HAPPY READING
••••
Devan menatap layar handphone nya yang mati, sengaja ia merahasiakan ini dari caca termasuk mama nya, dia ingin memberikan hadiah istimewa tepat di hari ulang tahun anak nya.
Karna menurut caca hal istimewa hanya dara.
Dara dari tadi memperhatikan devan di balik pintu.
Ia melihat interaksi devan ketika vidio coll dengan caca, ingin rasanya dia bergabung dan menanyakan kabar gadis itu.
tapi dia urungkan ketika mendengar devan membohongi anak nya kalau dia masih ada urusan tidak mengatakan kalau sekarang dia berada di rumahnya.
"Ngapain lo di sini ra?" Tanya alvian ketika melihat dara mengintip seperti maling.
"Astagfirullah,, ish lo ngagetin banget si" dara memukul pundak alvian kencang.
"Awss ra jangan kdpk dong" ucap alvian menghindar dari pukulan maut dara
"Apaan kdpk?!!" Tanya dara nyolot.
"KEKERRASAN DALAM PERKAWANAN" tekan alvian menjelaskan dengan bangga.
"Gk jelas lo!" Dara mencibir.
"Kita kan sekarang temen" alvian menaikkan alis nya.
"Siapa yang bilang!" Dara melotot tajam
"Lo lah yakali bambang" ujar alvian santai.
"Gak ada ya gue bilang gitu!"
"Ada coba deh inget-inget pas di depan tv tadi" alvian bersedekap dada menyandarkan tubuh nya di tembak.
Dara nampak berpikir, kapan dia ngomong gitu? Emang ada ya? Kok dia gk ngerasa.
Ah iya!! Dia ingat sekarang pasti itu.
"Gue cuma ngomong gk usah panggil nona, panggil gue dara aja gr banget lo!"
"Itu udah gue anggap lo nerima gue sebagai teman!"
"Gk ya, gak ada gitu!"
"Ada, ayo resmikan kita berteman" alvian mengulurkan tangan nya.
Dara memandang tangan alvian lalu menatap tajam alvian yang menampilkan muka tengil nya, sunggu rasanya dara ingin mencakar muka tampan itu. Tampan? Ya dara akui alvian pria tampan yang dia temui setelah devan, hhh jangan sampai pria itu tau dia memuji nya bisa-bisa besar kepala.
"Ehem"
Dara dan alvian langsung menoleh menatap pria di samping mereka yang kini menatap mereka tajam.
"Ngapain kalian berdebat di depan pintu?!" Tanya devan tegas.
"Suka-suka gue lah, rumah-rumah gue" dara memandang devan sekilas.
"Dia dari tadi ngintip lo van, pasti dia nguping!" Tuduh alvian dan sial nya itu benar.
"M-mana ada g-gak gitu ya!" Dara melotot kan matanya menatap tajam alvian yang berani-beraninya membongkar aib.
"Gue liat kok" devan berlalu meninggal kan mereka.
"Kalau mau gabung duduk sama aku aja gpp kok gk usah ragu sama calon pacar" ucap devan berbalik badan melihat dara yang kini terdiam.
Deg
Ah sial jantung dara kumat lagi, bisa-bisanya dia baper dengan kata-kata sepele itu pasti hanya bohongan, ya bohongan mana mungkin seorang devan yang terhormat dengan tulus mengatakan itu pada dirinya.
"Sumpah malu banget gueee mana ketahuan ngintip lagi" batin dara memejam kan mata nya.
"Hhhh malu ya malu ya, ya malu lah masa nggak" devan pergi menyusul devan sambil tertawa meninggalkan dara yang mungkin sudah ingin menerkam nya lagi.
"Awas ya lo!" Teriak dara tapi tidak di hiraukan lagi oleh alvian.
...........
"Huaaa mau papa!!" Tangisan caca semakin keras.
"Sabar sayang hari ini papa pulang kok, caca tidur aja ya jangan nangis dong cucu oma" bujuk fani mengendong caca yang menangis.
"Kemana anak itu tidak pulang-pulang, tidak ingat kah dia ada anak!!" Gerutu ardi.
"Katanya devan masih ada urusan pa, udah gak usah marah-marah nanti caca nya bakal tambah nangis" fani mengelus punggung suami nya dengan tangan sebela karna sebela nya lagi mengendong caca.
