Giovanni's second wife [END/T...

By Mullyy_05

4.8M 410K 10.2K

Anastasya Inez, sosok istri yang dibenci oleh suaminya sendiri yaitu, Davidson Giovanni Bhatara. Inez adalah... More

Part 1. Awal mula
Part 2. Kehidupan kedua
Part 3. Terlihat berbeda
Part 4. Inez yang cuek
Part 5. Bertemu Sasya
Part 6. Meminta izin
Part 7. Giovanni
Part 8. Menjemput si kembar
Part 9. Mencurigai
Part 10. hari pertama bekerja
Part 11. Kedatangan Mertua
Part 12. Erick
Part 13. Lorenzo group
Part 14. Menyangkal
Part 15. Rasa bersalah
Part 16. Ada apa dengan Gemi?
Part 17. Demam
Part 18. Tak sengaja bertemu
Part 19. Sherly aditama
Part 20. Kekesalan inez
Part 21. Isi hati Gemi
Part 22. Acara reuni
Part 23. Cemburu?
Part 24. Kiara
Part 25. Mimpi
Part 26. Dani Aditama
Part 27. Undangan makan malam
Part 28. Marcell dan Sasya
Part 29. Mencari tahu
Part 30. Berkelahi
Part 31. Keributan
Part 32. Clara
Part 33. Kemarahan William
Part 34. Gama
Part 35. Tamu tak diundang
Part 36. Hampir
Part 37. Pergi?
Part 38. Menyusul
Part 39. Pertengkaran
Part 40. Permintaan Inez
Part 41. Ungkapan Marcell
Part 43. Pulang
Part 44. Nyonya Inggit
Part 45. Kebenaran
Part 46. Penyesalan
Part 47. Menerima kenyataan
Part 48. Keputusan Inez
Part 49. Cerai?
Part 50. Akhir (End)
Info PO
Open PO

Part 42. Amarah Gio

72.5K 7.2K 557
By Mullyy_05

Bugh!

Bugh!

Gio meninju Marcell dengan tanpa perasaan. Dadanya bergerumuh, ia marah. Pria dihadapannya ini sangat kurang ajar, berani-beraninya Marcell berharap dirinya melepaskan Inez.

"Sialan!" Umpat Gio.

Pria itu benar-benar emosi. Marcell dengan lancang mengungkapkan perasaan kepada Inez, pikir Gio.

Marcell tak terima, pria itu menyerang balik.

Bugh!

Gio segera memegang sudut bibirnya yang berdarah karena pukulan Marcell.

Inez berusaha memisahkan keduanya,"udah. Stop!" Sentaknya.

Gio terlihat akan membalas namun,
Gadis itu segera menarik tubuh Gio agar tidak memukul Marcell lagi.

"Kalian apa-apaan sih, malu diliatin banyak orang!" Ucap Inez menatap suami dan atasannya bergantian.

Kedua pria itu mengalihkan pandangannya. Benar apa yang dikatakan oleh Inez, orang-orang menyaksikan perkelahian keduanya.

Marcell menyentuh sudut bibirnya yang terluka karena pukulan dari Gio.

"Kenapa anda tidak terima, tuan Gio?" Ucap Marcell yang tentu saja memancing emosi Gio kembali.

"Inez berhak bahagia, anda hanya bisa membuatnya terluka," ucapnya lagi.

"Tahu apa anda tuan Marcell?!" Seru Gio.

Gio bersiap menghajar Marcell kembali namun, lagi-lagi Inez menghadangnya.

"STOP!!" Ucap Inez sudah tak tahan dengan perkelahian keduanya.

Gadis itu menghembuskan nafasnya, menatap Gio dan Marcell bergantian.

Inez memejamkan matanya sejenak. Gadis itu masih terkejut dengan ungkapan Marcell. Ia tak menyangka atasannya itu menyukai dirinya. Karena sebelumnya Inez menyangka bahwa yang Marcell sukai adalah Sasya.

