Romeo Almahera

Por Yn1712

1.6M 99.2K 34.1K

• Obsession series • [ SELAMAT MEMBACA ] Romeo akan menghalalkan segala cara demi mendapati Evelyn, termasuk... Más

Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

20

38K 1.9K 659
Por Yn1712

ROMEO UPDATE🦋
HAPPY READING!

• 700 vote - 650 komen for the next chapter •

•••

"Semua sudah siap, Tuan."

Jemari Romeo yang berselancar lincah di atas ponsel terhenti sejenak, ia tersenyum tipis. "Bagus. Gajimu kunaikan dua kali lipat bulan ini," ucapnya, tanpa menoleh ke arah pria dihadapannya yang tak lain adalah Bondan— asisten pribadinya yang sangat bisa diandalkan.

Bondan menunduk pelan. "Terima kasih, Tuan."

"Hm." Romeo kembali fokus pada ponselnya, mengecek beberapa e-mail yang masuk di sana. "Bagaimana keadaan Naomi? Kau sudah amankan dia kan?"

Bondan mengedip pelan. Pria itu berdehem singkat sebelum menjawab. "Gadis itu sedang hiatus dari dunia permodelannya. Ia sekarang lebih sering mengurung diri di appartement. Jadi saya pastikan gadis itu tidak akan menemui Nyonya Evelyn."

Romeo mengangguk puas mendengarnya. Ya. Memang harusnya begitu kan? Gadis itu tidak boleh menampakan dirinya lagi di hadapan istrinya. Sebab sejauh ini. Naomi adalah ancaman untuknya.

Sebenarnya Romeo bisa saja membunuh Naomi saat itu. Namun ia masih memikirkan Evelynnya. Naomi mengatakan benci padanya saja Evelyn sampai jatuh sakit, apalagi jika Naomi mati?

Romeo menghela nafas panjang. "Evelyn... Evelyn, sifatmu yang seperti itu yang membuatmu mudah terluka sayang," gumam Romeo pelan. Menatap lurus ke depan membayangkan keluguan Evelyn yang dengan mudah mendapat tipuan.

Romeo bangkit dari kursi kerjanya dan keluar dari sana diikuti oleh asisten pribadinya. Langkahnya berjalan ke arah kamarnya, sedang Bondan berbelok arah menuju garasi menyiapkan mobil untuk keberangkatan sang majikan.

"Evelyn?" Panggil Romeo kala ia membuka pintu kamarnya.

Di sana terlihat istrinya tengah duduk di depan kaca memoles wajah cantiknya dengan make up tipis yang membuatnya terlihat semakin manis.

"Kau memang paling tahu cara membahagiakan suami," kata Romeo, memeluk pinggang Evelyn dari belakang dengan sedikit menunduk, sebab Evelyn dalam posisi duduk menghadap kaca.

Evelyn mengedip pelan, dengan masih memegang lip gloss di tangan kanannya. "Memangnya apa yang aku lakukan? Aku tidak melakukan apapun sedari tadi," sahutnya,  mengundang tawa kecil Romeo.

Dari pantulan kaca itu Evelyn dapat melihat wajah tampan pria yang menumpukan wajah di pundaknya itu nampak begitu memesona. Bahkan mata Evelyn sempat tak berkedip sedikit terpukau karenanya.

Rasanya, baru sekarang ia melihat Romeo tertawa semanis itu. Seakan aura dominan yang melabelinya hilang entah kemana. Atau ia baru menyadarinya?

"Suami mana yang tidak senang melihat istrinya mempercantik saat mereka akan berangkat berbulan madu, hm?" Pria itu mengecup leher Evelyn singkat, namun mampu membuat darah gadis itu mendesir hebat.

Jadi itu alasannya?
Padahal Evelyn berdandan untuk dirinya sendiri.

"Ayo sayang, kita berangkat sekarang."

Romeo menjauhkan tubuhnya dari Evelyn, berdiri di samping istrinya itu lalu menarik tangan Evelyn begitu lembut agar gadis itu bangkit dari posisi.

Keduanya berjalan beriringan keluar mansion, menuruni tangga dengan tangan kanan Romeo yang melingkar posesif di pinggang istrinya.

