Gate into the Unknown [END]

By Fadli_L

26.5K 4.4K 252

[Fantasy: Nagaragung Universe] Hayu, harus menyembunyikan fakta bahwa dia bisa melihat yang tak terlihat. Ia... More

Intro by Author
01 - Dream Team
02 - Tantangan
03 - Pergi
04 - Misi
05 - Festival
06 - Penculikan
07 - Restu Siluman
08 - Latihan
09 - Kantor Polisi
10 - Pusaran Hitam
11 - Keberangkatan
12 - Rindu
13. Anak Baru
14. Family
15 - Memori
16 - Memori [2]
17 - Reuni
18 - Fight
19 - Identity
20 - Massacre
21 - Family Matters
TMI [1] - Character Profile
22 - Join Forces
23 - Blue eyes
24 - Victim
25 - Silent Killer
26 - Segel yang terlepas
28 - Dunia yang tersembunyi (2)
29 - Sunyi
30 - Kebenaran Pahit
31 - Hayu
32 - Organisasi Misterius
33 - Ranggaditiya
34 - Yang Mereka Cari
35 - Orang Asing
36 - Para Tamu
37 - Bakat tersembunyi
38 - Setetes Darah
39 - Bantuan dari Kegelapan
40 - Istirahat
41 - Anomali [1]
42 - Anomali [2]
Lelaki dengan pakaian aneh
Kisah Masa Lalu
Nyai Arkasa
Epilogue
Last Word dan Karya Berikutnya

27 - Dunia yang tersembunyi

351 67 8
By Fadli_L

Yustas dan Liana memimpin pelarian para korban. Kali ini mereka berlari menuju arah tempat pertarungan terjadi. Yustas masih menggenggam tangan Liana saat mereka berlari. Semua orang di belakang mereka mengikuti dengan ekspresi takut dan cemas. Sebagian besar dari mereka terlihat bingung tapi percaya pada Yustas.

"Kamu punya rencana?" Tanya Liana disela napasnya.

Yustas terlihat serius, "Sejujurnya tidak, tapi memangnya kita merencanakan untuk diculik seperti ini?"

Liana memutar bola matanya, "Logika yang menarik."

Yustas tersenyum kecil, "Apapun situasinya, aku berencana menghindari interaksi dengan para penculik kita. Siapapun yang menyerang mereka, aku tidak mau membuat masalah dengan mereka."

Semakin dekat dengan tempat pertarungan, semakin keras suara ledakan di luar. Liana mulai merasa merinding dan ketakutan. Air mata perlahan menetes dari pelupuk mata Liana. Yustas awalnya tidak menyadari itu, tapi setelah mendengar Liana terisak pelan ia akhirnya menoleh pada Liana, "Kamu nangis???" Yang lebih terdengar seperti pertanyaan daripada pernyataan. 

Yustas berhenti berlari hingga membuat semua orang yang mengikuti mereka juga berhenti. "Kalian pergi saja dulu. Ingat jangan berinteraksi dengan penculik atau dengan penyerang mereka. Sebisa mungkin hindari pertarungan saat kabur."

Mereka semua mengangguk. Mereka semua mulai berlari melewati Yustas dan Liana, hal yang tidak terduga adalah salah satu dari para siluman berlari cepat lalu bertransformasi sambil berlari dan muncul dalam bentuk kucing liar yang besar. Liana melihat transformasi itu langsung.

Sebagian besar dari mereka akhirnya mulai transformasi, Liana sempat melihat ular, burung elang dan kucing lagi sebelum Yustas meraih wajahnya agar menatap ke arahnya. "Harusnya kamu tidak boleh melihat itu." Komentarnya pelan.

Liana yang menangis kini bernapas cepat dan mulai panik. Yustas mengenggam kedua tangan Liana lalu menatap gadis itu, "Hei ... tenang." Ucapnya pelan.

Liana masih menangis terisak, perasaannya takut, kaget, cemas bercampur aduk di dalam hatinya. Jantung Liana berdetak lebih cepat karena ketakutan. "Kamu ... dan Dirga .... Kalian ...." Ucap Liana sambil menatap lurus ke arah Yustas menunggu jawaban. 

