M.E.L

By Eeeewy

9.1K 2.1K 215

Mona dihadapkan pada sebuah dilema. Memilih Bastian si bapak biologis anaknya, ataukah Enggar yang merelakan... More

Namanya Lintang bukan Anaknya Jalang
Masa Lalu yang Tak Ingin Dikenang
Bab 3 : Terusir dari Rumah
Bab 4 : Mencoba Bangkit dari Keterpurukkan
Bab 5 : Ban Mobil yang Bocor
Bab 7
Chapter 8 : Bastian
Chapter 9 : Pertemuan Pertama
Bab 10 : Sebuah Fakta
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21

Bab 6 : Enggar

287 81 5
By Eeeewy

Typo is my pride 😀
Happy reading 🤗
.
.
.
.
.
.
.

"Eh ada bidadari turun dari surga," ucap Enggar spontan. Bagi remaja tanggung yang sekolah di jurusan teknik mesin yang mayoritas siswanya adalah pria, matanya sangat membutuhkan asupan vitamin A yaitu wanita. Maka dengan sangat memalukan bin katrok, Enggar langsung terpesona dengan gadis cantik dihadapannya.

Pak Kamidi menyentil dahi Enggar. "Kamu jangan kurang ajar dengan keponakanku."

"Jadi itu keponakannya Bapak? Cantik sekali."

"Iya. Karena suatu hal, sekarang ia tinggal bersama kami."

"Ow..." Kepala Enggar mengangguk - angguk.

"Kamu ngapain kesini, Nak?"

"Saya ingin jalan - jalan sekalian mengantar bekal Bapak yang tadi ketinggalan di rumah." Mona meletakkan tas berisi bekal di atas bangku panjang.

"Halo, namaku Enggar." Dengan lagak sok akrab, Enggar mengulurkan tangan untuk mengajak berkenalan.

Mona beringsut sambil menunjukkan raut wajah jijik. Semenjak dirinya menjadi korban pemerkosaan, Mona selalu merasa takut jika ada lawan jenis yang sengaja mendekatinya. Tadi disepanjang perjalanan saja, Mona selalu menunduk dan berjalan cepat - cepat jika berpapasan dengan lawan jenis.

Enggar masih mengulurkan tangan menunggu Mona membalas salam perkenalan darinya. Melihat situasi yang ada, Pak Kamidi pun mencoba mengurai kecanggungan yang ada di antara dua remaja tanggung tersebut.

"Kalau bukan muhrim tidak boleh bersentuhan apalagi bersalaman," ucap pak Kamidi disertai kekehannya.

Enggar pun menarik tangan dan kemudian menggaruk leher untuk menyembunyikan rasa malunya. Keponakannya pak Kamidi jual mahal amat.

Enggar kembali melanjutkan mengutak - atik mesin motor. Meskipun jurusannya adalah teknik mesin, namun ia pun sangat tertarik dengan teknik otomotif. Sayangnya Enggar tidak bisa mengambil kedua jurusan tersebut sekaligus, sehingga untuk kesenangan yang satu ini hanya bisa ia lakukan di bengkel pak Kamidi. Sesekali Enggar mencuri - curi pandang ke arah gadis cantik tersebut. Meskipun tubuhnya dibalut gaun model lama, namun tidak mengurangi pesonanya.

Mona duduk dan menatap jalanan di depannya. Karena bengkel pak Kamidi terletak di pinggiran desa, jadi tidak terlalu banyak kendaraan yang melintas. Hanya saat orang - orang memulai aktivitas dan pulang kembali ke rumah, jalanan itu ramai.

Tak berapa lama, datang seorang pria yang menuntun sepeda motornya.

"Motornya kenapa Pak Jupri," sapa pak Kamidi pada orang tersebut.

"Bannya bocor, Pak."

Pak Kamidi segera membantu pak Jupri dengan mengambil alih sepeda motornya. Rezekinya bapak datang.

Dengan cekatan pak Kamidi menangani sepeda motor tersebut. Mona memperhatikan ayah angkatnya tersebut bekerja. Pertama - tama pak Kamidi meletakkan motor di tempat yang nyaman. Kemudian mengambil beberapa peralatan perbengkelan yang Mona tidak tahu apa saja namanya. Mona hanya tahu ada ember yang berisi air. Karena sebelumnya tidak pernah ke bengkel, Mona jadi khusuk memperhatikan proses menambal ban yang dilakukan oleh pak Kamidi.

