The Royal Elite • vm

By scorpioels

6.5K 646 109

" Three lives, we still meet again " " But, in every meeting we have, someone will die, between us there is n... More

0 • 0 - Opening Sequence
0 • 1 - Luna Ilena
0 • 2 - Levantarse
0 • 3 - Let's Begin
0 • 4 - He it's
0 • 5 - Soon To Be
0 • 6 - Control
0 • 7 - I meet you
0 • 8 - Beautifull
1 • 0 - Alium Hominem
1 • 1 - Floating Dance
1 • 2 - Blue Flower
1 • 3 - Him & I
1 • 4 - It's So Hard To Be Romantis
1 • 5 - Jealous
1 • 6 - The Night In The Pouli Clan
• HUÁNG : The Royal Elite •

0 • 9 - No One

269 29 4
By scorpioels



| Author By scorpioels
Edit By scorpioels
Copyright ©scorpioels |

• •
• • •



Berita itu menyebar begitu luas dan cepat seperti kilat. Kabar burung di mana-mana, rumor menjadi topik hangat disetiap platform media sosial atau bahkan saluran TV. Tidak bisa dirubah atau bahkan dihapus, karena Luca yang menginginkan semua ini. Kenyataannya adalah dari segalah semua kejadian pada hari itu tidak satupun media yang dapat menangkap pengantin Omega untuk dijadikan headline berita. Semua peristiwa mendadak ini mampu membuat semua masyarakat Aëroulus gempar dan mereka mulai membicarakan; mengapa? Bagaimana? Dan kenapa.

Semuanya menjadi pertanyaan yang memiliki asumsi banyak. Your highness Luca, tidak mengatakan apapun dan tidak ingin membuka suara mengenai semua berita bereda. Bahkan, pada tunangan yang bahkan belum sempat ia putuskan hubungan.

Wanita dengan rambut bergaya gelombang terlihat tengah murka diantara kesibukan kantornya. Aura mengerikan menguar besar di tubuhnya. Alpha wanita yang terkadang terlihat arrogant kepada semua orang dan selalu menjunjung tinggi dagunya kini nampak seperti monster.

Para petinggi yang telah berdiri berjejer hanya mampu menunduk karena takut, gelisah dan kekhawatiran lainnya.

Perintah-perintah yang tidak masuk akal membuat semua orang kalang kabut. Begitu mereka mendengar barang pecah dan barang berjatuhan dari atas meja kantor.

Tidak akan ada lagi ketenangan yang tersisa. "Siapa yang berani memberitakan berita murahan ini!." Gelak amarah Riona mampu membuat semua orang terdiam.

"Bubar! Dan pastikan berita murahan ini hilang dalam satu jam! Keluar!!!." Begitulah mereka keluar dengan rasa legah, takut, lemas, khawatir, dan menangis.

Menyisahkan asistennya untuk tetap tinggal. Asisten beta wanita dengan baju rapi itu nampak tak takut sama sekali pada amarah Riona, pewaris utama Re corporation.

"Nona, kita harus segera pergi, helikopter telah siap."

Riona bergegas berdiri, merapikan pakaiannya dengan gaya yang penuh amarah, dengan wajah berkerut dia keluar dari ruang kerjanya, berjalan dengan cepat menuju heliport . Semua orang hanya berani menyapa seraya menunduk tanpa suara.

'Luca, kau tidak bisa melakukan ini padaku!'


Jimin dengan Killian yang baru saja dari kamarnya turun dengan langkah kaki biasa. Setelah teriakan Jimin mengenai seluruh pakaian miliknya yang bergaya wanita membuat Jimin ingin menangis. Mendengar alasan Killian menyiapkan pakaian wanita adalah Luca tidak memberitahu dirinya bahwa yang dimaksud adalah omega laki-laki. Sebab itu Killian menyiapkan pakaian wanita. Juga, mereka berdua berdebat karena Jimin ingin meminjam pakaiannya. Tentu saja Killian mencoba melarangnya karena terlihat sangat tidak pantas bila tuannya memakai pakaian miliknya. Namun, Jimin tetap pada pendiriannya dan juga dia sangat keras kepala, Killian tidak sanggup menolaknya. Killian memberikan pakaian yang paling baru, belum pernah dia sentuh yang kini telah dipakai Jimin. Tubuh mereka yang hampir sama memiliki ukuran kecil dan mungil.