"Aku tidak yakin dengan Dirga, tapi untuk menjawab pertanyaanmu, ya aku seperti mereka. Seorang Siluman." Jawab Yustas.

Liana meneteskan air mata lagi, dan kali ini Yustas mengusap air mata itu. "Ah .. aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa jika ada seseorang menangis di depanku."

Kedua tangan Yustas menangkup wajah Liana untuk menghapus air mata Liana dengan jemarinya. "Aku .... takut ...." Bisik Liana di sela napasnya.

Gadis itu perlahan mundur untuk bersandar di tembok dengan mata terpejam dan air mata masih mengalir dari pelupuk matanya. Yustas memegang pundak Liana untuk mengelusnya pelan. Terdengar suara ledakan lagi yang mengagetkan Liana, gadis itu secara spontan mendekatkan diri pada Yustas.

Yustas menarik Liana dalam pelukannya. "Kalau kamu takut aku akan menggendongmu." Ucap Yustas lebih seperti pemberitahuan daripada pertanyaan.

Liana menarik diri dari pelukan Yustas untuk menatap temannya. "Aku berat." Ucapnya pendek.

Mau tidak mau Yustas tertawa kecil mendengar itu, di saat Liana sedang merasa ketakutan di tengah situasi gila ini bisa-bisanya gadis itu masih sempat memikirkan berat badan. "Dan aku bukan manusia."

Yustas kemudian menatap Liana lagi. Ia mengulurkan kedua lengannya pada gadis itu. Liana bingung, "Bukan gendong belakang?" Tanyanya.

Yustas menggelengkan kepala. "Aku butuh punggungku, kamu gendong depan."

Mata Liana membelalak kaget, "Gendong depan? Tapi, bagaimana?"

"Boleh aku?" Tanya Yustas sambil mengulurkan kedua tangannya. Liana ragu, tapi sedari tadi kakinya sudah lemas dan badannya sudah kelelahan apalagi perasaannya sudah campur aduk. Gadis itu akhirnya mengangguk, dan Yustas langsung menggendong pinggang Liana, kedua lengan Liana secara otomatis memeluk leher Yustas.

"Akan lebih membantu kalau kamu berpegang erat di leherku dan melingkarkan kaki di pinggangku." Jelas Yustas.

Liana menurut. Ia melingkarkan kakinya di pinggang Yustas dan memeluk lelaki itu dengan erat. Satu tangan Yustas menyeimbangkan posisi Liana. Gadis itu terlalu malu untuk menatap Yustas sehingga Liana memilih menyandarkan kepalanya di pundak Yustas. Liana perlahan mulai tenang. Yustas akhirnya mulai berlari keluar. 

Rasa takut yang memenuhi perasaan Liana perlahan hilang. Ia sudah mulai tenang. Gadis itu memejamkan mata agar tidak pusing. Mereka berlari dan semakin dengan sumber suara, Liana beberapa kali melihat puing-puing bangunan yang runtuh saat ia sekilas membuka mata. Pergerakan Yustas yang awalnya cepat semakin memelan dan lebih berkelok-kelok. Saat Liana memberanikan diri membuka mata, kali ini dia terkejut karena melihat sayap burung berwarna hitam kecokelatan menjulang tinggi dari punggung Yustas. Liana menahan napas karena kaget. 

"Tenanglah, itu adalah sayapku." Gumam Yustas.

"Kamu burung?" Tanya Liana kaget.

"Yup. Burung hantu."

Sayap itu terlihat indah, Liana mulai menggapai sayap Yustas karena penasaran. Ketika jemarinya menyentuh sayap Yustas sentuhan itu membuatnya bergerak sedikit, "Kamu bisa memegangnya nanti jika mau." Komentar Yustas yang membuat Liana langsung menarik tangannya.

"Maaf."

"Tidak masalah, aku hanya khawatir jika tidak sengaja menyakitimu dengan sayapku."

"Apa itu memungkinkan?"

"Itu adalah bagian paling berbahaya dari wujudku yang lain."

