The Royal Elite • vm

By scorpioels

6.5K 646 109

" Three lives, we still meet again " " But, in every meeting we have, someone will die, between us there is n... More

0 • 0 - Opening Sequence
0 • 1 - Luna Ilena
0 • 2 - Levantarse
0 • 3 - Let's Begin
0 • 4 - He it's
0 • 5 - Soon To Be
0 • 7 - I meet you
0 • 8 - Beautifull
0 • 9 - No One
1 • 0 - Alium Hominem
1 • 1 - Floating Dance
1 • 2 - Blue Flower
1 • 3 - Him & I
1 • 4 - It's So Hard To Be Romantis
1 • 5 - Jealous
1 • 6 - The Night In The Pouli Clan
• HUÁNG : The Royal Elite •

0 • 6 - Control

292 38 4
By scorpioels

| Author By scorpioels
Edit By scorpioels
Copyright ©scorpioels |

• •
• • •








Angin berhembus kencang, langit berwarna biru gelap, dia berdiri seorang di tengah lahan hijau yang mengisi hampir seluruh tanah. Dia tetap diam dan berdiri. Dalam sepersekian detik tempat itu berubah menjadi tempat yang indah. Tempat di mana pohon besar melebihi tubuhnya dengan dedaunan berwarna biru, lalu sebuah batu bercahaya berada di batang pohon. Batu bercahaya itu seperti mengalirkan cahaya yang membentuk aliran air yang mengalir untuk membuat pohon itu hidup. Di sekitar pohon itu adalah air biru yang jernih seperti kaca. Merefleksikan langit yang di penuhi awan. Lalu di sekitar pohon itu adalah tumbuhan dan bangunan setengah jadi, lalu beberapa makhluk bersayap berkeliling di antaranya, tempat bak surga yang dia tidak yakin berapa luas tempat ini. Dan detik kemudian dia berpindah tempat lagi. Tempat yang membuat dirinya gemetar ketakutan. Tempat di mana semua adalah hitam dan gelap.

Kabut hitam mengelilingi tempat itu dan suara gemuru dari ujung lorong membuatnya ketakutan. Kakinya tidak sanggup untuk bergerak namun matanya tetap memperhatikan apa yang ada di ujung.

Tidak ada yang keluar, hanya kabut hitam yang seakan mencoba menggapainya.

Kabut yang berubah menjadi bayangan hitam sebuah tangan panjang merambat di antara dinding, membuat dirinya semakin ketakutan. Tangan-tangan itu ingin menggapainya. Dan, semua tangan itu tiba-tiba berhenti menggapainya saat ia merintih kesakitan sampai membuatnya bertumpu pada kedua lutut yang langsung menghantam lantai.

Piyama yang dia kenakan, dia sibak bagian leher karena rasa sakit pada leher dan bahunya. Tanda pada lehernya bercahaya keemasan dengan warna biru mengelilinginya.


"Kau! Kami tidak sudih harus tunduk padamu. Pergi! Jangan kembali"

Ketika dirinya melihat kembali bayang hitam dengan suara besar menggema, cahaya memantul dari matanya. Mata yang mencerminkan batu bulan -moonstone-. Dia memejamkan mata karena cahaya masuk ke dalam matanya. Dan ketika dirinya membuka mata. Dia tidak lagi berada di tempat menyeramkan tadi. Melainkam tempat yang membuat dirinya hidup.

Dia melihat dua wanita dengan gaun yang cantik tengah berdiri di dua sisi serigala besar berwarna putih dengan mata putih. Di dahi serigala itu membentuk sebuah tanda seperti bulan. Serigala itu bangkit dari tidurnya, dan menegakkan tubuhnya untuk menatapnya. Tidak ada pergerakan apapun dari mereka.

"Selamat datang Elysian"

Dan, dia tahu wanita yang terlihat kejam di sebelah kiri serigala putih itu. "Esmeray."

Elysian menatap ketiganya dalam diam dan kebingungan. Namun, wanita dengan gaun biru berumbrai yang cantik tersenyum padanya.

"Kita akan bertemu kembali Elysian, kembalilah."

Kembali? Kembali kemana? Dia bahkan tidak tahu dirinya ada di mana. Elysian melihat kaki serigala putih itu, menggesek tanah yang dia pijak sebanyak dua kali. Dan saat itu yang Elysian lihat adalah kegelapan.