Perjalanan mereka yang melewati aula dengan sengaja berhenti ketika melihat mobil sport berhenti di depan pintu masuk mansion. Keduanya tentu saja menoleh untuk melihat siapa tamu.

Jimin terkejut bukan kepalang melihat siluet tubuh alpha yang sangat dia hapal di luar kepala. Jeon Jungkook teman masa kecilnya yang tumbuh besar bersamanya. Walau Jimin sadar bahwa di dunia yang dia tempati sekarang adalah dunia berbeda dengan dunianya. Tetapi, baginya dia bersyukur karena orang-orang yang dekat dengannya, sayang padanya dan peduli padanya, masih bisa dia lihat dan gapai. Andai saja ada Seokjin dan Namjoon, bukannya akan terlihat sangat sempurna.

Jimin menghampiri Fabiano dan melompat kepelukan alpha muda itu. Semua mata melotot tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Tuan muda ke-3 yang mereka kenal untouchable, kini seseorang memeluknya, bergelanyut di tubuhnya. Jimin, dia tidak tahu sedang ada pada posisi apa.

"Aku tidak peduli aku ada di mana. Melihatmu di sini aku sangat bahagia."

Keduanya terlempar dengan suara keras seperti barang kaca yang pecah. Killian menangkap tubuh Jimin yang hampir saja jatuh. Luca datang dengan melemparkan sihirnya untuk memisahkan keduanya. Dengan wajah datarnya dia mendekat. Fabiano terlihat tidak terima dengan tindakan Luca yang bisa saja melukai mereka.

Luca melirik sekilas pada Jimin yang memegangi lengannya. "Bukannya kau harusnya menyapa kakakmu terlebih dahulu sebelum memeluk kakak iparmu?"

Fabiano tertawa sinis, "Dengar,mengapa aku harus menyapamu? Sebaiknya, kita urus saja urusan kita masing-masing." Fabiano meninggalkan mata yang memperingati lalu ketika dia menatap Killian tidak bisa dia jabarkan.

Tatapan itu membuat Jimin menatap balik keduanya. 'Ha-, ternyata jodohnya tetaplah orang yang sama' pikir Jimin.

Jimin menegakkan tubuhnya. Luca berbalik untuk melihatnya, keduanya saling berhadapan dan Jimin memasang wajah tidak bersahabat. "Kau! Menyebalkan!." Lalu pergi meninggalkan Luca sendiri. Dengan wajah bersungut-sungut Jimin berjalan menuju ruang makan. Luca yang tidak tahu salahnya hanya menatap bingung dengan wajah berkerut.

Joshua juga mengajak Luca untuk segera pergi ke ruang makan.

Dalam ruang Jimin berdiri tercenung melihat Seokjin duduk dengan tenang dekat seorang wanita lalu di depannya Fabiano dan samping Fabiano ada seorang gadis yang Jimin yakini dia Allie. Samping Seokjin pasti Hanna, dan depan Hanna pasti Jason lalu kursi utama di ujung pasti milik tuan besar Benedetto.

Killian menarik kursi untuk Jimin duduki yang mana kursi ini sangat amat berjauhan dengan keluarga Luca, mereka bersebrangan. Tak berselang lama Luca datang dan duduk di kursi utama yang langsung menghadap Benedetto. Aura alpha tua itu membuat Jimin sedikit tertekan. Dia hanya bisa melirik Luca yang hanya diam saja. Semua mata tertuju padanya saat tadi namun kini mereka telah beralih pada makanan masing-masing.

"Saat seseorang baru masuk kedalam sebuah hubungan dan menjalin ikatan dengan seseorang lalu dia masuk kedalam sebuah rumah, bukankah harusnya orang baru itu memperkenalkan dirinya? Sebagaimana yang telah diajarkan oleh para bangsawan tua bahwa memiliki sopan santun itu sangatlah penting, terutama bagi kalangan bangsawan. Allie setelah kau menikah cobalah untuk memberi salam pada yang lebih tua."

Jimin yang mendengar ucapan yang dikatakan Hanna membuatnya berdiri dengan ragu. Dia melihat semua orang yang melihatnya karena suara decitan kursi.