Sebelum sempat berkomentar, jalan yang mereka lewati semakin banyak reruntuhan dan membuat Yustas melompat sana-sini dengan bantuan dari sayapnya untuk mendarat ataupun naik ke atas. Liana bersyukur karena Yustas menggendongnya, dia tidak bisa berhasil dari reruntuhan seperti ini jika menggunakan kakinya sendiri. Liana mungkin bisa membunuh dirinya sendiri dengan mencoba berjalan di reruntuhan ini.

Saat mereka akhirnya sampai di bagian ujung lorong Liana semakin ketakutan melihat pemandangan itu. Bagian atap sudah hancur sepenuhnya, hingga menampakan langit-langit malam. Saat Liana mendongak dia terkesiap karena melihat hal yang paling menakutkan dalam hidupnya.

Sebuah sosok hitam besar melayang di atas mereka. Matanya merah menyala dan sosoknya terlihat hampir seperti gumpalan asap ketika bergerak. Makhluk itu menghadap lurus ke depan sama sekali tidak peduli dengan sekitarnya. Liana yang penasar akhirnya memberanikan diri menoleh ke belakang, sejajar dengan si sosok hitam, dua orang berdiri melayang dengan menghadap tepat ke arah si sosok hitam.

Liana mengasumsikan mereka laki-laki dan perempuan. Si perempuan mengenakan baju terusan tanpa lengan berwarna putih tulang. Rambutnya disanggul rapi ke belakang. Ia hanya berdiri diam sambil melipat kelangannya ke dada. Si laki-laki melayang dengan aura biru. Ia memakai pakaian serba hitam. Celana, jaket kulit dengan tundung kepala dan kain yang menutup hidung dan mulutnya. Satu tangannya terulur ke depan sedangkan satunya lagi terlipat di belakang pinggangnya.

"Siapa mereka?" bisik Liana.

Yustas terdiam, pandangannya kosong. Liana menyadari kalau si wanita memandang ke arah mereka. Meskipun Liana tidak tahu, tapi sepertinya itu berefek pada Yustas. Liana secara spontan, menutup mata Yustas dengan telapat tangannya. Pandangan Yustas kembali fokus.

"Yustas?? kamu tidak apa-apa?"

Yustas mengedipkan matanya cepat kemudian hanya berkata singkat, "Pegangan erat, kita akan terbang."

Yustas melompat tinggi sembari membuka sayapnya lebar, momentum itu membuat perut Liana terasa seperti tertinggal di daratan. Sensasi itu mengingatkan Liana saat dia naik wahana naik turun di taman hiburan. Ia berpengan lebih erat pada leher Yustas. Lelaki itu terbang menjauh dari dua monster yang sedang berhadapan. Kini saat mereka sudah terbang, Liana bisa melihat jelas kalau si lelaki sedang mengurung si makhluk hitam dalam gumpalan kekuatan yang terlihat berwarna biru tiap kali si makhluk hitam mencoba menembus kekuatan itu.

Kini dia tahu sumber suara ledakan yang mereka dengar sebelumnya. Setiap kali makhluk hitam mencoba untuk menghancurkan kekuatan biru itu, suara ledakan terdengar dan guncangan kekuatan itu bisa menghancurkan bangunan. Semakin tinggi dan jauh mereka terbang, Liana bisa melihat gedung panjang yang digunakan untuk menyekap mereka terletak di tengah-tengah hutan. Bagian depan bangunan sudah hancur menyisakan bagian setengah di belakang yang masih utuh.

Kini setelah mereka terbang menjauh dari lokasi, Liana akhirnya bisa merasa lega. Tetapi, fisiknya tidak bisa dibohongi. Badannya mulai lemas, matanya terasa berat dan tak lama Liana tertidur dalam pelukan Yustas.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Continue Reading

You'll Also Like

1M 102K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
241K 20.7K 20
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
7.2M 374K 46
Daisy Mahesa, seorang model terkenal. Ia juga merupakan putri tunggal dari keluarga Mahesa. Menjadi seorang model merupakan mimpinya, namun sayang ka...
89.7K 5.3K 16
Bertemu dengan orang asing di negara asing Liburan itu menjadi cerita antara kedua insan manusia. Cerita yang tidak dapat diprediksi dan disangkal.