Elysian terbangun tepat saat pagi tiba. Dia terbangun dengan mimpi berbeda dari biasanya. Kali ini mimpi itu terasa sangat nyata, bahkan dia bisa merasakan kakinya menginjak rerumputan di gurun tadi. Bahkan Elysian masih ingat wajah-wajah yang dia temui namun yang Elysian rasa, dia tidak akan mengingat saat dirinya berada di lorong gelap itu. Dia, tidak mau mengingatnya.

Nafasnya baru saja normal kembali, maka dia bangun dari tidurnya karena dia harus pergi ke kampus. Ini sudah lima hari semenjak saat itu. Saat di mana, Luca datang dengan lantang mengatakan bahwa dia akan menikahinya. Lucu pikirnya.

Hari ini tidak ada bibi Fela karena dia pergi untuk mengunjungi suaminya yang sakit. Elysian merasa berat untuk pergi ke kampus, tetapi ini kewajiban. Setelah hampir 20 menit dia bersiap, akhirnya dia pun berangkat juga.

Sampai pada kampus pun Elysian masih bertanya-tanya, ada satu gadis yang sangat menjengkelkan untuknya. Dia sering merusuh untuk mengganggu dirinya. Namanya, Sesalina, gadis itu sangat menjengkelkan untuk Elysian. Tapi akhir-akhir ini dia sudah terbiasa dengan sikap Sesalina yang bisa dibilang dia termasuk membuli dirinya. Dirasa jika ia meladeni sikap Sesalina akan membuat sebuah kepuasan untuk Sesalina, sebab itu Elysian memilih membiarkan gadis itu melakukan sesukanya.

Tetapi, Elysian rasa hari ini tidak akan sama seperti hari sebelumnya yang mana hanya Sesalina yang akan berula. Kali ini adalah segerombolan mahasiswa dan mahasiswi, beberapa dari mereka menghadangnya dan sisanya mengelilinginya bak tontonan di tengah panggung.

Elysian merasa tidak nyaman dengan kondisi kali ini.

"Akhirnya kami bisa menikmati hari ini tanpa gangguan gadis sangar itu." ujar gadis di depannya.

"Bagaimana bila hari ini, kita semua yang menggantikannya." seringai penuh kejahatan terukir di bibir gadis sebelah kiri depannya.

Gadis sebelah kanan dengan kasar mencengkram kedua pipi Elysian kuat. Kuku panjang nya dia rasa meninggalkan bekas pada pipinya. Orang yang di belakangnya mengunci kedua tangannya. Dia berusaha melepaskan diri dari kumpulan orang gila ini. Yang lainnya mengambil tasnya dan mengobrak abrik nya berceceran di lantai. Gadis yang mencengkram pipinya kini mulai menggambar sesuatu di wajahnya dengan lipstik merah. Beberapa lagi melumuri kepalanya dengan tepung sampai menutupi wajahnya. Baju hanya tinggal kemeja yang tertinggal, rambut sudah tidak tertata lagi. Elysian hanya bisa mengepalkan tangan di balik kuncian dari dua orang di belakangnya. Semua orang tertawa nyaring tatkala melihat wajah acak-acakan Elysian.

Semua orang menjauh dari Elysian, dan seketika itu juga air berwarna merah dengan bau amis kas sekali air bekas pel lantai yang kini sudah membasahi seluruh tubuh Elysian. Semua orang tertawa terbahak-bahak seakan-akan Elysian adalah badut yang tengah ber atraksi. Dia tidak mengeluarkan air mata karena buli ini, tidak akan. Karena dengan begitu mereka akan terpuaskan egonya.

Tawa mereka menghilang saat teriakan nyaring membuat mereka bungkam. "Apa yang kalian lakukan!!!."

Sesalina datang dengan pria yang terlihat lebih tua dengan dua ajudan berada di belakang mereka. Elysian tidak berani untuk mengangkat kepalanya. Sesalina berlari menghampiri Elysian yang menunduk. Dia memegang bahu Elysian tanpa rasa jijik, mata sejernih kaca dengan warna amber membuat Elysian menatap cukup lama. Tatapan khawatir yang di tunjukkan untuknya membuat Elysian kebingungan. Apa maunya gadis ini? Yang bahkan dia mengumumkan bahwa dia adalah musuhnya.

"Kalian! Apa yang kalian lakukan padanya? Apa yang aku katakan waktu itu kurang jelas?! Tidak ada yang boleh mengganggu Elysian Lucelence selain AKU!." Elysian terjengit mendengar lengkingan suara Sesalina.

