The Light in The Dark #2015

By aalyazzh

575 170 0

Orang - orang bilang masa SMA adalah masa yang paling indah. Walau banyak lika - likunya. Apa itu benar? Aku... More

#0.0 Prolog
#0.1 The Balance Class
#0.2 Cast Visual
#1. The Night View
#2. The Truth about Baekho's Dark Side (+ Youngmin)
#3. Joshua's Dark Side
#4. His Wound
#5. About Ren
#6. D-x Ex-D
#7. Joshua's Family
#8. Something Goes Wrong
#9. The End of First Semester
#10. Anxiety, Bullying, and Violence
#11. Ren's Past
#12.2 The Day -Behind-

#12.1 The Day

19 4 0
By aalyazzh

Hi! Welcome back at this work~

Gimana kabarnya teman - teman? Masih penasaran dengan cerita ini kah? hehe..

Terima kasih yang masih bertahan di cerita iniii~

"REEEN!" seru Sowon saat akhirnya menemukan sosok yang ia tengah berbincang dengan Joshua di atap.

Ren dan Joshua terkejut mendengar seruan Sowon. Mereka semakin terkejut saat Sowon menerjang Ren, memeluk lelaki itu. Baekho yang mengikuti Sowon berhenti di samping Joshua sambil menumpu tangannya di bahu lelaki itu.

"Biarin gue napas. Jangan tanya gue," celetuk lelaki itu saat pandangan Ren dan Joshua jatuh padanya.

Ren mengernyit. Sebenarnya ia ingin bertanya pada Sowon, tetapi perempuan itu malah menangis tepat setelah Sowon memeluknya. Oleh karena itu ia beralih untuk bertanya pada Baekho tapi lelaki itu malah menolak.

"Mereka pasti udah tau Ren," ucap Joshua setelah menghela napas. Ren mengerjap.

"Ha?"

"Maafin gue ga peka sama keadaan lo!!!" seru Sowon ditengah isakannya. Ren segera melepaskan pelukan Sowon.

"Lo beneran kepo ke anak di kantin tadi?!" tanya Ren. Sowon mengangguk membuat Ren menghela napas.

"Ambil positifnya aja, Ren. Setidaknya lo ga perlu nyembunyiin apapun sama kita," celetuk Joshua.

"Lo kalau ada yang berani gangguin bilang sama gue," tambah Baekho.

"Iya, biar dihajar sama Baekho," ucap Sowon sambil menghapus air matanya.

"Iya ntar gue hajar," ucap Baekho sambil menghela napas membuat Sowon dan Joshua terkekeh.

Ren terdiam memandang teman – teman barunya ini. Seketika ia teringat harapan Bundanya saat membawa dirinya ke kota ini.

Ini awal baru untuk kamu. Bunda ga minta kamu buat lupain Seungwoo, karena bagaimana pun dia tetap sahabat kamu. Tapi Bunda harap di sini kamu bisa mempunyai teman yang lebih baik lagi. Teman yang selalu ada di sisimu entah apapun situasinya.

Ren tersenyum. Doa seorang Ibu memang tidak main – main. Ia senang bertemu dan mengenal tiga orang yang tengah bercanda tawa di hadapannya ini. Saat ini ia hanya berharap jika mereka bisa tertawa lepas seperti ini bersama untuk seterusnya.

Ya, walau.. Manusia hanya bisa berencana. Tapi tidak ada salahnya bukan untuk berencana dan berharap?

"Cerita. Gue tau ada beberapa hal yang mereka gak tau. Lo bukan tipe yang diem aja kalau punya masalah sama temen lo dan kalau diperlakukan kaya gitu!" seru Sowon.

"Iya iya,"

Akhirnya hari pembagian nilai pun tiba. Seperti biasa, ada yang bersorak sorai karena nilainya yang sangat baik, ada yang menghela napas lega karena hasil yang ia dapat melebihi ekspektasinya, ada yang bersedih karena hasilnya jauh dari ekspektasi. Pokoknya hari itu di SMA BAM sangatlah ribut.

Dan, yang paling membuat ribut adalah pengumuman juara parallel yang dipasang di mading sekolah. Ya, hanya pengumuman dalam kertas saja mengingat ini baru semester ganjil bukanlah kenaikan kelas. Semua orang pergi mengerubungi mading dan yang paling heboh adalah bagian juara parallel untuk kelas 10. Kenapa? Tentu saja karena mereka ingin tau siapa dari dua orang genius angkatan mereka yang memenangkan peringkat pertama.

