Jurnal Rambang

Od Hedj__

1K 58 36

[Antologi: Fiksi Ilmiah] ©2022-2023. Kumpulan tulisan bertema fiksi ilmiah-ya, semuanya fiksi ilmiah. Kalau n... Viac

Mati Lemas yang Menyeramkan
Kutu Elektrik
Obrolan Menuju Bulan
Sang Jentera Limbah (pt. 1)
Sang Jentera Limbah (pt. 3)
Abu Rindu dari Galaksi
Apa Kabarmu Wahai Cinta Pertama?
Distrik Timur
Surat dari Masa Depan*
Dreamscape: Emulasi Otak Utuh
Nibiru Versus Penguasa Laut Selatan

Sang Jentera Limbah (pt. 2)

68 3 4
Od Hedj__

Nobert Châtillon‎ menatapnya sesaat lalu beralih fokus pada toples itu. Dari sorot matanya, Jesse bisa menilai kalau Châtillon‎ mulai tertarik, yang artinya, setengah misi telah tercapai. Atasan Jesse  sudah menghabiskan banyak uang demi meminta bantuan seorang ahli kimia Jerman untuk merekayasa satu set toples dengan tujuan untuk mengesankan pria seperti Châtillon‎ yang meremehkan dunia sains. Jesse merasakan ekspresi cemas dan jengkel di wajah Châtillon‎.

Akhirnya, Châtillon pun berkata, "Aku seorang insinyur, Mademoiselle, bukan ahli kimia."

"Kami sudah menemukan bahan kimia yang cocok," potong Jesse, segera. Otot perutnya mengencang karena tegang. "Kami akan dengan senang hati membagi pengetahuan ini kepada Anda ...."

"Apa selanjutnya?" Wajah Châtillon merungut. "Siapa yang akan mematenkan proses ini, hmm? Dan siapa saja yang akan diuntungkan?" Dia berbalik, mulai mondar-mandir. Châtillon terlihat impulsif dan inilah yang membuat pria itu semakin mengerikan. "Kau memiliki wajah yang cantik, Mademoiselle Dumond. Tak luput dari ingatanku kalau wanita berkulit gelap sepertimu pernah merayu nenek moyangku untuk melakukan tindakan yang paling hina, walaupun pria-pria itu harus menebus dosanya dengan membesarkan anak-anak berdarah campuran secara terhormat. Jika aku menjadi seorang pria kulit putih, dan ingin mengambil keuntungan dari hasil kerja keras seorang Creole jujur ​​sepertiku—yang mana terbukti mudah tertipu—aku akan tak segan untuk mengirimkan seorang wanita penggoda demi merayu. Karena bagi mereka, kita semua sama saja, meskipun aku memiliki darah Prancis yang paling murni dalam nadiku, sedangkan kau mungkin berasal langsung dari rimba Afrika!"

Monsieur Châtillon mulai mengitari tubuhnya. Hampir-hampir Jesse berteriak. Jika saja dia seorang wanita manja yang mudah ketakutan, dia mungkin akan berusaha mundur karena rasa tidak nyaman. Saat itu juga, Jesse memang melangkah, tetapi ke samping, perlahan-lahan mendekati  tas brokat, di dalamnya terselip sebuah belati kecil yang pegangannya bisa dia lihat dari tempat di mana dia berdiri. Misinya memang memanfaatkan Nobert Châtillon, tetapi bukan berarti Jesse ragu untuk memberikan pria terhormat itu sayatan luka untuk diingat.

Sebelum perkara memuncak, tiba-tiba pintu ruang tamu terbuka, mengejutkan Jesse dan Nobert Châtillon seketika. Pemuda yang baru saja masuk jelas-jelas kerabatnya Châtillon. Dia berkulit kecoklatan yang sama dan berambut ikal. Matanya lebih lembut, meski mungkin hanya efek dari kacamata berbingkai perak di atas hidungnya yang mancung. Dia mengenakan kemeja kain abu-abu sederhana yang memiliki aura sial karena membuat penampilan pemuda itu terlihat agak polos.

"Maaf, Kakak," katanya, membenarkan tebakan Jesse. "Saya pikir barangkali kau dan tamu wanitamu butuh penyegar suasana?" Di tangannya ada nampan perak berisi beignet, roti goreng persegi renyah yang ditaburi gula, irisan merliton dengan semacam saus remoulade, dan irisan kecil coklat penuche.