Pria yang terlihat tua itu mendekat. Jiwa Alpha nya menguar dengan aroma tubuh yang sangat kental berwibawa. "Na, tenang." katanya.

Sesalina menatap sengit pria itu, "Ayah! Mereka membully mahasiswa mu di depan matamu sendiri!." amarahnya menggebu-gebu. Elysian membelalakan matanya karena pria tua itu adalah ayah dari Sesalina sekaligus rektor kampus.

"Ayah tahu, kali ini ayah akan membantumu. Semua yang ada di sini, baik yang ikut membully, merekam kejadian, dan yang menonton. MASUK AULA SEMUANYA!." tidak ada yang berani membantah atau menyela. Ini termasuk reputasi mereka sebagai mahasiswa bisa terancam apabila membangkang. Semua yang terlibat mulai pergi ke aula memenuhi tuntutan sang rektor.

"Kau bawa temanmu ke uks untuk bebersih, setelah itu temui ayah di kantor."

Sesalina mengangguk mengerti. Dia membawa Elysian pergi ke uks untuk bebersih. Di sana sudah ada kamar mandi khusus uks. Sesalina menyiapkan pakaian baru. Seraya menunggu Elysian dia bermain ponsel.

Selang beberapa menit Elysian datang dengan pakaian baru. Dia melirik Sesalina yang tengah ber konsentrasi pada ponselnya.

"Terima kasih" ucap Elysian tulus. "hmm." itulah jawaban Sesalina.

"Sesalina, kenapa kau mau menolongku?," Elysian malas berpikir maka itu dia lebih baik langsung bertanya. "Aku tidak punya alasan." jawab Sesalina begitu saja. Elysian merotasikan mata jengah.

"Ya sesukamu saja. Tapi, aku sungguh berterima kasih padamu hari ini." Elysian menatap Sesalina yang juga menatapnya. Sesalina menghela napas, lalu mengambil tas di atas meja.

"Elysian, jangan berterima kasih pada orang sepertiku, yang bahkan tidak tahu apa maunya." Elysian menatap bingung pada punggung Sesalina yang mulai tidak terlihat dari matanya.

Dia juga tidak mengerti maksud dari ucapan gadis itu. Elysian masih berdiri di sana cukup lama. Pandangannya beralih pada luar kaca yang terbuka. Hela'an napas yang terasa berat bahkan pundaknya terasa memiliki beban berton-ton.

"Ayah"

Pria yang masih nampak segar melihat ke arah pintu yang menampilkan putri semata wayang nya. "Kemari."

Sesalina masuk begitu saja dan berdiri di hadapan sang ayah. "Bagaimana temanmu?," tanyanya.

"Dia bukan temanku" jawab ketus Sesalina. Sang ayah tertawa kecil Mikhailow Khan.

"Kau membelanya di depan banyak orang apa itu tidak termasuk?"

"Ayah" gerutu Sesalina pada sang ayah. "Ya baiklah dia bukan temanmu. Kalau begitu bagaimana yang ayah tanyakan padamu tadi?."

"Dia baik-baik saja, aku menyuruhnya mengganti pakaian yang ada di ruang kesehatan." jelas Sesalina.

"Dia dari keluarga Lucelence?". Sesalina mengangguk. "Seingat ayah, keluarga Lucelence adalah keluarga terpandang, kenapa dia sampai harus dibuly seperti tadi?"

"Tidak banyak yang tahu asal usul Elysian, ayah. Dia juga sangat tertutup soal identitas keluarganya." jawab Sesalina. Tn. Khan mengangguk mengerti.

"Mereka yang terlibat sudah ayah urus, kau bisa kembali ke kelasmu." Sesalina mengangguk, dia pergi meninggalkan ayahnya yang kembali fokus pada pekerjaan awalnya.

Pada jam makan siang kampus di gemparkan dengan sebuah berita. Semua mahasiswa bergerombol untuk sekadar menggosip tentang berita yang beredar dengan sangat cepat itu. Elysian berjalan di sepanjang lorong merasa terheran dengan semua orang. Dan kebetulan juga Sesalina berjalan berlawanan arah dengannya. Elysian dengan sigap mencegat gadis itu.

Sesalina yang tadinya fokus pada telefon di telinga teralih untuk melihat Elysian menghadang jalannya. "Kau mau apa?."

