Hening Untuk Bara [TERBIT]

By sindiaa_

7.9K 1.9K 1K

Kamu asmaraloka yang amerta di bentala adiwarna tetapi terasa aksa bagiku sang niskala [Hening Untuk Bara] °°... More

Prolog
01• Bad Start
02• Rain
03• Ring
04• Penasaran
05• Jaket
06• Pingsan
07• Simpati
08• Died
09• Kecelakaan
10• Tawaran
11• Jebakan
12• Kehancuran
13• Shy
14• Lupa
15• Salah Sambung
16• Aula
17• Dialog Senja
18• Phobia
19• Lucu
20• Devil
21• Ares
22• Rencana
23• Alleshea
24• Kesambet
25• Pipi Merah
26• Kepanasan
27• Luka
29• Pawang
30• Mama
31• Hening
32• Momen
33• Penjelasan
34• Waktu
35• Ruang
36• Fakta
37• Ungkapan
38• Akhir
Epilog
Hening Untuk Bara
✔INFO PENTING
✔PRE-ORDER

28• Mengobati

126 15 0
By sindiaa_

Banyak hal sederhana di dunia ini yang dapat kita lakukan untuk membuat orang lain tersenyum. Tapi kita terlalu sering meremehkan hal apapun dengan sesederhana itu.

°°°

Hanin dengan cemas, menelusuri jalanan area pemakaman yang telah diguyuri hujan deras sore itu.

Hujan mengguyur deras tubuh Bara yang tengah menangis di bawah hujan itu. Ia menunduk menatap gundukan tanah yang semakin meremas erat dadanya. Ini menyakitkan!

Pria yang dikenal acuh, tidak peka, tempramen, tidak perduli dan tegaan itu ternyata begitu lemah jika sudah di hadapkan pada kenyataan hidupnya.

Gundukan tanah yang sudah ada sejak sepuluh tahun lalu itu, adalah saksi bisu keterpurukannya selama ini.

Ia tak menyadari, suara langkah kaki datang ke arahnya.

Tubuhnya yang semula terguyur hujan tiba-tiba terlindungi.

Perlahan Bara menoleh.

"Nanti Kak Bara sakit, Bunda nya Kak Bara pasti bakal marah," ujar gadis yang berusaha melindungi tubuh tinggi pria bernama Bara itu, agar tak terguyur hujan.

Walau harus berjinjit terlebih dahulu, gadis itu tetap berusaha melindungi tubuh kekasihnya.

Sosok ceria yang beberapa bulan ini menemani keheningan hidupnya.

Hanin menatap sedih pada nisan yang bertuliskan nama Ibu Bara, Relia Amalia,"Bunda nya Kak Bara bilang ke Kak Bara ya biar sekali ini aja nurut ke Hanin?" ujar Hanin berusaha melawan derasnya suara hujan.

Bara terdiam, ia tak tahu kenapa gadis ini sangat perduli padanya.

"Lo bisa diem gak sih!" Balas Bara tak sinkron dengan hatinya.

Hanin lantas tersentak kaget. Bara memang menakutkan jika marah, dan Hanin lupa ia adalah pelampiasan dari semua hal tentang Bara.

Hanin mengabaikan bentakan Bara, ia hanya fokus pada area mata Bara yang ternyata sedari tadi tengah menangis ditemani hujan.

Bara itu tipe pemendam dan tidak ingin dianggap lemah.

Hanin berjinjit lagi sambil terus mendekat ke arah Bara, payung tetap setia ia pakai untuk melindungi tubuh Bara.

"Kak.., lain kali kalo mau nangis cari Hanin dulu ya? Biar Hanin temenin, dan biar Kak Bara tahu kalo Kakak gak sendiri. Hanin bakal temenin Kak Bara--sampe sembuh," ucap Hanin sambil perlahan mengelus pelan pipi pria itu.

Hanin tahu Bara sedang tidak baik-baik saja. Dan karena itu, setelah menerima panggilan telepon dari Asisten Rumah Tangga di kediaman Bara tentang keributan yang lagi-lagi terjadi antara Bara dan sang Papa.