Ternyata kedekatannya dengan Marcell membuat pria itu menaruh hati padanya. Ini salahnya, kenapa ia tidak menyadari itu sejak awal? Jika tahu begini, ia lebih baik menjaga jarak, pikirnya.

Jika ditanya apakah ia juga menaruh hati pada Marcell? Tentu, jawabannya tidak!

Inez tidak sekalipun menaruh hati pada atasannya itu. Ia berusaha bersikap profesional dalam bekerja tanpa melibatkan perasaan.

Kini, mereka sama-sama terdiam. Orang-orang yang tadi berkumpul menyaksikan perkelahian itupun sudah bubar.

Inez mencoba tenang untuk menghadapi kedua pria itu.

Pandangan Inez menatap Marcell. Pria itu tampak menyentuh sudut bibirnya yang terluka karena pukulan Gio.

"Pak Marcell," ucap Inez.

Pria itu menatap Inez.

"Saya tidak pernah menyangka, ternyata pak Marcell menyukai saya. Sebenarnya saya sedikit kecewa mendengar itu. Maaf pak, karena saya tidak bisa membalas perasaan bapak. Saya hanya menganggap pak Marcell sebagai atasan saya, tidak lebih." Ucap Inez dengan tegas.

Pria itu terlihat kecewa mendengar ucapan Inez, sementara Gio tersenyum penuh kemenangan.

"Benar apa yang dikatakan oleh suami saya, bapak tidak perlu ikut campur dengan urusan rumah tangga kami. Bapak sudah mengetahui sendiri, bukan? bahwa saya adalah istri yang tidak dianggap. Dan saya rasa, mungkin bukan cinta yang bapak rasakan kepada saya. Namun, rasa kasihan," ucapnya lagi.

Gio sangat senang mendengar gadis itu mengakui dirinya sebagai suami dihadapan Marcell.

Inez merasa kecewa, selama ia bekerja dengan Marcell, ternyata pria itu mencaritahu tentang kehidupannya. Sampai-sampai pria itu juga mengetahui bagaimana pernikahannya dengan Gio. Namun, pria itu bersikap seolah-olah tidak tahu apa-apa. Pantas saja, Marcell terlihat berbeda saat bersamanya, ternyata karena pria itu mengetahui kehidupannya.

Inez baru menyadari itu sekarang.

Gadis itu mengukir senyumnya,"terima kasih atas sikap baik bapak selama ini. Sekali lagi, saya minta maaf karena jawaban saya membuat bapak kecewa,"ucapnya.

Kecewa? Sangat.

Namun, Marcell bisa apa? Perasaan memang tidak bisa dipaksakan. Pertama kalinya ia mencinta seseorang namun, mengapa harus istri orang?

Ia hanyalah manusia biasa, tidak tahu hatinya akan berlabuh pada siapa.
Cinta memang tidak salah, yang salah adalah dirinya, pikir Marcell.

Ya, dirinyalah yang salah. Salah menaruh hati pada istri orang!

Pria itu berusaha tersenyum menatap Inez.
"Kamu salah, Nez. Yang saya rasakan saat ini memang cinta, bukan kasihan. Karena, kamu adalah satu-satunya wanita yang mampu membuat hati saya bergetar..." Ucapnya.

Inez bergeming, gadis itu menatap datar. Gio hanya bisa mengepalkan tangannya, menahan amarah.

"Lagi-lagi tuan Marcell mengatakan cinta," batin Gio kesal.

"Oke, saya mengerti. Selamat malam," ucap Marcell sebelum berlalu pergi meninggalkan pasutri itu.

Inez menatap kepergian Marcell dengan nanar. Gadis itu merasa bersalah. Namun, ia juga merasa lega setelah menjawab dengan jujur. Ia tidak ingin membuat Marcell semakin berharap kedepannya.

Inez mengalihkan pandangannya menatap Gio sejenak, tanpa sepatah katapun gadis itu berlalu pergi.

