Three Little Words

By armelitaptr_

251K 12.6K 426

Caca mencintai Marel, tapi Marel tidak tahu dan tidak akan pernah mengetahui hal itu. Sebab bagi Marel, Caca... More

- Prolog -
Bab 1 : Karisa alias Caca
Bab 2 : Dilan si Sepupu
Bab 3 : Kebun Stroberi dan Mas Marel
Bab 4 : Guyonan Luka
Bab 5 : Perjalanan Bus
Bab 6 : Ilon si Kucing Gembul
Bab 7 : Suddenly
Bab 8 : Ternyata Benar
Bab 9 : Kina Birthday Party
Bab 10 : Berita
Bab 11 : Harus Diapakan?
Bab 12 : Lamaran Anin Marel
Bab 13 : Nggak Dulu
Bab 14 : Persiapan
Bab 15 : Tidur Lagi
Bab 16 : Zafran
Bab 17 : Perkemahan
Bab 18 : Balasan Caca
Bab 19 : Next Game
Bab 20 : Ada Apa?
Bab 21 : Langit Penuh Bintang
Bab 22 : Gak Sengaja
Bab 23 : Bulutangkis
Bab 24 : Jurit Malam
Bab 25 : Dinamika Rasa
Bab 26 : Keseleo
Bab 27 : Salah Paham
Bab 28 : Tebak Kata
Bab 29 : Hana dan El
Bab 30 : Titipan Caca
Bab 31 : Pulang ke Rumah
Bab 32 : Penyusup
Bab 33 : Kukis Caca
Bab 35 : Dilan si Kompor
Bab 36 : Semestinya
Bab 37 : Aku Ada Dipihakmu
Bab 38 : Deja Vu
Bab 39 : Janji El
Bab 40 : Perbaiki Yang Lebur
Bab 41 : Tanggung Jawab Untuk Ketentraman Diri
Bab 42 : Cinta Yang Salah
Bab 43 : Mimpi Caca
Bab 44 : Menikah
Bab 45 : Malam Mencekam
Bab 46 : Pahlawan Caca
Bab 47 : Antara Zafran dan Tirta
Bab 48 : Melepaskan

Bab 34 : Lari Pagi

4.9K 234 8
By armelitaptr_

34. Lari Pagi

Agenda hari ini adalah pengukuran pakaian resepsi untuk keluarga yang dilakukan nanti siang. Sebenarnya Caca tidak begitu bersemangat, mengingat warna yang diusung nanti adalah warna kesukaannya. Ya, terlihat aneh memang. Harusnya Caca senang karena Anin memilih warna yang Caca sukai, tetapi untuk saat ini apapun yang Anin lakukan akan terlihat menyebalkan dimata Caca. Walaupun tidak suka, Caca berusaha untuk ikhlas dan merelakan apa yang sebenarnya bukan haknya untuk cemburui. Caca sadar kok, Marel tidak akan melihatnya. Bahkan jika rahasia terbesar Caca yang menyukai Marel terbongkar sekalipun. Caca yakin, apa yang akan Marel pilih jika itu terjadi. 

Pagi Caca selalu dimulai dengan menyebalkan. Kehadiran Marel di setiap pagi untuk menjemput Anin adalah hal yang paling Caca kesali. Belum lagi kedua sejoli itu bertindak mesra tanpa mengenal tempat. Jika Caca satu-satunya orang yang kesal dirumah itu, maka ada Dilan yang mati-matian menertawakan reaksi Caca. 

"Daripada panas-panasan di rumah, mending kita lari pagi." Dilan bukanlah tipe orang yang mau berolahraga, ajakan yang tiba-tiba ini membuat Caca sedikit terkejut. Caca menatap tak percaya pada sepupunya itu.

"Biasa aja dong liatnya."

"Ya lo sehat ngajak gue lari pagi?"

"Karna gue sehat makanya gue ajak lo lari. Lagian gue mau nyari bidadari komplek lo yang katanya cakep-cakep."

Caca memutar matanya malas, benar saja dugaanya terhadap ajakan Dilan. Tidak mungkin si paling mager ini tiba-tiba seenergik ini kalau tidak ada udang dibalik batu. 

