After Meet You

By Lin_iin03

1.1K 216 85

Versi full dari cerita After Meet You dari akun Lin_iin ya🙃😙 Penasaran? Langsung baca yuk More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas

Empat Belas

47 10 2
By Lin_iin03



*

*

*

*





Julia menunggu pintu unit apartemen Dewangga terbuka dengan perasaan harap-harap cemas. Ia tidak dapat menahan ringisan bersalahnya, kala pintu itu terbuka, dan langsung disambut dengan wajah pucat pria itu. Perasaan bersalah kian menghantam dirinya.

"Astaga, ya ampun!" ucap Julia spontan.

Dewangga masih mencoba memaksakan senyumnya, walau terkesan dipaksakan.

"Hai, sorry, ya buat piring kamu belum sempet saya cuci. Besok deh saya balikin."

"Si anjir, malah mikirin piring. Enggak, gue ke sini bukan buat nagih piring, tapi mau lihat kondisi lo."

"Oh, saya baik-baik saja."

Julia melotot tidak percaya. Wajah Dewangga jelas-jelas mengatakan yang sebaliknya, tapi kenapa pria itu masih dengan santainya bilang kalau dirinya sedang baik-baik saja?

"Lo sakit gara-gara gue, ya?"

Dewangga menggeleng. "Bukan. Karena saya tidak kuat makan pedas."

"Lo bego, ya?" tanya Julia spontan. Perempuan itu berdecak tidak percaya sambil geleng-geleng kepala. Tanpa rasa malu, sungkan, atau menunggu dipersilahkan masuk, gadis itu mendorong tubuh pria itu pelan agar masuk kembali ke dalam unit.

"Harusnya kalau lo nggak kuat pedes, jangan dimakan dong, Ngga."

"Salah, ya, kalau saya berusaha menghargai masakan kamu?"

Julia berdecak kesal. "Ya jelas enggak lah, tapi cara lo nggak bisa gue bilang bener, Ngga. Nggak seharusnya lo melakukan ini, karena efeknya ke lo sendiri. Lo jadi sakit begini. Sekarang gimana kondisi lo? Lo perlu ke dokter nggak sih?"

Dewangga menggeleng. "Tadi saya sudah diperiksa kok, udah nggak bolak-balik kamar mandi juga. Tinggal lemesnya dikit." Pria itu bermaksud pergi meninggalkan Julia, namun, dengan cepat ditahan wanita itu.

"Mau ke mana lo?"

"Ambil minum buat kamu."

"Enggak usah, gue nggak haus. Ke sini juga bukan buat minta minum. Duduk lo sekarang!" Julia kemudian membimbing Dewangga agar segera duduk di sofa. Pria itu menurut dengan patuh bak anak anjing yang pintar, "lo udah makan?"

"Belum. Tadi masih mau order tiba-tiba kamu pencet bell."

"Gue bikinin bubur mau nggak lo?" tawar Julia.

Bukannya langsung menjawab, Dewangga malah tersenyum. "Apa tidak merepotkan?" Lalu balik bertanya.

Julia berdecak kesal saat merespon pertanyaan pria itu. Ia kemudian langsung berdiri dan bergegas mencari keberadaan dapur Dewangga. Meski unit mereka berada di lantai yang sama, ternyata fasilitas sekaligus luas ruangan mereka berbeda. Julia agak kaget melihatnya, semua barang-barang dan desain interior unit Dewangga benar-benar mewah dan juga kuat akan kesan manly-nya. Benar-benar cukup membuat Julia berpikir kalau mereka tidak tinggal di gedung yang sama.

"Butuh bantuan?" tawar Dewangga tiba-tiba menyusul Julia ke dapur.

Mungkin pria itu sedikit khawatir kalau perempuan itu akan mengacak-acak dapurnya. Setidaknya itu lah yang Julia pikirkan. Meski kenyataannya pria itu sama sekali tidak punya pikiran seperti itu.

"Boleh." Julia mengangguk tanpa ragu.

Dewangga langsung tersenyum senang. "Gue bisa bantu apa?" tanyanya ramah.

Berbanding balik dengan Julia yang kini malah menatapnya tajam. "Bisa lo menyingkir dari hadapan gue?"

"Jahat banget sih kamu?" gerutu Dewangga dengan bibir manyun.