Hati Mona tersentil melihat uang yang diterima pak Kamidi hanya sepuluh ribu rupiah per satu motor yang ditambal. Kira - kira berapa banyak klien yang harus didapatkan. Apalagi saat ini beliau menanggung kehidupan Mona yang sedang hamil. Tanpa sadar Mona menitikkan air matanya.

Enggar yang sedari tadi rajin mencuri - curi pandang jadi bengong sendiri ketika melihat Mona menitikkan air mata. Kenapa tiba - tiba gadis itu menangis, ya?

Enggar baru mengetahui alasannya setelah beberapa hari kemudian. Karena tidak sanggup menahan rasa penasarannya, remaja tanggung itu pun memberanikan diri untuk bertanya langsung kepada pak Kamidi. Mumpung saat ini Mona tidak ada.

"Pak, kemarin saya melihat keponakannya Bapak menangis. Dia kenapa sih, Pak? Apa teringat orang tuanya yang sudah meninggal, ya?"

"Hus! Jangan sok tahu!"

"Lha ya keponakannya Bapak harus tinggal disini. Kemungkinannya kan dia sudah yatim piatu dan harus diasuh keluarga Bapak."

"Makanya sekolah yang bener, Tong. Biar nggak asal nebak."

"Pak, ini tidak ada hubungannya dengan saya rajin sekolah loh, ya." Enggar berdalih.

"Bapak beritahu kamu, tapi kamu nggak boleh ember ya."

"Iya."

"Janji loh!"

"Iya Bapake," jawab Enggar dengan meniru logat ngapak yang biasa ia dengar dari teman sekolahnya anak pindahan dari Purwokerto.

Pak Kamidi mengembuskan napas berat. Sebenarnya ia tidak ingin menceritakan kisah Mona. Tapi kedepannya pasti akan menjadi buah bibir juga di kampung mereka. Pak Kamidi membutuhkan seseorang yang bisa membantunya membela Mona. Dan sepertinya Enggar bisa melakukannya.

"Mona itu anak yang bapak tolong saat dia hendak bunuh diri di sungai itu." Tangan pak Kamidi menunjuk ke arah jembatan yang berjarak beberapa puluh meter disebelah bengkelnya.

"Apa, Pak? Bunuh diri," tanya Enggar dengan nada tidak percaya.

"Mona itu korban pemerkosaan, Nggar. Dia hamil dan diusir oleh kedua orangtuanya. Dia putus asa dan mencoba bunuh diri dengan terjun di sungai itu. Untung saja bapak melihatnya. Bapak langsung ikut terjun sebelum tubuhnya hanyut semakin jauh. Alhamdulillah dia selamat. Dan sekarang Moba menjadi putri kami. Tuhan maha baik. Kami yang sudah puluhan tahun menikah tapi belum juga dikaruniai momongan. Akhirnya diberi anak yang berbonus cucu sekaligus."

Enggar mendengar cerita pak Kamidi hingga lupa menutup mulutnya.

"Mengapa Bapak tidak cerita ke saya sejak awal?"

"Bapak kan takut kamu ember. Kasihan Mona. Kami tidak mau mentalnya semakin lemah karena omongan tetangga."

Enggar menelan ludahnya. Pak Kamidi benar sekali. Warga kampung mereka itu suka sekali bergunjing. Jika warga mengetahui siapa Mona, pasti akan menjadi trending topik selama beberapa hari.

"Ya sudah begitu saja. Pokoknya kamu harus menjaga rahasia ini loh, Tong."

Sejak hari itu hidup remaja tanggung itu berubah. Meskipun sudah tahu masa lalu kelam Mona, namun anehnya Enggar justru ingin semakin mengenal dan dekat dengan perempuan itu.

"Selamat pagi menjelang siang, Mona..." sapa Enggar dengan nada merdu merayu. Mona mencondongkan tubuhnya ke belakang dan menatap Enggar dengan wajah sinis. Ia tidak suka melihat pemuda yang sok kenal dan sok akrab itu menyapa dirinya.