"Lari banget nih? Gue mager banget njir."

"Pantes aja jomblo, hidup sehat aja mager apa lagi disuruh cari pacar kali ya?"

Telinga Dilan sukses dijewer oleh Caca sebagai balasan atas ucapan sembrono sepupunya itu.

***  

Taman komplek adalah primadona bagi penghuni komplek, tidak hanya penghuninya saja. Bahkan diluar komplek juga banyak yang datang kesana. Dan kini Caca mengetaui fakta tersebut, setelah banyak penolakan dengan rayuan traktir bubur ayam Mang Sholeh, akhirnya Caca sepakat lari pagi di taman komplek dengan Dilan. 

Baru satu kali putaran, Caca sudah menyerah. Dia duduk di atas bangku semen pinggir taman dengan peluh keringat di pelipisnya dia menolak ajakan putaran selanjutnya. Dilan masih berambisi mencari bidadari komplekpun belum kendor semangatnya, dia meninggalkan Caca dan berlari satu putaran lagi. 

"Hidup lagi susah-susahnya, gue malah iyain ajakan Dilan buaya darat."

Caca mengamati setiap penggunjung taman, diam-diam dia menilai setiap orang berlalu lalang disana. 

"Cantik banget, jangan sampe papasan sama si DIlan nih orang. Bisa abis di gombalin!"

"Baru tau gue kalo lari pagi tuh harus pegangan tangan gitu."

"Njir, lari pagi apa mau kondangan? Dempul amat itu bedak."

Atensi Caca kini berpusat pada segerombolan gadis-gadis yang sedang ngerumpi. Samar-samar Caca mendengar pembicaraan mereka. 

"....kayaknya orang baru deh, soalnya baru liat gak sih?"

"Iya ih, tapi serius mukanya tipe gue banget."

"Kalo badannya tipe gue banget, mau kenalan deh."

"Coba deketin aja, tuh dia lagi duduk sendirian. Ajak kenalan, kalo bisa minta nomernya."

Tak kaget lagi dengan kelakuan remaja jaman sekarang, melihat laki-laki tampan sedikit sudah heboh. Namun melihat mereka yang seberani ini membuat Caca penasaran dengan subjek yang mereka bahas. Caca mengikuti arah mata kelima remaja tersebut, di salah satu bangku semen duduk laki-laki yang sibuk dengan ponselnya. Mata Caca terbelalak begitu sadar siapa yang menjadi bahan obrolan remaja tersebut. 

"Ca, liat deh. Gue udah dapet-," Dilan tersungkur ke belakang karena Caca yang tiba-tiba berdiri. "CACA LO MAU KEMANA?!" 

Salah satu anak remaja itu benar-benar mendekati laki-laki idaman mereka. Sambil tersenyum malu-malu, dia hendak menyapanya. Namun saat satu langkah lagi, Caca datang dan menghalanginya dengan berdiri di depan laki-laki tersebut. Praktis langkah gadis iu terhenti tepat dibelakang Caca. 

Sadar jika ada yang berdiri di depannya, laki-laki itu mendongak menatap Caca. "Kamu?" 

Sedikit gugup, Caca berusaha mencari alasan mengapa dirinya harus mendekatinya. "Halo!"

"Ada apa?"

"Hm, kayaknya kamu sendirian ya? Gimana kalo aku temenin kamu?"

Zafran menarik satu alisnya ke atas. 

"Oh iya, kenapa nggak kasih tau aku kalo kamu lari pagi juga? Padahal aku tadi telpon kamu tau!"

"Kapan kamu-," 

Caca lantas berbalik badan menatap gadis tadi, sambil memasang wajah terkejut dia berpura-pura tidak sadar telah menghalangi gadis tersebut. "Aduh, maaf ya. Kamu mau duduk disini ya? Kayaknya kamu cari bangku lain aja ya, soalnya pacar aku mau duduk disini. Sorry.."

Wajah gadis itu memerah malu, dia megangguk lalu berbalik kembali ke perkumpulannya. Caca menghela napas lega, dia lalu berbalik menatap Zafran yang nampak membeku di tempat.

