Hening Untuk Bara [TERBIT]

By sindiaa_

8.4K 2K 1K

Kamu asmaraloka yang amerta di bentala adiwarna tetapi terasa aksa bagiku sang niskala [Hening Untuk Bara] °°... More

Prolog
01• Bad Start
02• Rain
03• Ring
04• Penasaran
05• Jaket
06• Pingsan
07• Simpati
08• Died
09• Kecelakaan
10• Tawaran
11• Jebakan
12• Kehancuran
13• Shy
14• Lupa
15• Salah Sambung
16• Aula
17• Dialog Senja
18• Phobia
19• Lucu
20• Devil
21• Ares
22• Rencana
23• Alleshea
24• Kesambet
25• Pipi Merah
26• Kepanasan
27• Luka
28• Mengobati
29• Pawang
30• Mama
32• Momen
33• Penjelasan
34• Waktu
35• Ruang
36• Fakta
37• Ungkapan
38• Akhir
Epilog
Hening Untuk Bara
✔INFO PENTING
✔PRE-ORDER

31• Hening

124 13 0
By sindiaa_

Hening Untuk Bara

°°°

Hanin beranjak bergeser tempat duduknya ke area yang sedikit teduh di bawa pohon.

Hanin menoleh pada Bara yang duduk di sampingnya sambil memperhatikan beberapa anak yang berlari kesana kemari.

Mereka memang tengah berada di area taman kota, lau Hanin bertanya pada Bara, "Kak Bara suka apa?"

"Suka?" Bara bertanya lagi belum mengerti.

"Maksudnya makanan, minuman atau apapun yang Kak Bara suka, apa?" tanya Hanin. Jantung nya berdegup cepat ketika matanya dan Bara tak sengaja bertubrukan.

Bara berpikir sejenak, lalu menjawab dengan ragu, "Sayur lodeh."

Hanin nampak terkejut, "Beneran Kak Bara suka itu?"

Bara mengangguk.

"Hanin kira Kakak suka makanan western."

"Sayur lodeh itu masakan yang sering Mama buat untuk gue waktu kecil."

Hanin menyungging senyumnya lalu mengangkat jempolnya, perlahan menggoreskan tinta hitam itu pada buku kecil yang ia sediakan untuk nantinya ia berikan pada Bara.

"Terus apalagi?"

Bara menutup matanya sejenak, menikmati angin yang berhembus seraya mendengarkan banyak suara-suara yang begitu riang, "Doraemon."

Hanin menahan tawanya ketika Bara mengucapkan itu. Bara menatapnya heran.

"Kak Bara galak-galak gini ternyata suka doraemon juga," godaan Hanin membuat Bara meringis antara malu dan kesal juga.

"Gue sama nyokap dulu sering nonton itu, dan doraemon punya kantong ajaib. Mama pernah bilang waktu itu, kalo Mama punya kantong ajaib dia cuma pengen kebahagiaan datang buat kita. Waktu masih kecil, gue berharap jadi doraemon biar bisa kabulin permintaan Mama," penjelasan Bara yang gamblang membuat Hanin terharu, sangat tersentuh pada keinginan Bara.

Hanin kembali menuliskan apa saja yang Bara suka.

"Ada lagi?"

"Warna hitam..." ucapan Bara tak membuat Hanin langsung merespon ucapan Bara, menunggu Bara kembali berbicara lebih dulu.

"Lo tau Nin? Orang kayak gue ini, cuma ngerasa kegelapan itu yang abadi. Gelap itu bakal nemenin dia kemana-mana. Waktu kecil gue takut banget sama gelap, tapi setelah kehilangan Mama gue ngerasa terang itu adalah sebuah kepalsuan. Gue merasa hidup dalam kegelapan itu tenang dan hening, dan itu nyaman."

Hanin mengulas senyum pada Bara, lalu menulis kembali, "Oke jadi Daftar kesukaan Kak Bara, Sayur lodeh, Doraemon dan Keheningan."