"Nez," panggil Gio.

Gadis itu tidak menoleh, ia terus melangkah menjauh. Pria itu segera menyusul Inez.

Gio menarik lengan Inez agar gadis itu menghentikan langkahnya. Gadis itu berhenti namun, tak sedikitpun menoleh kearah Gio, pandangannya menatap kedepan.

"Ada apa?" Ucap Inez bertanya.

Gio tersenyum, ternyata Inez masih mau berbicara dengannya, pikirnya.

"Saya antar," seru pria itu mengajak Inez untuk kembali ke hotel bersama dengannya.

"Gak usah. Saya bisa sendiri!" Ucap Inez melepaskan tangan Gio dari lengannya.

"Jangan! Ini sudah malam, tidak baik seorang gadis pergi sendirian," ucap Gio.

Pria itu mencekal pergelangan tangan Inez agar kembali ke hotel bersama. Tak ada protesan dari gadis itu, Inez pasrah dibawa ke mobil pria itu.
Lagi pula, Inez juga takut pulang sendirian.

Disisi Marcell, pria itu menatap keduanya dari dalam mobilnya.

Ternyata begini rasanya patah hati, mendapat penolakan dari orang yang dicintai. Rasanya sesak sekali, pikirnya.

Pria itu sengaja mengajak Inez makan malam di taman, karena Marcell merasa saat inilah waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya. Marcell kira Gio tidak akan menyusul Inez keluar kota namun, nyatanya pria itu menyusul Inez.

Marcell membuang nafasnya beberapa kali, pandangannya menatap keatas. Matanya memerah, sepertinya pria itu tengah menahan air matanya agar tidak jatuh.

Pria itu memejamkan matanya, lalu segera mengusap air yang keluar dari sudut matanya.

"Saya harap tuan Gio segera menyadari perasaannya sendiri," ucapnya dalam hati.

Marcell dapat melihat bahwa Gio sebenarnya sudah mencintai Inez. Mengingat kejadian yang tadi, pria itu tampak sangat marah. Marcell bisa menilai bahwa Gio sedang cemburu namun, pria itu sangat gengsi untuk mengakuinya.

"Anastasya Inez, semoga kamu bahagia," gumamnya.

Marcell tidak sedikitpun merasa dendam karena Inez menolaknya. Ia malah berharap agar Inez segera menemukan kebahagiaannya.

Drtt.

Suara panggilan masuk.

Marcell meraih ponsel yang ada disaku celananya.

"Mama?" Batinnya merasa heran.

Ia segera menekan tombol hijau, mengangkat panggilan.

"Iya, hallo, Ma?" Ucapnya.

📞:"Marcell, mama tagih janji kamu untuk segera mengenalkan calon istri kamu kehadapan mama," ucap seseorang diseberang sana.

Pria itu menelan salivanya pelan, ia lupa. Ya, Marcell melupakan janjinya kepada sang mama untuk segera mengenalkan calon istri.

Nyonya Mitha yang tak lain ibu kandung Marcell. Wanita paruh baya itu terus mendesak putra keduanya itu untuk segera menikah. Diusia Marcell yang ke-31 tahun, wanita paruh baya itu merasa cemas karena Marcell tidak pernah mengenalkannya pada gadis manapun. Jangankan untuk segera menikah, pacar pun tidak punya, pikir Marcell kala itu.

Setiap orang tua pasti merasakan cemas saat sang anak yang berusia sudah cukup untuk menikah namun, belum juga mendapatkan pendamping hidupnya. Begitupun dengan Nyonya Mitha, ia ingin melihat Marcell segera menikah. Umurnya yang semakin menua tentu saja ingin melihat kebahagiaan anak-anaknya dengan pasangan hidupnya masing-masing, sebelum ajal menjemputnya.

Baru saja pria itu merasakan patah hati, sang mama malah menagih janjinya untuk segera memperkenalkan calon istri.