Tapi, dua orang yang dihebohkan itu justru hanya berdiam diri di salah satu sudut perpustakaan. Tidak, bukannya mereka tidak penasaran akan hasilnya apalagi mengingat hal – hal yang mereka pertaruhkan untuk kedudukan peringkat pertama. Hanya saja, mereka sibuk memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

"Josh," panggil Minhyun lirih.

"Hm?" deham Joshua sebagai jawaban.

"Gue punya firasat buruk buat hasil semester ini," ucapnya membuat Joshua terkekeh.

"Kalau begitu, saya yang menang dong?" celetuk Joshua membuat Minhyun menghela napas.

"Ayo deh cek," ucap Minhyun sambil berjalan keluar perpustakaan.

Joshua melihat Minhyun yang pergi dari tempatnya. Saat Minhyun menghilang di balik rak – rak buku, ia menghela napas. Bisakah ia selamat untuk semester ini?

Joshua memarkirkan motornya di garasi rumahnya. Ia membuka helmnya dan berjalan memasuki rumahnya. Sepi. Seperti biasa. Ia berhenti melangkah di depan foto keluarga yang terpajang di ruang tamu. Matanya menyorot sendu.

"Eh, Abang udah pulang," seru Winwin yang menyembulkan kepalanya di balik dinding pembatas ruang tamu. Joshua menoleh.

"Iya, baru banget," ucap Joshua menghampiri sepupunya itu dan mengusak rambutnya.

"Gimana hasilnya, Bang? Juara 1 paralel pasti kaaaan," goda Winwin sambil menusuk – nusuk tangan Joshua dengan telunjuknya membuat Joshua terkekeh.

"Makan yuk. Abang laper," balas Joshua.

"Ayo banget! Abang yang masak ya, hehe," celetuk Winwin.

"Iya iya. Siapin bahannya gih. Terserah kamu mau apa. Abang ganti baju dulu," ucap Joshua lalu melangkah menjauhi Winwin menuju kamarnya.

Joshua melihat ke arah jam yang berada di ruang keluarga. Beberapa menit lagi Papanya pulang dan sidak akan dimulai. Ia menoleh ke arah Winwin yang tengah selonjoran di sofa sambil memainkan Nitendo Switch-nya. Joshua menghela napas dan segera mengotak – atik hpnya.

"Win," panggil Joshua membuat lelaki itu menoleh padanya.

"Kenapa, Bang?" tanya Winwin.

"Ini Yebin chat Abang katanya minta dianterin ke toko buku," ucap Joshua sambil menunjukan chat Yebin di hpnya.

"Lah, kenapa ga chat Winwin langsung," ucap Winwin sambil mengernyitkan dahinya.

"Katanya udah chat kamu tapi ga dibales – bales. Hp kamunya mana?" tanya Joshua. Winwin terdiam beberapa saat sebelum menepuk dahinya.

"Di kamar. Lagi di charge, hehe. Yaudah Winwin siap – siap dulu sekalian bales chatnya Yebin. Eh, gapapa kan Winwin pergi? Udah sore, Om juga bentar lagi pulang kan?" ucap Winwin sambil melihat jam dinding.

"Gapapa. Nanti Abang yang bilang. Udah sana, kasian Yebin nungguin," ucap Joshua sambil tersenyum.

"Oke. Thank you, Bang!" seru Winwin sambil berlalu menuju kamarnya.

Senyum Joshua perlahan luntur sepeninggalan Winwin. Ia menyandarkan diri di sofa yang tengah ia duduki. Matanya ia pejamkan. Ia merasa sangat lelah hari ini.

Joshua kembali menghela napas saat Winwin pergi dari rumahnya. Rumah terasa mencekam saat ini, apalagi ia sendirian. Bibi yang dipekerjakan oleh Papanya tengah pergi kembali ke kampung halamannya. Hal yang biasa diminta oleh Papanya di hari pembagian nilai.

TING!

Joshua mengalihkan pandangannya menuju hpnya. Sebuah chat dari Yebin masuk ke hpnya.


Baek Yebin

Kaa, ini aku ajak Winwin pergi sampai jam 9an kali ya?

Om Dongwon gaakan ngeuh kan ya

Boleh, Bin. Tolong ya, maaf ngerepotin

Baek Yebin

Sip, santai, Ka

Tapi, Ka Josh..

Take care?


Joshua tersenyum kecil melihat balasan dari tetangganya itu.