Pintu utama mansion dibuka oleh dua orang pelayan, mempersilahkan sang majikan untuk melewatinya. Juga pintu mobil yang sudah siap menyambut mereka masuk ke dalamnya. Membawa sepasang suami istri itu ke tempat tujuannya.

*****

"Tuan, lima belas menit lagi pesawat akan mendarat. Harap kencangkan sabuk pengaman demi kenyamanan dan keamanan anda," ucap sang pramugari itu sopan mengingatkan Romeo dengan senyum ramahnya.

Romeo hanya mengangguk singkat tanpa menoleh ke arahnya, pria itu sedari tadi sibuk memandangi wajah Evelyn yang tertidur pulas di sampingnya sejak satu jam yang lalu.

Penerbangannya ke Barcelona membutuhkan waktu tujuh jam tiga puluh menit. Dan sekarang langit terlihat semakin menggelap tertelan malam, menunjukan waktu pukul sembilan malam di negara itu.

"Evelyn, wake up." Ibu jari Romeo mengusap pipi Evelyn lembut mencoba membangunkan istrinya itu. Namun bukannya membuka mata, Evelyn hanya bergerak kecil sebagai respon lalu semakin merapatkan posisinya.

Romeo tersenyum tipis. Melihat Evelynnya tidur senyenyak ini membuatnya tak tega untuk membangunkannya.

Akhirnya, setelah pesawat mendarat sempurna di bandara luas itu, Romeo mengangkat Evelyn dalam gendongannya, membenamkan wajah sang istri di lehernya.

Mendapati tubuhnya yang terangkat melayang, Evelyn secara naluriah melingkarkan kakinya di pinggang Romeo dan memeluk leher pria itu erat dengan mata masih terpejam.

"Terima kasih telah menggunakan layanan kami, Tuan Almahera. Selamat menikmati bulan madu anda di Barcelona." Serempak para pramugari dan pramugara itu menunduk hormat melepas sang tamu VVIP nya.

Romeo menganggukan kepalanya tanpa membuka suara. Kakinya menuruni undakan tangga pesawat dengan kacamata hitam yang dikenakannya. Membawa Evelyn dalam gendongan koalanya.

Angin malam kota Barcelona menerpa permukaan kulitnya, bercampur dengan embusan nafas Evelyn yang terasa di lehernya. Semakin tak tahan rasanya ia berbagai kehangatan dengan istrinya ini.

"Saya sudah memesan hotel untuk anda, Tuan." Bondan bertutur, mengikuti langkah Romeo di belakangnya.

"Berapa menit sampai ke sana?"

"Jaraknya tidak terlalu jauh dari sini, Tuan. Sekitar sepuluh menit kita sudah sampai di sana."

Romeo mengangguk, ia mengangkat tubuh Evelyn membenarkan posisi gendongannya dengan menyanggah bokong Evelyn menggunakan satu tangannya. Sedang satu tangannya lagi merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan memainkannya sambil berjalan.

"Pastikan hotel itu memiliki fasilitas yang tidak mengecewakanku."

Bondan mengangguk. Sudah berkerja cukup lama dengan Romeo membuatnya cukup memahami selera sang majikan. Ia tahu apa-apa yang disukai tuannya, dan yang tidak disukai tuannya.

"Semua aman, Tuan. Sesuai dengan selera anda," sahutnya.

Romeo memasuki taksi yang dipesannya, menempati jok belakang dengan Evelyn yang masih setia dalam gendongan. Dan Bondan menempati kursi depan samping supir taksi itu.

"Aku percayakan semua padamu, Bondan."

Bondan tersenyum dan menganggukan kepalanya ke aeah Romeo. Lalu setelahnya mobil itu melaju membelah jalanan ketika Bondan mengonfirmasi ulang hotel tempat tujuan mereka. Mengantisipasi terjadinya kesalahan.

Sepanjang perjalanan hanya diisi oleh keheningan. Romeo melarang sang supir menghidupkan musik yang dapat mengganggu ketenangan tidur istrinya. Sebab Romeo masih ingin melihat wajah damai Evelyn lebih lama, memeluknya erat dan menghirup aromanya dengan posisi semesra ini.

Dulu tipe ideal Romeo adalah wanita dewasa dan elegan. Tapi setelah jatuh cinta pada Evelyn. Semuanya terpatahkan. Ia sekarang menyukai wanita yang memggemaskan, manja, lemah, dan bergantung padanya. Yang mana hal itu membuat sisi dominannya terpuaskan, seakan sosok seperti itulah yang pas dengan karakternya.