Sungguh memusingkan, pikir Marcell.

"Mama tenang saja, nanti aku kenalkan," seru Marcell.

📞:"Kapan? Mama maunya dalam waktu dekat ini."

📞:"Mama gak mau tahu, kalau dalam waktu dekat ini kamu tidak mengenalkan gadis itu kepada mama, terpaksa kamu mama jodohkan dengan Lena."

Marcell menghembuskan nafasnya dengan kasar mendengar itu.

"Ma..." Protesnya tak terima jika sang mama menjodohkannya.

"Oh, oke. Mama lihat saja nanti," ucapnya.

Tut.

Pria itu mematikan panggilannya sepihak. Ia tahu itu tidak sopan namun, demi ketenangan hati dan pikirannya. Sebelum sang mama terus bertanya-tanya yang ia sendiri juga tidak tahu jawabannya.

"Sial, lupa lagi!" Umpatnya seraya menarik rambutnya, seolah frustasi.

"Kenapa mama ingat terus sih," gerutunya.

Ini salahnya juga, mengapa saat itu ia malah berjanji akan membawa seorang gadis kehadapan sang mama. Jadi begini kan, akhirnya.

Siapa yang mau ia kenalkan?

Saat ini pria itu sedang galau, mengapa pula sang mama menagih janjinya dalam waktu dekat ini.

"Hufft..."

Ia berusaha tenang, tiba-tiba saja sebuah nama terlintas dibenaknya.

Marcell tahu sekarang, ia harus mengenalkan siapa kepada sang mama. Pria itu tersenyum miring.

***

Gadis kecil itu bergerak dengan gelisah. Matanya masih terpejam, karena gadis kecil itu tengah tertidur.

Bocah laki-laki yang tertidur disebelahnya pun menjadi terusik karena gerakan dari gadis kecil itu.

Dengan perlahan, Gama membuka matanya. Ia mengerjapkan matanya sebelum bangkit dari tidurnya.

Pandangannya menatap ke sebelah.

"Gemi kenapa sih?" Gumamnya.

Bocah laki-laki itu terlihat masih mengantuk.

"Hey, bangun!" Serunya membangunkan sang adik.

Gemi segera membuka matanya, gadis kecil itu tanpa sadar langsung terduduk.

Nafasnya ngos-ngosan seperti sehabis berlari saja.

"Hiks...hiks..."

Gadis kecil itu menangis entah kenapa, Gama menatap heran sang adik.

"Kamu kenapa? Bangun tidur nangis," ucap Gama, heran.

Gemi tidak menghiraukan ucapan sang kakak. Gadis kecil itu terus menangis, membuat Gama kebingungan sendiri.

Bocah laki-laki itu menggaruk kepalanya yang tak gatal,"kamu kenapa sih?" Tanyanya.

"Hiks...hiks..., Mama Inez, aku mau mama Inez," ucap Gemi disela tangisannya.

Gadis kecil itu menoleh kearah sang kakak, Gama mendekati Gemi. Bocah laki-laki itu mengusap punggung sang adik.

"Hey, tenanglah. Besok juga mama Inez pulang," ucapnya menenangkan sang adik.

"Kakak, aku tidak mau kehilangan mama lagi," ucap Gemi menatap sang kakak.

Gadis kecil itu sudah berlinang air mata.

"Kamu bicara apa? Mama Inez tidak akan meninggalkan kita," seru Gama tak suka.

"Hiks..., Tapi, tadi aku bermimpi kalau mama Inez pergi," ucap Gemi.

Gadis kecil itu merasa takut, jika mimpinya itu menjadi kenyataan. Ia tidak ingin kehilangan seorang ibu lagi.

"Sudah jangan menangis lagi, itu hanya mimpi. Lebih baik sekarang kita tidur lagi," seru Gama menyeka air mata sang adik.

Setelah Gemi merasa lebih tenang, gadis kecil itu kembali merebahkan tubuhnya. Ia berusaha untuk tertidur kembali. Sedangkan Gama, bocah laki-laki itu tampak masih membuka matanya.