"Salam untuk kalian semua, saya bukanlah keturunan bangsawan dan hanya anak dari orang biasa yang diberi nama Elysian Lucelence. Hari ini saya ingin mengucapkan terimakasih atas jamuannya." Jimin kembali duduk. Luca mendengar perkenalkan Jimin dengan tatapan kemenangan dia melihat wajah Benedetto yang menatapnya penuh dengan ancaman. Luca tahu dengan membawa Jimin ke mansion ini artinya dia siap untuk mengibarkan bendera perang terhadap keluarganya sendiri.

Tidak ada yang tahu pikiran dari putra mahkota satu ini.

Namun Jimin tersenyum pada Luca karena tindakan kecil yang dia lakukan. Makanan telah tersedia di atas meja. Para pelayan menyajikan makanan di atas piring masing. Dia melirik piringnya lalu beralih pada Luca yang juga menatapnya.

"Kenapa?"

Jimin bangun sedikit untuk menaruh lauk dan nasi di atas piring Luca. "Aku tidak tahu kau suka apa, jadi kau ingin lauk apa?." Suara yang lembut masuk kedalam gendang telinga Luca. Dia menarik sudut bibirnya.

"Kau bisa menaruh apapun di atas piringku."

"Karena kau yang mengatakannya, baiklah."

Jimin menaruh lauk yang menurutnya enak kedalam piring Luca. Dengan senyuman lebar Jimin kembali duduk lalu dia makan. Tindakan Jimin membuat para pelayan melotot terkejut. Tetapi Luca tidak mempermasalahkan itu, bahkan di saat salah satu pelayan ingin menghentikan Jimin, Luca menahan mereka untuk tidak menggangu. Mereka makan dengan tenang pada awalnya. Sampai keributan membuat mereka berhenti dari acara makan.

"Wah selamat malam semuanya. Apa aku mengganggu?".

Riona datang dengan suara lantang menghentikan semua suapan mereka. "Riona? Kapan kau kembali?." Hanna dengan senyum lebar dan lengan terbuka lebar memeluk Riona.

"Bibi, aku baru saja sampai dari meeting dan hari ini aku pulang cepat hanya untuk bertemu dengan Luca."

Riona menyentuh kedua bahu Luca lalu berbicara tepat di samping telinganya. Jimin yang melihatnya hanya diam tidak mengerti situasi di meja makan ini. Wanita ini mengapa terlihat sangat dekat dengan Luca dan Jimin tidak mengerti.

Jimin hanya dapat melihat. Riona dengan wajah angkuhnya melihat Jimin dengan remeh seakan dirinya dapat menghancurkan Jimin berkeping-keping.

"Aku baru tahu ada anggota baru di mansion, bibi siapa dia?."

Riona mengambil gelas berisi air berwarna merah. Menggoyangkannya dan dengan sengaja menumpahkan di atas pakaian Jimin. Semua orang terkejud terutama Jimin yang langsung berdiri.

"Apa yang kau lakukan!." Dengan nada tinggi Jimin berucap. Dia mengambil tisu lalu di atas meja.

"Riona hentikan." Luca menahan tangan Riona yang melayang di atas.

"Kenapa kau membelanya, Luca kau tidak bisa melakukan ini padaku!. Aku tunangan mu!."

Ucapan Riona membuat Jimin tidak yakin dengan pendengarannya. Jimin melihat Riona dan Luca yang berdiri berhadapan dengan tangan Riona dalam genggaman Luca. Rasanya bercampur aduk menjadi satu mengetahui fakta ini. Dia melihat semua orang yang melihatnya seperti barang transparan. Semua orang terlihat tidak peduli dengannya, mereka memalingkan wajah seolah-olah dirinyalah yang bersalah di sini. Luca menatap Jimin yang juga menatapnya. Tatapan kecewa dan sedih semuanya tidak bisa Luca artikan. Tetapi hatinya sakit melihat wajah menyedihkan Jimin.

Luca kembali menatap Riona. Wajah yang Riona tidak kenali lagi. Wajah itu begitu asing baginya. Luca bukan lagi Luca nya. Rasanya begitu dingin menusuk hatinya, Riona begitu menggigil. Setetes air mata meluncur begitu saja. Dia tidak bisa mempercayai bahwa Luca telah berubah.