Gadis dalam dekapannya ini berhasil memporak porandakan hidupnya. Ia yang semua tak tertarik dengan perempuan, kini dibuat jatuh cinta hanya dalam pandangan pertama pada istrinya. Evelyn Seira.

*****

Evelyn perlahan membuka kelopak matanya kala sinar matahari pagi mulai menyeruak masuk menerobos kaca. Tirai yang semula tertutup kini terbuka otomatis kala sensornya mendeteksi cahaya.

Hal itu akhirnya mampu membuat Evelyn menyudahi istirahatnya yang cukup panjang. Gadis itu menatap langit-langit kamar sekitar kala matanya terbuka sempurna, sedikit menyerngit dahinya karena tak mengenali tempat ini.

Evelyn menolehkan kepalanya ke arah kanan, dan seketika itu juga ia disuguhkan pemandangan seorang laki-laki yang bertelanjang dada tengah menatap ke arahnya. Tersenyum pria itu dengan senyuman banyak makna, tersirat puja juga— keinginan menerkamnya.

"Astaga!" Jerit Evelyn kaget.

Segera gadis itu menutup kedua matanya dengan tangan mungilnya. Jantungnya berdebar-debar dengan terus menelan salivanya. Lemas tubuhnya hanya karena melihat benjolan perut yang tersuguh pesona depan mata.

Lama Evelyn menutup mata, namun tak ada pergerakan atau suara apapun dari pria yang tadi dilihatnya. Untuk memastikan keberadaan pria itu benar atau ilusinya, akhirnya Evelyn merenggangkan sedikit jarinya untuk mengintip melihat.

Dan ternyata benar, pria itu ada di sana. Bertelanjang dada dengan terus menatap ke arahnya mengulas senyum mesum yang membuatnya merinding bukan main.

"Selamat pagi istriku. Apakah tidurmu nyenyak?" ucap pria itu membuka suara dengan suara khas pria bangun tidur. Serak, seksi dan sensual.

Evelyn perlahan menurunkan tangannya menjadi di atas dada, merasakan detak jantungnya yang masih bergerak cepat berdebar-debar. Matanya bergerak-gerak kecil sedikit takut membalas tatapan Romeo. Bukan takut pria itu akan memarahinya, melainkan— takut pria itu menerkamnya sekarang juga.

Romeo terkekeh gemas melihatnya. Ekspresi kelinci  kecilnya itu sangat menghiburnya.

Evelyn menarik diri untuk setengah duduk, ia melihat dan meraba ke seluruh badannya memastikan bahwa pakaiannya masih terpasang sempurna. Dan setelahnya ia bermafas lega kala pakaian yang dikenakannya masih sama seperti yang ia pakai terakhir kali.

Evelyn kembali menoleh ke arah pria itu, yang mana pria itu masih setia menatapnya tanpa merubah posisinya.

"Meo..."

"Hm?"

"Mmm— kita dimana?" Tanya Evelyn pelan, menatap Romeo dan sekitar ruangan. "Ini seperti kamar hotel."

Romeo terdiam sejenak. Ia menarik senyumnya tipis lalu menganggukan kepalanya. Tangannya terulur mengambil tangan Evelyn untuk ia kecup, memberikan basahan tipis pada punggung tangan istrinya itu. "Kita kan sedang berbulan madu. Apakah kelinci kecilku ini lupa?"

Evelyn menatap Romeo, ia mengedip pelan mendengarnya. Seketika otaknya baru mengingat saat terakhir kali ia tertidur adalah di dalam pesawat menuju Barcelona. Tertidur dengan posisi sedikit meringkuk di samping suaminya; Romeo Almahera.

"Ayo mandi, aku akan mengajakmu ke suatu tempat," ucap Romeo kala Evelyn terdiam cukup lama tanpa menjawab kalimatnya pertanyaannya barusan.

Pria itu bangkit dari posisi, berdiri menjulang menatap Evelyn yang masih diam kebingungan dengan wajah lugunya itu. "Kenapa masih diam? Apakah kau mau mandi bersamaku?" Tanya Romeo membuat mata Evelyn membulat dan gadis itu spontan melompat dari kasur.