"Ada apa?" tanya Caca. 

"Barusan maksud kamu apa?"

"Oh itu, aku barusan nolongin cewek tadi dari kamu. Lagian bisa-bisanya dia terpesona sama banteng modelan kamu gini?"

"Apa? Siapa yang kamu sebut banteng?!"

Caca menutup mulutnya, merutuki bibirnya yang begitu lancar mengucapkan kata-kata tersebut. Zafran menghela napasnya, "Apapun itu, makasih atas tindakan kamu tadi. Kalo bukan karena kamu, mungkin saya kerepotan nolak dia."

"Sama-sama."

Dilan berlari menghampiri Caca. "Eh, ada Mas tetangga juga toh." Zafran tak mengindahkan sapaan Dilan dia masih fokus pada Caca. 

Satu pukulan berhasil dirasakan di punggung Caca. "Lo juga, bisa-bisanya dorong gue sampe terjungkang gitu. Minta maaf nggak?!"

"Sakit anjir, ya salah lo sendiri kenapa ada di depan gue?"

"Ya kan gue nyamperin lo, maemun!"

"Tau deh, lo yang salah intinya."

Dilan melirik Zafran yang masih menatap Caca, "Agak sus, semoga beneran sesuai dugaan gue deh."

***

Atas ide Dilan, Caca terjebak dengan Zafran di toko Bubur ayam Mang Sholeh. Ya sebenarnya hanya Zafran yang dijebak, sebab sejak awal Caca sudah berencana ke Bubur Ayam yang terkenal enak ini. 

"Jadi kalian udah saling kenal?" Setelah memahami cerita Caca, akhirnya Dilan dapat menarik kesimpulan dari kedekatan kedua orang didepannya ini. 

"Hm, waktu acara kemping."

"Wah, keren juga ya. Pantes aja dari awal ketemu udah keliatan aura-aura sangarnya tentara."

"Nggak usah ngawur-,"

"Makasih," sela Zafran yang terlihat bangga akan pujian dari Dilan. Caca melongo kaget dengan reaksi Zafran kali ini, bukankah Zafran tipikal orang yang tidak suka membanggakan diri?

"Mas Tentara pasti kerepotan banget ya ngurus Caca. Emang bocah satu ini nyusahin banget,hobi bikin masalah."

Caca memukul kepala Dilan sebagai tanda protesnya.

"Nggak kok, Caca cukup tertib selama acara."

Kembali jawaban Zafran berhasil membuat Caca tercengang. Bukankah selama acara kemarin dia selalu dianggap ceroboh oleh Zafran? Kenapa sekarang malah dia berkata sebaliknya?

"Walah.. walah, gitu ternyata. Kayaknya emang Caca demen di atur sama cowok cakep deh-, akh!"

Kembali Caca menganiaya Dilan atas perkataan sembrononya. 

"Nggak usah ngarang, gue emang anaknya baik kok. Lo aja yang nggak bisa liat sisi baik gue."

"Si paling baik ini bisa nggak sih berhenti aniaya gue? Nggak takut lo ada abdi negara gitu? Gue laporin baru tau rasa lo."

"Alah sok tau lo."

"Kalian adik kakak?" tanya Zafran.

"KIta?" ujar keduannya yang praktis saling bertatapan lalu tertawa. 

"Iya kakak adik, tapi gue kakaknya ya!" kata Dilan.  

"Ogah banget gue punya kakak modelan lo."

"Haha, kita sepupu."

Zafran mengangguk paham. 

"Kalo Mas Tentara anak tunggal?"

"Dia punya nama, Lan."

"Sorry-sorry, jadi gimana?"

Zafran terdiam, dia kelihatan enggan menjawabnya namun tidak tahu menolaknya bagaimana. Caca cepat peka, dia lantas mencubit Dilan. "Kamu cuti atau gimana?" Caca mengalihkan topik.

"Iya, saya cuti."

"Cuti mau nikah atau gimana?" Dilan kembali bertanya dengan sembrono membuat Caca geram dan memasukkan kerupuk ke mulut lantang sepupunya itu. 

