggalin aku ya nin, karena cuma kamu yang berhasil buat aku ingin menjadi lebih baik dari sebelumnya."

"Kalo kamu bosen denger ini, maka seterusnya aku gak bakal pernah bosen, Haninda Tanara aku mencintaimu, jangan menyerah sama pria keras kepala ini ya?"

Hanin mengangguk.

"I'm promise."

"Sekali lagi terima kasih udah bersedia mengisi ruang kosong di hatiku sayang."

°°°

'Debaramon❤'

Bara terkekeh pelan, melihat tulisan kecil pada boneka doraemon yang sudah Hanin simpan di kamarnya. Entah kapan gadis itu menyelinap ke dalam kamarnya.

Dengan cepat Bara meraih handphone-nya, mendial nomor Hanin lalu menelepon nya. Tak butuh waktu lama, Hanin segera mengangkatnya.

"Kenapa?"

"Kok nanya Hanin sih?"

"Kamu kenapa?"

"Ih kenapa apasih?"

"Kenapa jadi pacar gemes-gemes begini hm??"

Tut!

Bara mengernyit heran, lalu tertawa kecil ketika mendapati sambungan telponnya diputus sepihak. Tak begitu lama, Hanin kembali menelponnya.

"Salting lagi?"

Tak ada suara, tapi Bara tengah membayangkan wajah memerah milik Hanin.

"Suka gak?"

Bara tersenyum ikut merasakan debaran menggila di dadanya. Hanya Hanin yang bisa melakukan hal ini padanya. Bara berusaha menekan perasaan membuncah untuk tidak menerjang Hanin dengan pelukannya. Berharap dengan itu Hanin tidak akan lepas darinya.

"Suka banget, lucu debaramon-nya. Makasih ya? Kok bisa kamu tarok di kamar?"

"Dibantuin Bi Mira."

"Kenapa gak ngasih langsung?"

"Malu."

"Kok gitu?"

"Makasih juga ya.., bunganya cantik."

"Iya, kayak kamu."

Tut!

Bara lantas tertawa, bolehkah Hanin ditakdirkan untuknya saja?

°°°

Sepanjang jalan menuju supermarket, Hanin isi dengan senyum-senyum sendiri. Tidakkah Bara sadari sikapnya yang begitu malah membuat jantung Hanin malah dalam bahaya.

Masuk ke dalam supermarket, Hanin langsung membeli pesanan dari sang Bunda. Merasakan kebutuhan yang diperlukan sudah selesai, Hanin segera menuju pulang. Langkah Hanin terhenti ketika merasa tangannya yang dicekal oleh seseorang.

Hanin menatap terkejut.

"Aku mau ngomong nin..."

"Lepas!"

"Please nin."

"Lepasin gue!" Ucap Hanin kencang.

"Nin sebentar aja..."

"Res..."

"Sebentar aja."

"Gue mau pulang Res."

"15 menit, please?"

Hanin yang semula panik dan hendak melepaskan cekalan Respa pada tangannya, mulai melunak.

"10 menit."

Tanpa membantah Arespata mengangguk menyetujui, menggiring Hanin untuk mengikutinya.

°°°

Waduh-waduh ada apa nih tetiba bwang Respa nyamperin ceweknya bang Bara heh?!

Gak takut kena gebuk bwang?

Dukung yang mana neh?

Baranin

Respanin

Atau

Devonin

Pilihan terakhir deh, jomblo aja wkwk

17.07.23

sindiaa_

Continue Reading

You'll Also Like

498K 44.7K 64
⚠️PRIVATE ACAK FOLLOW SEBELUM MEMBACA⚠️ Laura Timur Bellatrix, murid pindahan yang harus merasakan pahit karena masalalu dan Kakak kelasnya yang bern...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 56.3K 25
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
12.3K 2.2K 35
• 𝐁𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐚𝐢 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧𝐦𝐮 𝐩𝐚𝐝𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫-𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫 𝐬𝐞𝐥𝐞𝐬𝐚𝐢. • • • Ziva dan Azka adalah sepasang kekasi...
Wednesday By ACLE

General Fiction

46.8K 7.8K 30
Mora pernah berpikir, andai saja hari Rabu kala itu dirinya langsung pulang ke rumah sehingga tidak menyaksikan kejadian yang membuat hatinya sesak...