Suddenly

By anjar_lembayung

268K 43.2K 5.1K

[21+] Marisa benci dengan segala sesuatu yang mendadak. Perempuan yang baru saja menginjak usia 30 tahun kema... More

-Prolog-
[1]. Sakit dan Masa Lalu
[2]. Jangan Kabur!
[3]. Kesalahan Pertama
[4]. Penawar Luka
[5]. Yang Bimbang dan Menimbang
[6]. Hari Pertama
[7]. Yang Terlupakan
[8]. Di Bahunya Ia Bersandar
[9]. Sesuatu yang Disebut Kangen
[10]. Membuang Resah
[11]. Badai yang Mulai Bergolak
[12]. Calon Mantu
[13]. Ketakutan
[14]. Menurunkan Penumpang Gelap
[15]. Yang Tak Punya Apa-Apa
[16]. Calon Mertua
[17]. Menyematkan Cincin di Jari Manis
[18]. Fakta yang Terungkap Perlahan
Hidden Part #18
[19]. Marry Me Soon!
[20]. Malam Akad
[21]. Pengganggu
[22]. Yang Memaksa Menggoda
Hidden Part #22
[23]. Menunda
[24]. Kenangan yang Menjerat Langkah
[25]. Harta, Tahta ....
Hidden Part #25
[26]. Tamu Tak Diundang
[27]. Nyonya Sanjaya dan Putra Tunggalnya
Intermezo-Salah Grup
[29]. Bertukar Cerita
[30]. Menghadapinya Bersama
31. Yang Masih Berusaha Mengusik
32. Menguji Kesabaran
33. Alasan Masih Menunggu
34. Kabar Buruk dan Penyesalan
35. Merenungkan Masa Lalu
36. Pisah Ranjang
37. Perempuan dan Bola Lampu
38. Yang Terjadi Sebenarnya
39. Keributan yang Membuatnya Ingin Segera Kembali
40. Jangan Pergi Lagi
-Epilog-
Extra Part #1. Hush, Pengganggu!
Extra Part #2. Trauma dan Perubahan
Extra Part #3. Pertengkaran

[28]. Mengorek Masa Lalu Mengundang Cemburu

4.1K 863 105
By anjar_lembayung

Halo, halo, halo!

Selamat malam. 😍

Aku datang menepati janji untuk update part 28 hari Kamis. Vote jangan lupa. Komentar yang banyak.

Yang belum cukup umur melipir dulu. Ini agak-agak manis, sih. 😆


Serius, kalau yang satu ini Mas Tama nggak ada belajar sama siapa-siapa apalagi Raga. Naluriah dia sebagai laki emang begitu kalau dekat sama Risa. Nggak mau nganggurin yang manis-manis. 🤣

Happy reading. Semoga suka. 🤗🥰

====🏖🏖🏖====




"Marisa baik-baik aja, kan, Mas?"

Suara lembut Rima terdengar dari seberang telepon. Agaknya perempuan yang satu jam lalu Tama antar ke stasiun menuju bandara sedang mencemaskan menantunya. Tama memperhatikan Risa yang tengah motong lemon tart dan mengunyah pelan.

"Baik, kok. Kenapa memang?" Laki-laki itu kembali fokus pada ponsel di telinga kiri.

Tak ada yang aneh dari kondisi Risa kecuali dari caranya bersikap padanya sejak sepulang dari kantor. Ia mendadak mau beli buket bunga dan mengajak suaminya makan di Cinema Bakery. Lalu berkali-kali mengatakan, "Buket bunga yang aku beli bagus, deh! Jadi pengen belajar jadi florist biar bisa buka toko bunga!"

Pun ketika melahap lemon tart dan satu cup es krim dengan potongan wafel di hadapannya, ada lagi kalimat, "Aku suka masak, sih, tapi nggak pernah kepikiran punya toko bakery begini!"

Florist, toko bunga, dan bakery. Tiga kata itu jadi kosakata favorit Risa dan entah di mana menariknya.

"Tadi siang pas belanja Mama sama Risa ketemu Riana sama mertuanya di supermarket. Takut habis itu Risa kepikiran, Mas. Kamu yang sabar nemenin dia, ya?" Rima kembali bersuara.

"Oh ...." Laki-laki itu menelisik emosi perempuan di seberang meja. Namun, tak kunjung terbaca kecuali keanehan-keanehan yang cenderung membuat Tama semakin kebingungan.

Tama baru saja menyuap pie apel sebanyak tiga kali setelah mengakhiri telepon dengan sang mama. Arloji di pergelangan tangan kiri sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Beberapa bangku pengunjung di area pelataran Cinema Bakery yang mengusung bangunan ala joglo dengan interior toko roti khas Perancis itu bahkan mulai beranjak. Toko roti sudah hampir tutup.

"Mas, habis ini aku kayaknya masih mau makan cream puff, deh! Mampir bentar, ya, ke toko cream puff di Jakal?" Risa bersuara begitu menelan potongan terakhir tart di piring.

Kening Tama mengernyit. "Ini udah jam setengah sembilan, lho, Yang. Keburu emang? Takutnya sampai sana tutup gimana? Nggak besok pagi aja?" Laki-laki itu memberikan penawaran.

Risa menggeleng mantap. "Aku udah selesai, kok, makannya. Sekarang aja kita ke sana gimana? Kamu cepetan abisin." Ia mulai merajuk manja.

Lihat, kan? Istrinya sedang banyak bersikap tak terduga hari ini. Lalu, semua keanehan itu terjawab saat tiba-tiba ponsel yang Tama letakkan di meja sisi kanan menyala dan bergetar sekali. Pesan WhatsApp dari adik bungsunya. Tama meletakkan sendok, meraih benda pipih yang menyala terang di meja.