Nobert memucat dan benar-benar malu. "Ah—eh, ya, kau benar, terima kasih. Ah—" Sambil melirik Jesse, perasaan kesal sebelumnya seakan berjibaku dengan kewajiban untuk menjadi tuan rumah yang baik, dan sopan santun selalu menang. Dia segera  menenangkan diri. "Maafkan saya, Mademoiselle. Apakah Anda bersedia mencicipi  hidangan pencuci mulut, sebelum Anda pergi?" Bagian terakhir dari kalimat itu keluar lebih keras daripada yang lain.

Jesse menerima tawaran Nobert. "Ya, terima kasih." Dia segera bergerak untuk membantu pemuda itu. Saat Jesse memindahkan tas brokatnya, mata pemuda itu terkunci dengan sedikit tanda bahaya. Jesse merasa tidak enakan. Apakah dia sedang memperhatikan gagang belatiku? Mustahil! Pemuda ini terlihat sangat tenang. Saling bertukar pandangan telah  memicu insting penilaian instan di pikiran Jesse, si Châtillon yang satu ini, tampaknnya, sama sekali tidak buta atau terlalu berlebihan seperti sang Kakak.

Benar saja, ketika pemuda itu mengalihkan perhatian, Jesse merasakan sedikit tantangan yang bersembunyi di balik kacamata bundar dan senyumnya yang sangat menyenangkan.

"Saudaraku," sahut pemuda itu, "maukah kau memperkenalkan diriku dengannya? Sangat jarang bagimu memiliki seorang tamu wanita."

Pucat pun menjadi tersipu, Nobert terdiam untuk sesaat. Untungnya dia menguasai diri, meski berkata agak kaku, "Mademoiselle Jesse Dumond, perkenalkan ... adik laki-laki saya, Gabriel."

Jesse mengangguk hormat. "Saya senang bertemu denganmu, Monsieur," sambutJesse, bersungguh-sungguh, "saya mungkin terlalu menikmati obrolan dengan saudaramu sampai ke tingkat yang tidak pantas."

Tampaknya, pikiran mereka menuju ke arah yang sama, sebab Gabriel pun tersenyum pada Jesse dan berkata, "Kuharap, saudaraku ini tidak mempermalukanmu dengan menunjukkan temperamennya yang terkenal, Mademoiselle. Dia lebih pandai memperlakukan tabung vakum dan gawai-gawainya daripada berhadapan dengan wanita. Sungguh mengkhawatirkan."

Nobert mencoba menyangkal, "Hey, ini tidak seperti yang—"

"Tidak sama sekali," sela Jesse dengan lancar. "Kami sebetulnya sedang mendiskusikan poin-poin kimia, dan saudaramu, sebagai orang yang sangat terpelajar," Jesse sambil melirik Nobert, "baru saja menyampaikan maksudnya dengan agak tegas."

"Kimia? Wah, saya suka kimia!" Mendengar topik ini, sorot mata Gabriel seakan langsung tercerahkan. Bicaranya lebih cepat dan terengah-engah. "Apa masalahnya, jika aku boleh tahu? Permisi ... bolehkah saya duduk?"

Seketika itu, Jesse terpesona oleh betapa indahnya mata pemuda itu—indranila kecokelatan—mengungkap terai yang tidak dapat diucapkan. Tumbuh di negeri revolusi di mana kulit gelap menjadi kebanggaan, Jesse tak pernah menyukai penampilan orang-orang kulit putih berdarah campuran. Namun, ketika Gabriel membicarakan kimia, sesuatu dalam sikapnya memercikkan tatapan aneh yang berbinar. Jesse pun menakar kembali penilaiannya terhadap pemuda itu, boleh jadi dia tampan, bukan cuma polos.

"Ehm, Gabriel merupakan satu-satunya anggota keluargaku yang meminati sains," jelas Nobert. Suaranya terdengar bangga. "Dia belajar di Paris sepertiku. Aku selalu mengirimkan semua buku-bukuku kepadanya, dan dia mengkritik semua prototipe buatanku."

Jesse mengerjap karena terkejut. Kemudian, dia tersadar bahwa Nobert sudah tidak berminat untuk bekerja sama lagi dengannya. Jesse beralih menghadap stan minuman, mengambil kembali toples limbah. "Saya khawatir, saya tidak mungkin berlama-lama di sini, Monsieur, tetapi sebelum itu, barangkali Anda punya pendapat mengenai hal ini?" Dia pun menawarkan toples berisi limbah itu pada Gabriel.