"Kau tidak mungkin melakukan ini padaku kan? Aku mencintaimu, hanya aku yang bisa menerima kekurangan mu, apa itu masih belum cukup.?"

"Riona, kau sempurna, tapi kau tidak bisa ku miliki. Kita tidak akan pernah bersama, karena, dia adalah mate ku"

Riona berpaling melihat Jimin yang menunduk. "Dia -"

Riona berjalan menghampiri Jimin, dengan cepat dia menarik Jimin, menyeretnya dengan keras. Luca mencoba menahan Riona.

"Luca apa kau tidak merasa bersalah pada Riona, biarkan dia melampiaskan amarahnya." Hanna dengan ucapannya membuat Luca kesal.

"Diam!"

Suaranya yang keras membuat Hanna meradang. Dia bersiap protes tetapi Ben mendahuluinya dengan memisahkan mereka melalui kekuatanya. Sihirnya membuat Riona menjauh dari Jimin, sedangkan Jimin membentur dinding. Killian segera membantu Jimin berdiri tegak lagi.

Tubuh Jimin terangkat dengan leher yang tercekat, seperti seseorang sedang mencekiknya.

"Luca-" Liri nya. Jimin berusaha bernafas dengan benar. Luca yang melihatnya langsung menatap Jason dengan bengis. Pria itu suka ikut campur.

Luca membuat suara seperti benang putus yang tajam untuk menyelamatkan Jimin dari cekikan Jason. Jimin jatuh ke lantai dengan suara batuk dan mencoba menetralkan nafasnya.

Luca membantu Jimin berdiri, melindunginya, menjadikan tubuhnya untuk menutupi tubuh Jimin.

"Riona maafkan aku, tapi akan aku putuskan sekarang bahwa hubungan kita telah berakhir saat di mana aku telah menikahi Elysian." Kata Luca untuk memperjelas hubungannya dengan Riona.

"Dan kau!."

Luca menatap Jason yang tidak merasa bersalah sama sekali. Dengan angin tajam menyelimuti tubuhnya, Luca berucap. "Jika di antara kalian menyentuhnya. Aku tidak segan untuk melukai kalian, tidak peduli bahkan jika itu ayahku sendiri!."

"Kau mengancam kami Luca Eanstancastelo!" Gema suara Benedetto.

Luca menahan alat makan yang tajam, yang melayang padanya. Seakan siap untuk menusuknya dengan melindungi tubuhnya, tangannya melambai menahan serangan dari Ben. Mengepalkan tangan untuk menghancurkan benda dihadapannya.

"Jika kau merasa aku mengancammu, artinya aku memang sedang memperingatkanmu."

Luca membawa Jimin pergi begitu saja tanpa menoleh atau melihat sekitarnya. Luca sudah selesai. Bahkan Riona yang masih mencoba mengumpulkan kebenaran tidak bisa mengatakan apapun. Dia hanya diam dan bungkam.

Fabiano yang memang tidak tahan berada di rumah, memilih meninggalkan meja makan, menyusul Luca.

❀*•-•*❀


Jimin menghempaskan tangan Luca ketika mereka telah sampai di depan kamar Jimin. Jimin menatap Luca, lalu menamparnya. Wajah Jimin memerah karena menahan gejolak amarah yang dia tahan semenjak dia mengetahui bahwa Luca memiliki tunangan dan kebohongan yang dia lakukan padanya.

"Apa kau pikir yang kau lakukan barusan itu mampu membuatku tidak membencimu? Kau membohongiku, kau tahu?."

Luca tak kuasa melihat wajah Jimin, dia juga merasa bersalah. "Kau tidak bisa menjadi manusia egois seperti ini padaku Luca. Dan aku tidak akan pernah menerima ke egoisanmu ataupun kebohonganmu. Kalau kita memang mate, mengapa aku tidak bisa merasakan cinta padamu? Atau, ini hanya salah satu keegoisanmu untuk menentang keluargamu?."

Luca menatap Jimin, mata yang dalam menembus mata Jimin. "Benar, aku menikahi mu untuk melawan mereka. Membuktikan bahwa aku tidak terikat dengan mereka. Aku menikahimu untuk jalan balas dendam pada mereka. Aku melakukan semua ini karena aku membenci mereka semua, kebencianku ini tidak akan pernah bisa ku balaskan pada mereka jika aku tidak menikahi mu. Kau, paham sekarang! Kau hanya alat untuk balas dendamku!"