I'll be fine

Have fun yaa


Joshua untuk sekian kalinya menghela napas dan menaruh hpnya di atas meja belajar. Matanya melirik ke arah sebuah buku yang dikenal sebagai rapor. Berisikan tentang nilai – nilainya serta yang pasti prestasinya.

Suara mesin mobil di luar rumah membuat Joshua tertegun. Dadanya begemuruh. Tanpa sadar, ia mengepalkan tangannya. Ia tidak tau apa yang akan terjadi malam ini.

Tapi yang pasti...

Itu bukanlah hal yang baik.

"Lo kenapa sih, Bin?" tanya Winwin bingung melihat Yebin yang tengah duduk di hadapannya sambil bergerak gelisah.

Setelah mengantar Yebin ke toko buku, mereka akhirnya memutuskan untuk makan malam terlebih dahulu. Lebih tepatnya Yebin memaksa Winwin untuk makan dahulu sebelum mereka pulang. Hal ini dikarenakan saat urusannya di toko buku selesai waktu masih menunjukan pukul 7 malam.

"Ha? Gapapa. Emang gue kenapa?" tanya Yebin sedikit terkejut.

"Lo daritadi ga tenang banget," jawab Winwin. Yebin kembali gelisah.

Sebenarnya Yebin sudah gelisah sejak Winwin menjemputnya. Matanya tak berhenti memandang rumah Joshua jika saja Winwin tidak menyadarkannya untuk segera naik ke motor yang lelaki itu kendarai. Yebin tau betul apa yang akan terjadi di rumah itu saat Papa Joshua kembali.

Menjadi tetangga Joshua dari sejak kecil serta berteman dengan lelaki itu membuatnya tau beberapa hal kelam yang terjadi di rumah itu. Termasuk penyiksaan yang dilakukan Papanya pada Joshua ketika lelaki itu tidak memberikan hasil yang baik di akhir semester seperti ini. Walau untuk yang satu ini baru ia ketahui setahun yang lalu.

Hari itu adalah saat pembagian rapor untuk semester 1. Joshua berada di kelas 3 SMP sedangkan Yebin di kelas 1 SMP. Malam itu, tepat jam 9 malam, Yebin pergi ke depan rumahnya menyambut Mamanya yang baru pulang dari Paris. Di saat yang bersamaan, ia melihat Papa Joshua keluar dari rumahnya dengan ekspresi yang tidak pernah beliau tunjukan.

Malam itu, Yebin sangat terkejut karena Papa Joshua yang terkenal sangat baik dan ramah menunjukan wajah penuh amarah. Yebin terus memperhatikannya untuk memastikan apa yang ia lihat sampai mobil Papa Joshua pergi dari rumahnya.

"Oh, keluarga Joshua pergi?" tanya Mama Yebin membuat Yebin tersadar.

"Tadi Yebin liat Om Dongwon aja yang pergi, Ma," jawab Yebin. Mamanya mengangguk.

"Joshuanya ada di rumah kali ya? Kamu ke sana gih kasih ini," ucap Mamanya sambil memberikan Yebin sebuah totebag berisikan cenderamata yang dibeli Mama Yebin.

"Oke, Ma," ucap Yebin lalu berlalu menuju rumah Joshua.

Saat itu, Yebin terus memikirkan apa yang membuat Om Dongwon sampai menunjukan ekspresi seperti itu. Bahkan Yebin masih tidak mau mempercayainya. Ia masih terkejut dengan ekspresi itu karena terlihat menakutkan.

"Ka Jooosh! Ini Yebin!!!" seru Yebin sambil mengetuk pintu rumah Joshua.

Tidak ada jawaban. Yebin mengernyit. Pasalnya Papa Joshua tadi tidak mengunci pintu rumahnya berarti Joshua ataupun Bibi yang bekerja di rumah Joshua seharusnya ada di rumah ini. Apa mereka sudah tidur?

Baru saja Yebin akan melangkah untuk pulang, hp yang ia bawa bergetar. Tanda sebuah telepon masuk. Yebin mengernyit saat melihat nama Joshua.

"Halo, Ka?" ucap Yebin.

"Bin.. Masuk aja.." ucap lelaki itu lirih membuat Yebin semakin kebingungan.

Joshua memang lelaki yang ramah dan halus, tapi ini terlalu lirih dari biasanya. Lagipula, kenapa lelaki itu harus meneleponnya seperti ini? Rasa penasaran yang semakin menumpuk dalam dirinya, membuat Yebin akhirnya mengikuti perintah lelaki yang lebih tua 2 tahun darinya itu.