"Kok yang terakhir?" Bara merasa heran.

Hanin menatap Bara dengan serius, "Kak Bara udah terlalu larut sama warna itu, kesimpulan dari cerita Kak Bara tadi, Kak Bara tuh suka keheningan bukan warna hitam, semacam ungkapan atas ketenangan, Hening Untuk Bara misalnya?"

Bara tak memprotes,"Hening Untuk Bara ya?"

Hanin mengangguk lalu menutup buku bersampul abu itu. Lalu berdiri mengulurkan tangannya pada Bara.

"Sekarang kita cari tempat-tempat favorit Kak Bara!"

Bara menurut saja.

Dua minggu sudah Bara berusaha menata kembali hidupnya. Seperti janji Hanin padanya yang mengatakan akan menemaninya hingga sembuh. Berusaha berdamai pada masa lalunya, dan berusaha memfokuskan diri pada kebahagiaan di masa depan.

Bahkan dengan ketulusannya, Hanin meyakinkan ia untuk berkonsultasi pada psikiater. Awalnya Bara juga sempat menolak, karena merasa dirinya baik-baik saja. Tapi Hanin meyakinkan dirinya, dan mengatakan untuk berkonsultasi saja agar dapat lebih bisa memahami diri sendiri dan dapat mengontrol emosinya.

Banyak hal yang membuat Bara akhirnya menyadari, kebaikan dan ketulusan Hanin, serta usahanya yang begitu keras membantunya melepas jerat masa lalu itu membuat Bara tersentuh dan tanpa sadar ia sering berharap agar ini akan terus ia rasakan bersama Haninda.

"Kak Bara tempat favorit nya kalo lagi suntuk biasanya kemana?"

"Puncak."

Hanin kembali menuliskan pada buku itu.

"Ada lagi gak? Atau tempat yang pengen Kak Bara kunjungi dan itu menurut Kakak cocok sama Kak Bara?"

Bara berpikir sejenak, mungkin inilah Yang Hanin maksud agar bisa lebih memahami diri sendiri.

"Bintang," Bara memperjelas ucapannya, "Gue suka liat langit yang bertaburan bintang."

Hanin mengangguk paham, dulu ia pernah bersama Ayahnya melihat bintang dengan teleskop. Mungkin pada bagian ini akan mudah mereka lakukan karena Hanin masih menyimpan teleskop milik sang Ayah.

"Terus?"

"Laut," lalu Bara menoleh pada Hanin, "Karena laut itu menenangkan."

Hanin menulis nya lagi, lalu mengangkat jempolnya sebagai pertanda kata cukup.

°°°

Hanin yang baru saja memasuki kelas lantas dikagetkan oleh Elisya yang ternyata telah menunggunya di pintu ruang kelas, "Aduh gue mulai mencium aroma-aroma orang lagi ngebucin nih!" godaan Elisya yang setengah menyindir itu membuat Hanin menepuk bahunya keras.

"Kebiasaan emang!"

Hanin malah tersenyum lebar.

"Udah sampe mana nih?"

"Apaan?" Tanya Hanin yang tak paham.

Elisya lantas mendekati diri pada Hanin. Lalu mengerucutkan kedua ujung ujung jarinya, dan menyatukannya.

Hanin yang menyadari maksud Elisya, sontak saja menatap garang pada Elisya, lalu memukul keras lengan Elisya.

"Ih Eca!

"Aduh, aduh apaan Lo!" Elisya mengadu kesakitan, segera menyingkir.

"Lo yang apaan! Apaan maksudnya cium-cium??" tanya Hanin garang.

"Dih otak Lo yang ngeres berarti! Maksud gue cuap-cuapnya, terus udah nyambung sampe mana. Dasar ya anaknya si Bunda!" bisa bener alasannya ca😭

Hanin lantas mendumel kesal, ia yakin Elisya hanya alasan saja.

Elisya lantas tertawa, lalu menarik gemas pipi Hanin, "Becanda elah lu! Gimana itu si Barbar? Udah jinak belum?"