Hanin bergegas menyusul Bara ke tempat ini, tempat beristirahatnya Lia, Ibu Bara.

Karena memang itu yang tengah ia butuhkan.

Tak tahan akhirnya Bara menarik cepat tubuh Hanin untuk ia peluk sebagai tempatnya bersandar saat ini.

Bahkan payung yang semula Hanin genggam pun terlepas begitu saja.

Jantung Hanin berdetak tak tahu malu, ia tak menyangka Bara-nya akan memeluknya dengan disaksikan hujan sore itu.

"S--sakit Nin," keluh Bara sambil terisak.

"Ada Hanin buat Bara."

°°°

Hanin menatap ke arah jalan raya hanya sedikit pengendara yang masih berlalu lalang. Mereka tengah berteduh di teras sebuah toko bunga masih disekitar area pemakaman.

Lalu perlahan Hanin menoleh menatap Bara yang sejak tadi hanya terdiam, tak ada suara Bara yang keluar sedari tadi, setelah usai dari pemakaman.

Tadi sebelum datang kesini, ia sempat ditelpon ART Bara yang mengatakan mendapatkan nomornya dari Geon, ART yang Hanin ketahui bernama Bi Mira itu menjelaskan keributan Bara dan Ayahnya. Bara terlihat sangat rapuh, Hanin baru tahu sosok keras ini ternyata menyimpan luka teramat dalam.

Hanin menyentuh pelan lengan Bara, Bara menoleh, menatap pada Hanin yang duduk di sebelahnya. Suara hujan masih terdengar, tetesnya terkadang terjatuh mengenai kaki kedua remaja itu.

Hanin melempar senyum padanya, "Hanin boleh peluk Kak Bara?" tanya nya.

Bara tersenyum tipis, sangat tipis hingga Hanin tak menyadarinya.

Hanin mendekat pada tubuh Bara yang dingin, Hanin perlahan mendekap tubuh kekar yang tengah rapuh itu. Perlahan mengusap punggungnya. Bara menunduk, menaruh dagunya di bahu kecil Hanin. Ini nyaman, Bara berharap waktu berhenti sejenak untuk sedikit ketenangan ini.

Bara tersenyum tipis, ada perasaan di hatinya berharap Bara benar-benar bahagia entah dengan cara apa. Apa boleh makhluk kecil seperti mereka meminta pengharapan begitu besar?

"Nin?" panggil Bara pelan.

"Hm?"

Bara menggigit bibirnya pelan, "M-makasih.." ucapan Bara yang terdengar pelan itu, membuat Hanin mengulas senyum tulus, lalu mengangguk.

"Kak Bara?"

"Hm?" Bara pula yang menyahut.

"Ayo sembuh!"

Tubuh Bara menegang, ia memejamkan matanya erat. Apa yang harus disembuhkan pada dirinya yang telah sakit sejak lama?

Hanin mengurai pelukan mereka, hujan masih setia mengguyur kota ini.

"Ayo sembuh Kak, Kak Bara pantes bahagia kok. Semua rasa sakit bisa disembuhkan Kak, kita hanya harus bersabar. Mau ya Kak? Hanin bakal temenin! Perlahan Kak, perlahan rasa sakit ini akan lepas," Hanin menunjuk dada Bara.

Bara menatap ragu bola mata Hanin yang berbinar, seolah mendorongnya untuk mengikuti ucapan itu.

"Diam berarti mau!"

°°°

"Den?" panggilan itu membuat kepala Bara menoleh, ia diam tak berusaha berlari atau mengacuhkan semuanya. Saatnya, saatnya ia harus berubah perlahan kan?

Bi Mira nampak sedih menatap baju sekolah Bara yang telah dilumuri bekas tanah dan air hujan yang menetes.

"Bibi obatain mau ya den?" Bi Mira setengah memohon ketika mengatakannya, Bara terdiam. Bara hanya baru menyadari, ia yang terlalu menutup diri dan berlarut pada masa lalu dan trauma masa kecilnya. Hingga mengabaikan perhatian kecil seperti ini.