"Urusan apa sampai sesibuk itu tidk memberi tahu lagi!"
"Udah pa udah" bujuk fani.
Ardi menghela nafas kasar menatap istrinya sekilas lalu mengambil alih caca yang berada di gendongan fani.
"Cup cup cucu opa jangan nangis ya, tu mata nya bengkak kelamaan nangis, masa mau ulang tahun mata bengkak si kan gak cantik lagi" ardi ikut membujuk cucu nya supaya berhenti menangis karna caca sudah hampir 2 jam menangis.
Caca tetap menangis tanpa memperdulikan bujukan dan rayuan opa dan oma nya.
"Gimana ini pa, kasian caca menangis sampai segitunya" mata fani sudah berkaca-kaca tidak tega melihat cucu nya sampai sesugukan.
"Udah mama tenang aja, biar papa yang bujuk"
Ardi mengendong caca membawa nya ke taman belakang dengan di ikuti istrinya di samping.
"Eh ca liat bagus kan dekoran nya sudah hampir jadi, caca senang gak?" Tanya ardi.
"Ini kan mau nya caca ulang tahun dengan tema barbie" ardi mengusap keringat di kening cucu nya.
Caca berhenti menangis melihat sekitar benar saja dekoran yang dia minta sudah hampir selesai dengan tema barbie pink.
"Caca senang gk?" Tanya fani.
"Caca gak suka kalo gak ada mama sama papa huaaa" caca kembali menangis menyembunyikan kepala nya di ceruk leher Ardi.
"Papa bentar lagi pulang, mana mungkin papa gak hadir di hari kelahiran putri kesayangannya" Ardi tersenyum mengusap rambut caca di gendongan nya.
"Beneran?" Caca melihat mata ardi.
"Iya dong"
"Apa mama ikut pulang sama papa?" Tanya caca.
Ardi terdiam menatap istrinya yang juga terdiam, dia tidak yakin devan akan membawa dara ikut pulang.
Anak itu tidak berguna hanya mencari alamat dara, ingin rasanya dia sendiri turun tangan tapi devan keenakan mendapatkan nya tanpa berjuang, ardi ingin melihat keseriusan anak nya itu.
"Hiks caca juga mau mama, caca mau mama sama papa" caca kembali menangis ketika pertanyaan nya tidak ada yang menjawab.
"Iya sayang iya, mama ikut pulang juga kok" fani tersenyum kaku ke arah caca, dia terpaksa berbohong demi kebaikan cucu nya, dia tidak tega melihat caca terus menangis sampai mata nya bengkak dan merah.
"Sayang! Jangan memberikan harapan palsu pada caca!" Ardi
"Gpp demi kebaikan" fani
Ardi hanya bisa diam.
.........
"Ra ini kan masih jam 1 siang, jalan-jalan aja sana gi ajak devan sama alvian keliling desa" perintah dini duduk di warteg nya di temani dara.
"Males ah panas" ucap dara santai.
"Panas apa nya mendung gini"
"Mager bunda" keluh dara
"Udah a sana beban aja kamu di sini, cepat ajak mereka jalan-jalan, pasti mereka gak perna jalan-jalan ke desa yang masih segar gini" dini bangkit dari duduk nya ketika ada pembeli.
"Ish" dara berjalan masuk ke rumah sambil menghentakkan kaki nya.
Dini yang melihat itu hanya menggelengkan kepala pelan.
"Dara nya kenapa mbak" tanya pembeli yang memesan nasi bungkus di warteg nya.
"Biasa lah jiwa malas nya datang, di suruh jalan-jalan aja gak mau" dini terkekeh sambil membungkus pesanan
"Hh biasa terjadi dengan anak muda kini mbak"
"Iya makanya saya biasakan jangan sampai malasan" dini tersenyum
"Ngomong-ngomong itu mobil siapa mbak? Ada tamu ya?" Tanya Tia....pembeli
"Iya temen dara dari kota" ujar dini singkat takut akan menimbulkan fitnah kalau dia berkata dengan detail.
"Oh" tia menganggukan kepala nya mengerti.
"Ni nasi bungkus nya, total nya 30 ya" dini menyerahkan plastik yang berisi 2 buah nasih bungkus.
"Ini uang nya mbak, makasih ya" tia menyerahkan uang nya lalu pergi.