"Dasar otak mesum!" Sentak Evelyn, lalu berlari ke kamar mandi menyelamatkan dirinya dari predator mesum itu.

Dan hal itu sukses membuat Romeo meledakkan tawanya. Pria itu puas senang sekali melihat kepanikan bercampur kesal dari wajah istrinya itu.

Sambil menunggu Evelyn selesai mandi, pria itu memilih keluar kamar mengambil makanan yang sudah diantarkan oleh pelayan hotel yang kini menunggu di depan pintu kamar hotelnya.

Namun sebelum itu, Romeo mengambil kaosnya lebih dulu dan mengenakannya sebelum beranjak ke luar. Sebab selayaknya Evelyn yang hanya miliknya. Tubuh Romeo pun, hanya milik Evelynnya.

****

Setelah menghabiskan waktu lebih dari dua puluh menit, Evelyn keluar dari sana dengan wajah lebih segar. Gadis itu memakai pakaiannya yang sudah tergeletak di atas ranjang, yang mana hal itu dapat dipastikan bahwa Romeo yang menaruhnya.

Padahal, ia bisa mengambil sendiri di koper. Pria itu memperlakukannya seperti orang bodoh saja. Pikir Evelyn.

Setelah selesai, Evelyn berjalan keluar menemui Romeo di meja makan. Terlihat pria itu tengah menuangkan air ke dalam dua gelas dan tersenyum ke arahnya kala menyadari kedatangannya.

"Ayo sayang, kita makan." Pria itu menarik kursi untuk Evelyn, lalu mendudukan dirinya di samping istrinya.

"Kau memasak?" Tanya Evelyn.

"Tidak. Ini adalah makanan hotel yang kupesan untuk sarapan kita. Aku tidak bisa memasak." Pria itu menjawab, dengan tangannya yang sibuk memotong daging di atas piring menjadi kecil-kecil, lalu menggeser piring itu ke arah Evelyn.

Hal itu ia lakukan agar istri mungilnya dapat dengan mudah memakannya tanpa perlu repot-repot memotongnya. Sebab pernah Evelyn membuat potongan daging itu loncat mengotori kemejanya karena gadis itu terlalu lincah memotongnya.

"Terima kasih Romeo," ucap Evelyn, sebelum akhirnya ia kembali bertanya, "Ini hotel ya? Ku kira penthouse, sebab ini terlalu mewah untuk dikatakan sebagai hotel." Evelyn terkekeh, merasa dirinya sangat norak.

"Kau suka?" Jawab Romeo dengan pertanyaan lagi, yang dibalas anggukan kecil oleh Evelyn sambil mengunyah potongan daging itu.

"Suka. Tapi— apakah ini tidak terlalu berlebihan? Uangmu akan cepat habis jika terus dihambur-hamburkan."

Romeo terkekeh. Uangnya akan habis? Lucu sekali.

"Sayang." Evelym nenoleh kala pria itu memanggilnya.

"Kau mau jalan-jalan kemana?" Ucap pria itu menawarkan. "Di Barcelona ini banyak destinasi wisata yang cukup bagus."

Evelyn menimang sebentar. Jalan-jalan. Tidak buruk juga.

Daripada ia terus berada di kamar hotel ini kan? Lagi pula, kapan lagi Romeo mengajaknya berlibur ke luar, karena setelah momen honey moon ini selesai. Pria itu pasti akan kembali mengurungnya.

Evelyn menganggukan kepala membuat Romeo tersenyum senang lalu bertanya, "Apa sayang? Kau mau kemana, hm?"

"Ke pantai."

Romeo terdiam sejenak. "Ke pantai?"

"Iya. Aku sudah lama tidak ke pantai, terakhir kali dua tahun lalu dan itu pun bersama Naomi," kata Evelyn, wajahnya tiba-tiba berubah sedih mengingat temannya itu.

Tak tega. Akhirnya Romeo menyanggupinya. "Baiklah, kita ke pantai."

Evelyn menatap Romeo tersenyum. "Benarkah?"

"Hm. Tentu sayang," sahut Romeo, mengusap kepala Evelyn.

"Tapi kau tidak boleh memasang ekspresi sedih seperti itu lagi. Apalagi untuk teman sepertinya. Mengerti?" Evelyn hanya tersenyum tipis menanggapi.