"Kenapa mereka berisik?"

"Kau tidak tahu?"

"Tahu apa?." Sesalina menfarahkan semua fokus nya pada Elysian.

"Crown Prince akan menikah dua hari lagi." kata Sesalina.

"Kenapa dengan wajahmu" heran Elysian melihat wajah murung Sesalina. "Crown Prince akan menikah, Elysian!." jelas nya lagi.

"Ya kalau dia mau menikah memang kenapa? Apa hubungannya denganmu." kesal Elysian.

"Wah, sepertinya otakmu harus dicuci."

"Kenapa juga otakku harus dicuci?." Protes Elysian. Sesalina merotasikan matanya malas dia memilih meninggalkan Elysian. Elysian yang merasa belum mendapatkan jawaban dari Sesalina menghalangi jalan gadis itu. "Tunggu dulu, kau masih belum menjawab pertanyaan ku."

"Apalagi yang perlu dijawab, kau bisa buka berita yang beredar. Kenapa juga harus bertanya padaku bocah!"

"Aku bukan bocah!."

"Terserah dirimu. " Dengan begitu Sesalina meninggalkan Elysian sendiri. Anak itu mengerucutkan bibirnya kesal karena jawaban Sesalina. Padahal tadi dia masih baik padanya. Memang benar hati seseorang dapat dengan cepat beruba-uba.

Elysian meninggalkan lorong kampus dan tidak lagi memperdulikan suara-suara berisik di sekitarnya. Saat dirinya sudah berada di area lapangan dekat dengan gerbang kampus berniat untuk pulang, seorang pria berjas hitam mendekati dirinya.

"Tn. Lucelence, anda sudah ditunggu oleh Your Lord, silakan." Kata pria itu.

"Lord? "

"Benar, your lord telah menunggu anda di dalam mobil." Pria itu membuka pintu belakang mobil. Mau tidak mau Elysian harus ikut, karena dia punya segudang pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada pria Alpha itu.

Ketika dirinya masuk kedalam mobil aroma kayu manis bercampur woods segar menginvasi setiap ruang didalam mobil. Elysian yang baru saja duduk melirik lalu menoleh seutuhnya ke kanan sampingnya. Pria dengan setelan jas rapi, rambut kelemis, dan tampan yang kini terfokus pada sebuah majalah.

"Jalan". Titahnya, dan sang supir menuruti begitu saja. Elysian lantas membulatkan matanya.

" K-kita mau kemana?." Tanyanya.

"Yang pasti aku tidak akan menculik mu." Luca menjawab dengan malas. Elysian merasa pria di hadapannya akan sangat membosankan.

"Lagi pula kalau kau mau menculik ku sangat amat tidak ada untungnya yang ada kau akan rugi. Pertama, aku sangat suka makan. Ke dua aku ini pemalas dan ke tiga daging ku ini sangat tidak enak, kau tau karena apa? Aku jarang sekali olahraga. Jadi, ku sarankan kau turunkan saja aku disini." Elysian tertawa sumbang. Sedangkan Luca menatapnya tanpa minat.

"Cerewet" Gumamnya.

"Apa? Kau mengatakan sesuatu?"

"Diamlah, kau berisik"

"Cih pria membosankan." Gumam Elysian pelan. Dia bersendekap dan bersandar. Dia tidak mau lagi berbicara dengan Luca.

Mobil melaju dengan kecepatan normal menuju sebuah gedung tinggi menjulang menebus langit. Elysian terpukau dengan gedung-gedung yang menjulang tinggi. Mereka memasuki sebuah basement restoran. Elysian tidak sempat membaca papan nama restoran tersebut, dan mereka turun dari mobil.

Luca yang meninggalkan Elysian begitu saja tanpa sepatakatapun membuat Elysian mengikuti nya dengan kaki terjerembet oleh kakinya sendiri.

"Tunggu, kau yang berniat mengajakku kesini harusnya menungguku." Omel Elysian yang tidak digubris Luca. Selisih tinggi mereka yang sangat jauh membuat Elysian merasa kerdil di samping seorang putra mahkota negeri Aëroulus. Luca berhenti berjalan dan kini berbalik menatap Elysian. Keduanya saling menatap di depan lift menuju lantai satu. Kedua mata yang sebelumnya bahkan tidak ingin saling menatap, jangankan menatap, saling bertemu saja terasa enggan. Namun kini, tiada hujan dan angin seorang Luca Eanstancastelo D'quintimight, telah melakukannya.