Suara tamparan yang keras membuat hati teriris. Kini Jimin tidak lagi bisa menahan rasa sakit di hatinya. Wajah merahnya dan air mata yang mengalir sudah cukup membuat pertahanan dirinya runtuh. Ucapan, kata-kata Luca menghancurkan hatinya. Jimin tidak mengharapkan ucapan ini akan keluar dengan lancar dari mulut Luca.

"Beberapa detik yang lalu, aku berharap kau berbohong saja padaku."

Jimin meninggalkan Luca, dia pergi kekamar nya. Luca hanya berdiam diri di depan pintu kamar Jimin. Dia juga tidak berharap kata-kata barusan meluncur bebas begitu saja untuk menyakiti Jimin.

"Sial!"

Jimin melamun di pinggir ranjang, dia sudah mencoba menghentikan air matanya tetapi jika di ingat ini sangat menyakitkan. Menikah untuk menjadi alat balas dendam. Tanpa ada ikatan cinta, perasaan atau kasihan.

Tetapi kenapa Jimin tidak menyesal telah menikah dengan Luca. Walau mereka kenal tidak lama, tapi bagi Jimin dia bisa belajar mencintai Luca. Namun dengan kata-kata barusan membuat Jimin hancur. Bayangan untuk memperbaiki ikatan keduanya kembali melebar tidak ada jalan.

"Ternyata ini lebih menyakitkan dari yang aku bayangkan" Gumamnya.

"Elysian, jangan menangis"

Lucyan dengan sayap kecilnya terbang berada di depan wajahnya. Itu semakin membuatnya menangis karena faktanya dia hanya sendiri.

"Aku di sini ingin memberi tahumu"

Jimin menghapus air matanya, "memberitahu tentang apa?"

"Tentang misi mu datang ke sini. Agar kau bisa menyelesaikannya dan kembali ke duniamu. Kau harus menemukan seseorang yang memulai semua ini."

"Bagaimana aku bisa menemukan orang yang memulai semua ini?" Wajah Jimin bekerut.

Lucyan bergerak mengelilingi Jimin. "Esmeray mengatakan kau harus menemukan dewi blue moon yang sedang menjalani karmanya"

"Kau pikir aku bisa mencari kemana seorang dewi di dunia sempit ini?"

"Sesuai namanya, kau bisa menemukannya di dunia sempit ini. Dan, jika kau sudah menemukannya kau bisa kembali berkumpul dengan keluarga dan alpha mu."

"Kau mengatakannya seolah-olah itu mudah. Apa kau tahu keadaanku sekarang yang tengah dilanda sakit hati? Bagaimana mungkin pria itu mengatakan dengan gamblang kalau aku adalah alat untuk balas dendam pada keluarganya?"

"Kenapa kau marah? Bukan kah itu bagus?, Elysian tidak perlu memberi perasaan padanya karena mau bagaimana pun kau akan kembali ke asal mu. Apa kau telah jatuh cinta pada alpha dari omega Elysian Lucelence, Jimin?."

Jimin tidak tahu jawabannya. Tapi kenyataannya adalah Luca benar-benar bukan alpha nya.

Halloo...

Continue Reading

You'll Also Like

46.2K 4.8K 9
🍃COMPLETED [Private on some chapter] "Kenapa? Kita tidak berpacaran sungguhan kenapa aku masih di hitung selingkuh?" "Terlalu sayang dan Bodoh itu...
594K 34.7K 51
(BUKU TELAH DITERBITKAN) Suatu masa jalan pikiran Miki Haruna terganggu oleh dua pilihan. Hidup dengan cinta dan kesederhanaan, atau bertahan dengan...
15.6K 1.9K 21
[BTS - Namjin] Karena demi rembulan dan hamparan air di lautan, manusia itu aneh. Tak terkecuali dirinya, yang berharap mengerti apa artinya mencinta...
2.4K 114 7
Penulis: Satu Gunung Ultramarine Jenis: Melalui Kelahiran Kembali Status: Selesai Pembaruan terakhir: 30 Maret 2022 Bab Terbaru: Bab 62 pengantar︰ Ye...