"Terima kasih Meo."

Dan setelahnya, Romeo benar-benar mengajaknya ke tempat yang pria itu janjikan. Sitges Beach menjadi pilihannya untuk mengajak Evelyn berlibur di kota Barcelona.

Tak terlalu ramai, hanya beberapa turis wanita yang nampak di sana. Hal itu membuat Romeo sedikit lega karena Evelynnya tidak menjadi konsumsi tatapan pria lain di tempat umum ini.

Evelyn yang tak sabar segera melepas alas kakinya, ia ingin merasakan pasir pantai itu lebih nyata.

Evelyn menatap ke arah Romeo yang masih diam. Ia mengerutkan keningnya. "Kau tidak mau dilepas?"

Romeo menggeleng. Ia tipikal pria yang tidak suka kotor.

Evelyn mendengus. "Ayo buka!" Titahnya berani, bagaikan sang majikan yang menyuruh bawahannya.

"Jangan menjadi orang aneh Romeo. Ini di pantai. Bukan di kantor. Kenapa kau memakai celana panjang dan sepatu kulit begini? Astaga."

Romeo menatap ke arah Evelyn sedikit tertegun melihat sisi cerewet Evelyn untuk pertama kalinya.

"Ayo buka."

"Hah?"

"Buka Meo."

"Apanya?"

Evelyn mengerutkan dahinya menatap Romeo berdecak. "Sepatumu!"

"O-oh.."

Romeo paham, setelahnya ia melepas sepatunya itu dan meletakannya asal dimana saja.

Evelyn lansung menarik tangan Romeo untuk berlari ke pantai. Dengan Romeo yang hanya pasrah mengikuti langkah istri kecilnya. Namun saat ombak itu hendak mengenai kakinya, Romeo mundur tak mau terkena ombak, membuat Evelyn menarik pria itu sedikit kesusahan.

"Ayo Meo..." rengek Evelyn susah payah menarik pria itu agar ikut dengannya. Namun Romeo kukuh menahan diri.

"Kotor sayang."

Evelyn berdecak lalu melepas tangan Romeo kesal. "Kalau tak mau yasudah. Tapi jangan salahkan aku jika aku melarikan diri dengan cara menenggelamkan diriku di pantai!"

Evelyn berlalu meninggalkan Romeo membuat pria itu langsung menyusulnya mendengar kalimat ancamannya barusan. Pria itu mengabaikan celananya yang akhirnya menjadi basah. "Evelyn hati-hati nanti kau tenggelam!"

Melihat Romeo mengikutinya, Evelyn diam-diam tertawa. Dengan sengaja, ia berbalik badan dan menyipratkan air laut itu kepada Romeo yang tak jauh darinya. Pria itu itu melotot ke arahnya karena bajunya basah semua.

"Evelyn." Evelyn tertawa.

"Kau berani padaku, hm?" Pria itu menghampiri Evelyn, menangkap tubuh istrinya itu.

"Istri yang nakal harus di hukum," bisiknya, membuat Evelyn melotot dibuatnya.

"Rom— mmmhh!"

Bersambung....

Kangen aku gak?😂

Ayo semangat kejar targetnya, biar malam minggu aku bisa update lagi💜✨

Jangan lupa follow ig-ku untuk spoiler dan informasi lainnya seputar ceritaku!
_yn1712

***

SPAM NEXT DI SINI!🔥

SPAM ROMEO DI SINI!🥵

SPAM EVELYN DI SINI!💜

•Penutup•

Seguir leyendo

También te gustarán

2.2M 107K 45
•Obsession Series• Dave tidak bisa lepas dari Kana-nya Dave tidak bisa tanpa Kanara Dave bisa gila tanpa Kanara Dave tidak suka jika Kana-nya pergi ...
3.5M 27.1K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
16.5K 300 13
Marv - lelaki arogan dengan fetish kaki, menggoda Lila hanya untuk kesenangan semata. Ia merenggut kesucian Lila untuk hubungan satu malam. Marv bahk...
Lover Por Mee

Historia Corta

12.1K 691 20
[ON GOING] Revisi setelah selesai. . . . . Hitam yang sunyi bertemu dengan colorful penuh cerita. Adelard itu hitam, dan Lorain mejikuhibiniu alias...