Ia juga takut jikalau mimpi Gemi menjadi kenyataan. Bocah laki-laki itu tampak sedang berpikir keras.

"Mama Inez tidak boleh pergi dari kami! Bagaimanapun caranya," ucapnya dalam hati.

Bocah laki-laki itu teringat dengan sikap sang Daddy kepada Inez. Ia tahu sang Daddy pasti sudah menyukai mama Inez namun, ia juga tahu sendiri seperti apa daddy-nya itu.

"Daddy harus berjuang untuk mendapatkan hati mama Inez." Batinnya.

***

Gio ikut masuk kedalam kamar Inez. Gadis itu juga diam saja saat Gio masuk kedalam kamarnya, tentu saja pria itu tidak ingin melewatkan kesempatan ini.

Malam ini ia ingin bersama dengan Inez. Kalau bisa tidur berdua, pikirnya.

"Nez, saya tidur di sini, boleh?" Tanya Gio.

Yang ditanya hanya diam saja, gadis itu malah masuk ke kamar mandi.

Gio mendudukan dirinya di sofa yang ada di sana. Pria itu menyilangkan kakinya, menunggu Inez keluar dari kamar mandi.

Cklek.

Pintu kamar mandi terbuka. Inez keluar dari sana dengan pakaian tidurnya. Ternyata gadis itu hanya berganti pakaian, pikir Gio.

Inez melirik sekilas, gadis itu melangkah menuju ranjang dan segera merebahkan tubuhnya.

Bagi Inez, hari ini sangat melelahkan. Suasana hatinya saat ini benar-benar kacau.

Pertengkarannya dengan Gio ditambah lagi dengan ungkapan cinta Marcell yang tidak pernah ia sangka. Seharian ini ia mendapat kejutan tak terduga.

Gio yang melihat Inez akan memejamkan matanya pun, segera bangkit dari duduknya. Pria itu melangkah mendekat kearah ranjang.

"Nez, saya tidur sama kamu, ya?" Ucapnya meminta izin sebelum merebahkan tubuhnya disebelah Inez.

Tak ada sahutan, gadis itu tampak sudah memejamkan matanya.

"Cepat sekali dia tidur," ucap Gio dalam hati.

Pria itu merebahkan tubuhnya disamping Inez. Ia ikut masuk kedalam selimut.

Gio menoleh kesamping, ia merubah posisinya menjadi menyamping agar bisa menatap wajah Inez dengan puas.

"Nez, kamu sudah tidur?" Tanyanya memastikan bahwa gadis itu sudah tidur atau belum.

Inez tak menyahuti dan itu membuat Gio berpikir bahwa gadis itu sudah tidur.

"Nez, asal kamu tahu Saya tidak suka melihat kamu terus berduaan dengan tuan Marcell. Maka dari itu, saya sengaja menyusul kamu ke kota ini." Ucap Gio.

"Jujur, saya cemburu melihat kedekatan kalian," sambungnya.

Hening.

Tak ada suara lagi, Gio terdiam sambil terus menatap wajah Inez.

"Selamat malam," ucapnya sebelum memejamkan matanya.

Inez merubah posisinya, membelakangi Gio. Gadis itu membuka matanya, ia mendengar ucapan Gio. Sebenarnya Inez memang belum tidur, gadis itu memejamkan mata untuk menenangkan pikirannya saja.

"Cemburu? Untuk apa dia cemburu?" Batinnya.

.
.
.


Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 55.6K 40
Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigrasi ke dalam novel...
1M 99.1K 31
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
637K 33.6K 46
Judul Sebelumnya : My Cold Husband Selena Azaerin, itulah namanya, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, dia tak pernah kehilangan sif...
3.5M 341K 93
Bercerita tentang Labelina si bocah kematian dan keluarga barunya. ************************************************* Labelina. Atau, sebut dia Lala...