"Lo kira hewan apa!"

"Lah iya! Macan kan?"ucap Elisya malah membuat Hanin ikut tertawa.

"Riang bener lu nin!"

Hanin lalu menarik tempat duduknya disusul oleh Elisya, kelasnya mulai ramai, "Kak Bara tuh ternyata baik ya?"

"Udah kesem-sem Lo?"

"Serius ih Ca."

"Tapi kan itu juga buat kebaikan dirinya sendiri, udah sewajarnya sih menurut gue."

Hanin lantas menyembunyikan kepalanya dalam lipatan tangannya, "Lama-lama gue baper beneran!"

"Tuh kan! Tapi kan udah jadi pacar juga kalik nin!"

Hanin menandak lesuh,  "Gue takutnya baper sendirian Ca, gak enak tau."

"Ya baperin balik lah Haninda!"

"Susah tau Ca, orang gampang mleyot kek gue, liat dia senyum segaris aja udah gak kuat ngomong, jantung juga gak bisa diajak kompromi."

Elisya lantas menyentil kening Hanin dengan gemas, "Sumpah jantung Lo baperan bener!" Ucap Elisya, namun ada perasaan ikut bahagia. Selama ini Hanin memang susah akrab dengan banyak orang. Karena itu, Elisya merasa senang karena ia pikir Hanin akan susah menerima orang baru dalam kehidupannya, seperti awal mereka berkenalan hingga menjadi teman akrab.

Hanin mengerucutkan bibirnya, "Awas aja sih kalo Lo ikutan ngadu abis dibaperin Kak Kevas juga!"

Elisya lantas segera menjauh, lalu mengangkat bahunya bergidik ngeri, "Dih! Kagak ya! Baper sama tuh kadal busuk gak dulu!"

Hanin menatap Elisya menyelidik, "Hati-hati Ca, ntar malah gak mau jauh-jauh lagi dari Kak Kevas, maunya nempel terooss!" ucap Hanin seraya tertawa. Mengingat beberapa momen Kevas yang gencar mendekati sahabatnya. Dan Elisya yang selalu mewanti-wanti Kevas untuk berjauhan dengannya karena mengaku alergi kadal busuk spesies Arkevas, membuat Hanin tertawa.

"Gak bakal terjadi!"

"Nelen ludah sendiri Lo Ca!"

"Gak usah resek deh Haninda!"

"Kenapa sih emangnya Ca? Pacar-pacar Kak Kevas juga udah diputusin sama Kak Kevas kan? Terus apalagi masalahnya?"

Elisya lantas menunjuk Hanin dengan gemas, "Denger ya Hanin, yang nyebelin itu bukan cuma si kadal busuk itu aja ya! Anaknya juga nyebelin, kagak suka gue!"

Hanin terpingkal mendengar curhatan Elisya ia memang sempat beberapa kali diceritai oleh Cea, kalau Elisya itu galak dan dia senang mengganggunya.

"Padahal waktu pertama kali ketemu Cea, Lo kan mau ngarungin dia?"

"Iya rencananya mau gue buang ke kali ama bapaknya!"

°°°

Jahat bener Ca😭😭

Auto digangguin terus ini mah ama si Cea

Yuk spill pasangan favorit kalian!!

•KevCa (Kevas-Elisya)
Or?
•YonCa (Geon-Elisya)

😭😭

Dah ah aing pusing

15.07.23

sindiaa_

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 191K 51
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
763K 21.5K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...
7.6K 511 46
#LavenderWriters Project Season 3 ;Ketua: @MaharaniAraa__ ;Asisten: - | S h e A l a n | Alan Kendrick Johnson. Laki-laki tampan yang di juluki King o...
2.9K 1K 32
Kisah ini bukan menceritakan tentang luar angkasa maupun isinya. Melainkan kisah tentang seorang gadis bernama Rayana Libra Antariksa yang dicintai o...