Tak mengangguk tak juga menolak, Bi Mira bergegas mencari kotak obat. Yang Bara ketahui, pria itu sudah pergi. Karena mobilnya sudah hilang.

Bi Mira dengan tergesa mengeluarkan obat yang sekiranya bisa mengobati tangan Bara yang terluka, mungkin disebabkan memukuli Hans.

Bara diam ketika dengan telaten, tangan wanita paruh bayah itu membersihkan luka di tangannya.

Apakah Lia akan sesedih ini juga jika melihatnya dalam kondisi seperti ini?

Bi Mira menatap ragu pada majikan mudanya, "B-bibi minta maaf karena lancang nelpon Non Hanin den..." ucap bi Mira, ia sebenarnya merasa bersalah karena membiarkan Hanin pergi dengan kehujanan tadi.

"Saya yang minta maaf, m-maaf sering bentak Bibi."

Bi Mira yang mendengar ucapan Bara begitu tercengang.

°°°

Bara menatap tulisan rapi milik Hanin, yang tadi gadis itu beli dari toko bunga yang menyediakan sticky note.

Tiga kata ajaib yang harus kamu ketahui (Debara Hanan Alaksa)

1. Maaf:
Mengucapkan maaf itu bukan berarti kita merendahkan diri, dan menyebabkan kita akan direndahkan oleh orang lain. Kata ajaib ini digunakan untuk menunjukkan rasa bersalah atas sikap kita yang terkesan tidak patut dilakukan.

2. Terimakasih:
Ini adalah kata ajaib kedua, yang jika diucapkan akan membuat lawan bicara merasa bahagia. Kata ini digunakan untuk menunjukkan perasaan menghormati atas sesuatu yang telah orang lakukan padanya, seperti membantunya walau dalam skala kecil.

3. Tolong:
Kata ini digunakan ketika kita membutuhkan bantuan pada orang lain. Meminta pertolongan bukan berarti kita akan terkesan bergantung pada orang lain. Tapi lebih kepada perasaan merasa bahwa di dunia ini kita tidak dapat hidup seorang diri, dan pada akhirnya akan membutuhkan bantuan pada orang lain.

Tiga kata ini sederhana, namun bermakna. Bara tersenyum tipis, ia memang terkesan sering menyalah artikan sebuah ucapan. Karena Bara dengan kekeras kepalaannya adalah satu kesatuan yang menyatu. Hingga menjadikannya sebagai orang dengan sifat egois.

Bara menempelkan sticky note itu pada dinding kamar hitam miliknya, ada warna berbeda di kamarnya yang gelap kali ini, kertas kecil itu menjadi begitu menonjol di kamar Bara, sticky note berwarna pink itu membuat Bara tersenyum tipis.

°°°

Kadang tuh ya emang gitu, kata yang menurut kita biasa aja, bisa berefek besar sama orang lain.

Maka dari itu, cuma mau bilang untuk menghargai siapapun itu di sekeliling kalian ya cintahkuu♥♥

Tiga kata itu gak susah dihafal kok, tapi para manusia ini suka lupa aja buat bilang kan? Termasuk kuehhh tentunya😊

Udah baca Part kali ini kan?

Jangan lupa diterapin tiga kata ajaib itu ya

Dah dulu deh, makasih udah mau baca bacotan kuehhh😭😭

13.07.23

sindiaa_

Continue Reading

You'll Also Like

573K 27.5K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
921K 13.4K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
Wednesday By ACLE

General Fiction

46.8K 7.8K 30
Mora pernah berpikir, andai saja hari Rabu kala itu dirinya langsung pulang ke rumah sehingga tidak menyaksikan kejadian yang membuat hatinya sesak...
990 425 60
Masa lalu yang terburuk bukanlah apa yang kita lakukan dulu, tapi masa lalu yang terburuk adalah kehilangan orang yang sangat kita... Cintai \~>\~>\ ...