Pitaloka:
Mas, tadi tuh habis Mama ngajakin belanja, Mbak Risa sempat banyak tanya soal Mbak Alika. Sorry to say. Aku kayaknya keceplosan banyak soal masa lalu Mas, deh. 😬

Pitaloka:
Mas?

Pitaloka:
Nggak marah, kan?

**

"Kamu suka minum teh nggak, Mas?" Serangan ketiga setelah serangan beli bunga, makan di toko bakery, lalu membahas perihal teh yang katanya menyegarkan.

Perempuan itu seharusnya yakin kalau suaminya sudah tak lagi ada minat dengan masa lalunya. Tama biasa saja saat diajak membeli sebuket bunga mawar merah. Laki-laki yang sekarang tengah fokus ke jalanan di depan sana juga sama sekali tak berubah senewen saat diajak makan di toko bakery. Tidak ada gejala mencurigakan apa pun dari gelagat Tama malam ini.

"Suka," sahutnya singkat berhias senyum tipis.

Nah, mulai ada senyum. Mungkinkah sedang teringat masa lalunya? Alika Prameswari yang kata Pita, wanita itu pandai membuat teh rosella.

"Rosella, ya? Teh yang menyegarkan kayaknya, ya?" Dua mata bermanik gelap itu memicing. Berusaha mencari-cari lagi letak celah di mana Tama menyimpan masa lalunya.

"Kamu bisa bikin memang?" Laki-laki itu semakin mengulum senyum.

Fix! Mas masih ingat kalau mantannya pandai membuat teh dari bunga rosella. Risa melenguh dalam hati. Demi menutupi rasa mengganjal yang mengesalkan dalam hati, ia menghela napas panjang.

Tanpa membahas perihal teh lagi, lima menit tersisa usai mobil kembali berjalan setelah meninggalkan toko cream puff di Jalan Kaliurang, ia gunakan menilik isi tas kertas di atas pangkuan. Mulutnya tak berhenti mengunyah dan menjilat sisa krim di sudut bibir.

BMW biru metalik yang mereka tumpangi masuk ke area basment. Tak ada lagi pembicaraan pun Tama sepertinya sedang tak keberatan dengan aksi diam istrinya.

Tepat ketika mesin mobil mati dan menahannya dengan rem tangan, laki-laki itu mengembuskan napas panjang. Risa membenarkan posisin tas di bahu kiri. Ia hampir membuka pintu mobil ketika Tama sigap mencekal pergelangan tangan kanan dan menekan belakang kepala Risa agar mendekat.

Jarak itu pupus begitu saja ketika satu lekatan kuat itu menekan bibirnya. Mulanya ia berniat menjauh, tapi cara Tama menelengkan kepala ke kiri kemudian melesakkan diri lebih dalam, semuanya sudah pasti tak akan berakhir dengan cepat. Risa bisa merasakan manis dan asam stroberi yang sama persis dengan krim yang dinikmati--mungkin semenit yang lalu.

Sampai akhirnya, perempuan itu memilih menyerah. Tas kertas di pangkuannya meluruh ke bawah kursi di antara dua kakinya. Semoga kue lembut berisi krim dengan banyak varian rasa di dalamnya tak rusak karena jatuh begitu saja. Dua tangan yang semula menekan dada laki-laki yang mendesaknya mendekat untuk menjauh beralih merayap naik. Menelusur pada lengan kekar yang mendekapnya dan berakhir bergelayut manja pada leher Tama.

Sialnya, mungkin Tama sedang bermain-main saja. Sengaja memantik emosi Risa semakin menjadi dengan menarik diri ketika ia mulai tertarik saling membelit satu sama lain.

Bibir dengan lipstik memudar itu ternganga dengan tatap mata yang meredup. Wajah yang memanas dan memerahnya berubah menunjukkan raut jengkel saat Tama justru tersenyum dan menangkup kepala Risa dengan tatap jenaka.

"Kalau lagi nyimpen cemburu, kamu gemesin!" kata Tama sebelum memberi kecupan ringan di bibir.

Risa masih ternganga-nganga dan membeku di tempatnya.

"Sorry, ada krim sama potongan stroberi kecil di sudut bibir kamu tadi, Sa." Tama mendahuluinya turun.

Kesal dipermainkan, Risa menggeram sebal. "Mas, ih! Kamu kok gitu?! Itu curang, ya!"

**

(08-06-2023)

====🏖🏖🏖====

Next part mau cepet apa lama update-nya  nih? Kasih semangat dulu biar aku kuat ngetik kelanjutan cerita ini. 😆

Bom semangatnya mana?

Btw, yang belum follow akun Wattpad aku, yuk, dibantu follow, ya.

Yang sudah, terima kasih banyak. 🤗

Btw, aku akhir-akhir ini kangen Raga sama Alika. Kalian ada yang kangen nggak?

Misi, Mas Raga boleh numpang lewat sini nggak?

Aku gak mao kangen dia sendirian. Ayok, kangen  bareng! 🤣

Makasih. 🤗

====🏖🏖🏖====

Continue Reading

You'll Also Like

342K 26.6K 36
Warning!!! Ini cerita gay homo bagi yang homophobic harap minggir jangan baca cerita Ini ⚠️⛔ Anak di bawah umur 18 thn jgn membaca cerita ini. 🔞⚠️. ...
1.7M 85.3K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
7.1M 348K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
2.1M 32.1K 47
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...