Norbert mulai menyadari niat Jesse, tetapi Gabriel sudah lebih dulu mengambil toples itu sebelum Nobert sempat mengajukan protes.

Gabriel membuka sumbat penutupnya dengan cekatan, kemudian menghamburkan aromanya ke wajah ketimbang mengendusnya secara langsung. "Uhuk!" Gabriel meringis. "Jelas hidrogen sulfida, dan mungkin juga sejumlah gas lain, jika ini adalah produk dari suatu bentuk pembusukan." Dia menutup kembali toples itu lalu memeriksa lumpur yang berputar-putar di dasarnya dengan tatapan kritis. "Menarik ... kupikir tadinya, ini kotoran, tapi sepertinya substansi yang lebih seragam. Seseorang membuat ini? Proses apa yang bisa menghasilkan sesuatu yang begitu berbahaya?"

"Distilasi rum," jawabJesse, menahan keinginan untuk tertawa saat melihat wajah polos Gabriel yang seperti merasa sedang dibodohi.

"Tidak heran," balas Gabriel, tampak muram, "mengingat apa yang bisa dihasilkan produk akhir bagi jiwa manusia." Dia menyerahkan toples itu kembali kepadaJesse. "Terbuat dari apa itu?"

Sekali lagi, Jesse terpaksa menjelaskan. Namun, sebelum dia melakukannya, hal aneh kembali terjadi. Mata polos Gabriel kembali berbinar. Jesse hanya mengangguk dan bergumam Mmm-hmm dalam sesekali. "Seperti yang kubilang pada kakakmu," Jesse mulai menyimpulkan, "kami sedang menyusun formulanya."

"Formula cuma permainan anak-anak," oceh Gabriel, menjentikkan jari tanpa dia sadari. "Proses ekstraksinya cukup simpel, jika saja metana bukan merupakan zat berbahaya yang mudah terbakar. Bahkan, meledak dalam kondisi tertentu ... yang mana dalam kebanyakan kasus akan selalu tercipta. Sudah jelas kalau metode mekanis apa pun perlu memperhatikan dirinya sendiri, terutama dengan menstabilkan produk akhir, bukan sekedar dipisahkan. Dibekukan, atau mungkinkah ...." Gabriel tiba-tiba tercerahkan. "Kakak, barangkali kita bisa menyempurnakan proses distilasi vakum yang sedang kau kembangkan."

"Ya, iya, iya," sahut Norbert yang sedari awal sudah menghabiskan sepuluh menit terakhir memandangi interaksi Jesse dan Gabriel dengan rasa takut yang semakin meningkat. "Aku akan mempertimbangkannya. Akan tetapi, Mademoiselle Dumond benar-benar harus pergi; Aku khawatir kita hanya akan menunda urusannya." Dia memelototi Jesse saat Gabriel terlihat bersemangat.

"Benar sekali." Jesse tersenyum anggun. Dia meletakkan toples lalu menyelipkannya ke dalam tas brokat, mengambil topinya dari sandaran kursi. Dia harus bersikap ramah untuk saat ini, meskipun Norbert Châtillon terbukti keras kepala. Memang lebih baik untuk pergi, dan mengejar masalah dari sudut pandang yang sama sekali berbeda.

Ketika Norbert menuntun Jesse ke pintu ruang tamu dengan kedua tangan berkacak pinggang, Jesse menoleh ke belakang dan tersenyum pada Gabriel, sementara Gabriel membalas senyumnya dengan penyesalan yang menawan berserta lambaian kecil nan malu-malu.

Bukan hanya tampan dan menawan, pikir Jesse akhirnya memutuskan, dan itu berarti sudut pandang baru ini akan sangat menyenangkan untuk dikejar.

───✧❅ ❅✧───
• Bersambung •



Aequitas 14052023
"Prompt: cerpen berlatar di 1800-an"
ᴅᴇᴅɪᴄᴀᴛᴇᴅ ᴛᴏ Blackpandora_Club

Pokračovať v čítaní

You'll Also Like

14.9K 208 12
Saya ganti akun lanjutin cerita nya disini aja
26.9K 1K 23
"Dasar anak manja" Shani Indira Natio Shn dom!
4.4M 306K 47
"gue gak akan nyari masalah, kalau bukan dia mulai duluan!"-S *** Apakah kalian percaya perpindahan jiwa? Ya, hal itu yang dialami oleh Safara! Safar...
374K 23.1K 35
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, masyaallah tabarakallah, Allahumma Shalli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aali sayyidina muhammad, ini...