Dan malam itu, Yebin semakin dibuat terkejut saat menemukan Joshua yang babak belur dan terkapar lemas di ruang keluarga.

"KA JOSH!" seru Yebin segera berlari ke arah Joshua.

Malam itu akhirnya Yebin tau, jika Papa Joshua tidak sebaik dan seramah yang ia kenal. Bahwa Papa Joshua adalah sosok orang tua ambisius yang tak segan mencelakai anaknya sendiri apabila keinginannya tidak terpenuhi.

Kembali ke saat ini, Yebin melihat Winwin yang masih mengernyit bingung menatapnya. Dari apa yang ditunjukan Winwin ia berani bertaruh lelaki itu tidak pernah tau apa yang terjadi jika hari pembagian rapor tiba. Yebin juga berani bertaruh, Joshua menyuruhnya membawa Winwin pergi agar lelaki itu tidak tau apa yang terjadi padanya.

Yebin mengerti, Joshua pasti kembali tidak berhasil memenuhi keinginan Papanya. Kejadian setahun yang lalu pasti akan terulang lagi malam ini. Mengingat Winwin yang sangat menyayangi sepupunya itu, jika lelaki itu ada di rumah pasti Winwin akan berusaha menahan Omnya yang dapat berakibat fatal untuk lelaki itu juga.

"Yebin? Serius kenapa?" tanya Winwin.

Tapi Joshua lupa satu hal. Bahwa Yebin tidak bisa menyembunyikan sesuatu dari Winwin, karena lelaki itu terlalu peka.

"Ayo pulang! Gausah banyak tanya. Kita pulang sekarang!" seru Yebin sambil menarik Winwin pergi mengabaikan semua kata – kata yang keluar dari mulut lelaki itu.

Winwin semakin kebingungan saat Yebin malah membuka gerbang rumah Joshua dan berlari masuk ke dalam. Padahal lelaki itu jelas – jelas berhenti di depan rumah Yebin. Winwin kembali dibuat bingung saat tidak menemukan mobil milik Papa Joshua. Ia melihat jam tangannya.

"Udah jam 9. Tumben Om belum pulang," ucap Winwin.

"KA JOSH!"

Teriakan Yebin mengejutkan Winwin. Ia segera berlari memasuki rumah Joshua. Winwin dapat mendengar suara tangisan Yebin, namun ia tidak menemukan sosok gadis itu. Ia terus melangkah cepat mengikuti suara tangisan Yebin.

"BANG JOSH!" teriak Winwin saat melihat sepupunya terbaring tak sadarkan diri di ruang kerja milik Papa Joshua.

Winwin segera berlari menghampiri Joshua. Niatnya untuk menepuk wajah sepupunya ia urungkan saat wajah babak belur Joshua terpampang jelas dipandangannya. Tangannya mulai bergetar melihat keadaan sepupu yang sangat ia sayangi ini.

"Apa... Apa yang terjadi?"

"Argh.."

Joshua mengerang pelan sambil membuka matanya perlahan. Sayup – sayup ia melihat sekelilingnya. Seingatnya tadi ia pingsan di ruang kerja Papanya, namun sekarang ia sudah berada di dalam kamarnya. Perlahan ia mencoba untuk duduk. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Ia bisa merasakan lebam – lebam di wajahnya akibat pukulan yang ia terima dari Papanya.

DASAR ANAK TIDAK BECUS! BAGAIMANA BISA KAU KALAH DARI ANAK KELUARGA MINHYUN!

Joshua langsung meringis mengingat bagaimana Papanya mengamuk tadi. Luka – lukanya seakan berdenyut saat ia kembali mengingat juga pukulan – pukulan yang ia terima. Malam ini Papanya mengamuk lebih parah dari setahun yang lalu. Dan semua ini karena kekalahannya dari seorang Hwang Minhyun.

Ya tebakan kalianbenar. Joshua kalah. Ia tidak berhasil meraih peringkat pertama itu.

Continue Reading

You'll Also Like

244K 3K 73
โ€ขBerisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre โ€ขwoozi Harem โ€ขmostly soonhoon โ€ขopen request High Rank ๐Ÿ…: โ€ข1#hoshiseventeen_8/7/2...
Fantasia By neela

Fanfiction

1.7M 5.4K 9
โš ๏ธ dirty and frontal words ๐Ÿ”ž Be wise please ALL ABOUT YOUR FANTASIES Every universe has their own story.
Mom? [ch2] By yls

Fanfiction

107K 11.2K 33
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
64.3K 9.6K 22
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...