"Kayaknya mending kita balik deh, udah siang juga loh."

"Oh iya, kalo gitu biar saya yang bayar-,"

"Eh nggak usah-,"

"Nggak apa-apa. Anggap aja traktiran perkenalan dengan tetangga baru."

Caca tidak bisa memaksa, dia membiarkan Zafran membayar makanan mereka. Disaat dirinya merasa tak enak, ada Dilan yang malah kesenangan karena dapat sarapan gratis. Memang Sepupu sialan!

***

Saat bersiap pulang, Dilan pamit pulang duluan dengan alasan kebelet. Mau tak mau Caca pulang dengan Zafran, berjalan bersebelahan dengan laki-laki jangkung tersebut. Hampir setengah perjalanan keduanya tidak membuka obrolan. Entah karena canggung, tapi satu yang pasti Caca tidak sanggup menatap Zafran yang makin siang makin mempesona!

"Kamu seumuran sama Dilan?"

"Ya? Oh iya aku sama dia seumuran."

"Oh, pantes aja kalian akrab banget."

"Hehe, iya.."

Caca mengutuk dirinya yang canggung dekat dengan Zafran.

"Hm.. soal tanaman kemarin. Harus aku ganti nggak?"

"Nggak perlu, Ibu udah perbaikin sendiri."

"Maaf banget ya bikin ancur tanaman Ibu kamu."

"Hm, udah nggak heran sih sama kelakuan kamu."

Caca menggigit bibirnya. Tiba-tiba saja dia teringat dengan surat yang dia titipkan pada Dokter Hana waktu itu. Dia melirik Zafran berniat menanyakan perihal surat tersebut, tetapi nyalinya tidak cukup untuk sekedar menyinggungnya. Atau lebih tepatnya dia tidak sanggup mendengar reaksi buruk dari Zafran tentang itu. 

"Besok malam kamu free?" tanya Zafran tiba-tiba.

"Hah? Oh, Free kok! Kenapa?"

"Kok jadi deg-degan gini ya?"

Zafran menatap Caca dengan tatapan penuh pertimbangan. "Kalau boleh, saya mau ajak kamu keluar."

"HAH?"

"Nggak mau ya?"

"MAU!" Caca memukul bibirnya. "Maaf teriak, aku mau kok."

Zafran tersenyum tipis, "Oke, nanti sore saya kabarin lagi."

Caca mengangguk dengan wajah sedikit syok. Keduanya terdiam, saling menatap satu sama lain. Zafran menunjukkan wajah heran padanya.

"Hah?"

Kekehan kecil terdengar dari Zafran, "Kamu nggak mau masuk ke rumahmu?"

Praktis Caca tersadar jika mereka sudah berada di depan rumah. Caca benar-benar malu!

"K-kalo gitu aku tunggu kabarnya ya, Dah!" Caca masuk dengan terburu-buru karna kepalang malu. 

Zafran yang masih menatap Caca sampai hilang dibalik pintu kayu kini tersenyum sedikit, guratan merah samar-samar terlihat di pipinya. Ya, saat ini saorang laki-laki kaku bernama Zafran salah tingkah hanya karna seorang gadis ceroboh bernama Karisa. 

Bersambung...

***

Berikut pemandangan indah yang Caca dapet di pagi hari..

Ketampanan Masnya yang paripurna ini sangat sayang untuk dilewatkan

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 86.8K 41
"Tuhan, aku mengaku salah, tapi tolong dosanya ditagihkan ke Joleen saja, please...." Ketika acara akhir pekan yang kupikir bakal menyenangkan, terny...
278K 34.7K 59
"Kamu harus tanggung jawab!" "Kamu siapa?" "Aku istri kamu, masa kamu lupa?" "Buat makan aja saya susah, gimana mau punya istri?" Emang karena lagi...
820K 43.9K 40
"Saya terima nikah dan kawinnya Diana Putri Binti Nugroho Chartur dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!" ucap Digo lantang sambil menjabat tangan...
951K 85.3K 51
Odeiva Swanelly memiliki tujuan hidup baru setelah mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan. Ia ingin terkenal di aplikasi tiktok, semakin hari, rasa i...