Tangan yang berada dibelakang tubuhnya membentuk sebuah formasi mantra sederhana dengan menyisakan dua jari. jari tengah dan telunjuk. Kedua jari itu mengeluarkan sihir untuk membungkam mulut Elysian.

Elysian membulatkan matanya tidak percaya. Dia mencoba mengeluarkan suara, mengeluarkan protes pada tindakan Luca padanya.

Tak!

"Semakin kau berisik, akan ku buat kau bisu selamanya."

Elysian mengelus dahinya. Sudut bibir Luca tertarik tipis membentuk senyum saat melihat wajah Elysian. Elysian tidak dapat melihat senyum itu karena Luca sudah berbalik terlebih dahulu. Melihat kepergian Luca membuat Elysian menyusulnya secepat mungkin untuk mengikuti langkah lebar pria tinggi itu.

•-•

Gelas cantik, piring cantik, semuanya tertata cantik. Elysian sempat takut bahwa dia tidak bisa memakan makanannya. Dia bahkan beberapa kali melirik Luca yang hanya menatapnya datar. Wajahnya yang seakan tidak bersahabat dan kaku itu membuat Elysian lebih memilih melihat menu makanan.

"Mau sampai kapan kau memilih menu?"

Elysian membanting buku menu di atas meja sebagai tanda protes. Dia menunjuk mulutnya lalu membuka mulutnya seperti ikan. Luca menghela napas lalu dia mengulurkan kedua jarinya, menggunakan sihirnya untuk mengembalikan suara Elysian.

"A a a, ekhm." Elysian bernapas legah saat suaranya sudah kembali. Dia menatap Luca dengan tatapan curiga dan penuh dengan mata ingin tahu.

'Jika aku bertanya padanya, bagaimana dia bisa memiliki sihir? Apa dia tidak curiga siapa aku?' pikir Elysian. Pada akhirnya Elysian memilih menelan kembali pertanyaan itu.

"Aku pesan ini, ini, ini, ini dan ini. Oh ini juga." Elysian tersenyum manis pada sang waiters yang menanggapi dengan ramah juga.

Elysian beralih menatap Luca yang terus menatanya tanpa henti. "Apa? Itu adalah sebagai penebusan karena kau telah membuatku tidak bisa bicara."

"Dari nada bicaramu sepertinya kau mau ku buat bisu lagi."

"Aaa, tidak. Tidak, oke. Aku akan diam."Elysian dengan panik menggelengkan kepalanya.

Luca menghela napas, dia membenarkan duduknya yang semula dia bersandar dan hanya menatap tingkah laku Elysian yang terbilang tidak ada tata krama nya sama sekali.

"Elysian, aku membawamu kemari, apa kau tahu alasannya?"

Elysian menggeleng, karena dia memang tidak tahu apa tujuan Alpha didepannya ini. "Baik, dengarkan dengan baik dan aku tidak akan mengulangi ucapanku kembali."

Elysian mengangguk kamu, sepertinya dia tidak bisa bercanda lagi. "Kita akan menikah dua hari lagi. Semua keperluamu sudah aku kirim ke penthouse mu. Kau akan di jemput oleh asisstenku dua hari lagi. Dan ini bukan sebuah lelucon." Kata Luca tanpa ada beban.

"Dua hari?"

"Ya, dua hari lagi, dan kau akan tinggal di mansion keluarga Eanstancastelo."

Elysian tidak ingin percaya pada pria ini. Tetapi melihat raut wajah serius Alpha nya membuat Elysian urung untuk mengajukan protes. Dan sepertinya Elysian harus menyiapkan mentalnya untuk dua hari lagi.

n: typo your correct (˵ ͡° ͜ʖ ͡°˵)

And, see you again love (◍•ᴗ•◍)

Continue Reading

You'll Also Like

563 60 12
Di tahun 2210, ancaman manusia dalam memulai hidup lagi di planet 'orang' merupakan sebuah perjuangan keras. Seorang pejuang yang tengah melawan musu...
94.3K 10.6K 21
Jeon Jungkook adalah seorang Mahasiswa tingkat awal yg sangat pendiam dan menakutkan, di sekitarnya hanya di liputi aura hitam dan Negatif, ia juga s...
98.5K 9.7K 26
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
1.4M 81.7K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...