Dengan cuek Mona duduk tanpa membalas sapaan Enggar. Tiba - tiba sebatang cokelat bermerek diletakkan di pangkuannya.

"Buat teman nongkrong di bengkel," cengir Enggar yang kemudian sudah asyik dengan motornya.

Mona mengerucutkan bibir. Lagi - lagi pemuda yang bernama Enggar itu membolos sekolah. Mona saja ingin bisa sekolah, masa Enggar justru membolos. Kemudian Mona menatap coklat bermerek yang baru saja ia terima. Entah mengapa air liurnya hampir menetes saat melihat makanan tersebut. Padahal Mona tidak menyukai cokelat batangan.

Mona melupakan rasa gengsinya. Ia segera berdiri dan meletakkan cokelat tersebut di lantai kemudian melompatinya sebanyak tujuh kali. Kemudian baru membuka kemasan dan memakannya.

Enggar yang melihat tingkah laku Mona hanya bisa melongo.

"Ngapain pake dilompati, toh akhirnya cokelatnya kamu makan juga," Enggar tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Mona melirik Enggar dengan sinis. "Masa kamu nggak tahu," jawab Mona ketus.

"Kan justru kotor?"

"Ya enggak, lah. Kan masih di dalam bungkusnya."

Enggar menepuk dahinya. Ia kalah debat dengan bumil cantik di hadapannya.

"Memangnya itu tadi ritual apa?" Enggar mengulang pertanyaannya. Daripada ia tidak bisa tidur semalaman karena penasaran, lebih baik bertanya langsung sekarang. Mumpung ada kesempatan untuk bisa mengobrol dengan Mona.

Mona menoleh ke arah Enggar. Keasyikannya menikmati cokelat jadi terganggu.

"Itu tadi untuk menghilangkan japu - japu."

Jawaban Mona membuat Enggar tertawa terbahak - bahak. Kalau boleh jujur bukan Enggar yang memberi mantra gaib pada cokelat yang ia berikan untuk Mona. Tapi justru dirinya lah yang sudah jatuh dalam sihir bumil cantik tersebut.

Ternyata Enggar sangat gigih bisa mengakrabkan diri dengan Mona. Di lain waktu ia sengaja bersembunyi ketika gadis itu datang ke bengkel dan menepuk pundak Mona untuk mengajak bercanda.

Tepukan itu membuat Mona terkejut, detik berikut ia berdiri dan melayangkan pukulan membabi - buta ke arah Enggar.

Enggar menangkis pukulan Mona sambil berusaha menenangkan gadis itu. Syukurlah pak Kamidi bisa menenangkan kekalutan Mona.

Mona menangis. "Huhuhu..., Mona takut, Pak."

"Iya, tenang ya, Nak. Tidak apa - apa. Kamu jangan takut, Bapak akan melindungimu."

Malamnya Enggar datang ke rumah pak Kamidi. Ia bermaksud meminta maaf pada Mona.

"Bapak lupa memberi tahu kamu. Gara - gara kejadian buruk yang pernah menimpanya, Mona akan seperti itu jika ada seseorang yang menyentuhnya dari belakang."

TBC

Edisi kepepet BU. Dijual murah stok buku terakhir. Setelah buku habis nggak akan ada cetak ulang. Yuk monggo di keep. Harga 45k aja / buku.
Minat chat me di 089509913584

Penulis yg asli yang lebih butuh uang royalti ketimbang pembajak ya, Cyn. 😁✌️

Continue Reading

You'll Also Like

124K 11.2K 48
No Deskripsi. Langsung baca aja Taekook Vkook Bxb ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž *** Start : 15 Januari 2024 End : -
563K 6K 26
Hanya cerita hayalan๐Ÿ™
Rasya By Wahyuni

Short Story

56.5K 4K 30
Rasya,Bocah 3 tahun yang berhasil menarik perhatian seorang mafia terkejam dan seorang pengusaha kaya raya
347K 1.2K 6
banyak adegan aww aww nya lohhhh, YAKINN GAMAU BACAAA #7 NENEN [3 - 1 - 23] #3 BXG [3 - 1 - 23]