Sejujurnya, sikap pria itu sedikit menggemaskan menurut Julia. Tapi tetap saja ia masih kesal dengan kebodohan pria itu, yang menurutnya sama sekali tidak dewasa.

"Biarin, abis lo bego," balas Julia ngegas.

"Saya minta maaf," sesal Dewangga serius.

Namun, Julia terlihat seolah tidak peduli.

"Saya tidak dimaafkan?" tanya Dewangga dengan ekspresi tidak percayanya.

"Nanti kalau lo udah sembuh baru gue maafin."

"Berarti nunggu besok?"

Julia mengangkat kedua bahunya secara bersamaan. "Mungkin, bisa jadi."

Dewangga hanya tersenyum tipis saat mendengar jawaban Julia. Pria itu juga tidak membalas untuk merespon gadis itu. Bahkan Dewangga langsung pergi meninggalkan dapur begitu saja tanpa pamitan, dan berjalan menuju ruang tamu. Setelah sampai di sana, pria itu memutuskan untuk berbaring di sofa. Sedikit mengistirahatkan tubuhnya yang seharian ini lelah bukan main, hanya karena bolak-balik ke kamar mandi.

Awalnya, ia sama sekali tidak berniat tidur. Namun, ternyata ia langsung terlelap beberapa detik setelah pria itu merebahkan tubuhnya di atas sofa. Julia sampai harus repot-repot membangunkan pria itu.

"Angga, Ngga, bangun," bisik Julia.

Hening. Tidak ada respon.

Julia berdecak kesal lalu mendekat ke arah pria itu, berjongkok di sebelah Dewangga lalu menoel-noel gemas pipi pria itu.

"Angga, bangun!" bisiknya pelan.

Kali ini Julia berhasil. Dewangga menggeliat lalu pelan-pelan mulai membuka mata.

"Buburnya udah siap, makan gih, ntar keburu dingin."

Bukannya segera bangun dan makan sesuai perintah Julia, Dewangga malah senyum-senyum tidak jelas, seperti orang gila, sambil menatap wajah polos gadis itu. Meski tanpa polesan make up sama sekali, menurut Dewangga, Julia benar-benar cantik dan juga manis. Meski terkadang sedikit galak, tapi menurutnya gadis itu yang terbaik.

Risih dipandangi terus-terusan, Julia langsung menyentil dahi Dewangga cukup keras. Terbukti sentilannya langsung membuyarkan lamunannya. Bahkan pria itu mengaduh kesakitan dengan suara agak tinggi.

"Kenapa disentil?" protes Dewangga tidak terima.

"Ya, biar lo bangun dari dunia mimpi lo. Ayo, buruan makan bubur, nanti keburu dingin. Abis itu minum obat, terus istirahat!"

"Kamu sadis sekali."

"Biar lo cepet sadar."

"Sadar dalam artian?"

Julia berdecak kesal. "Buruan makan!" perintahnya galak.

"Kamu sudah punya pacar belum sih, Julia?"

"Mabok ini orang? Ngapain lo nanyain hal privasi begini?"

"Jawab saja," balas Dewangga sebelum kembali menyuap bubur buatan Julia.

"Kalau gue nggak mau jawab? Lo mau apa?"

Dewangga menoleh. "Kamu maunya saya gimana?"

"Lah, ngapa lo malah balik nanya? Udah buruan makan, gue juga pengen cepet pulang terus tidur."

"Saya mau deketin kamu."

"Enggak usah gila!"

"Saya tidak peduli."

"Serah lo."

Dewangga mengangguk setuju dengan ekspresi puasnya. "Oke, saya anggap kamu setuju."

Julia berdecak kesal. "Ya, lo nggak bisa bikin asumsi sendiri gitu lah, Ngga, gue lagi nggak tertarik buat menjalin hubungan sama lawan jenis."

"Maksudnya kamu sedang tertarik menjalin hubungan sesama jenis gitu?" tanya Dewangga dengan wajah polosnya.

Mulut Julia reflek menganga lebar. Dengan emosi ia langsung mengambil bantal sofa yang ada di sebelahnya, lalu memukul pria itu. "Ya, enggak gitu juga maksud gue, anjir. Kenapa lo sampai mikir ke arah sana?"

"Ya, siapa tahu kan? Kamu tertarik seperti yang sedang tren itu? Kan saya nggak tahu, saya juga hanya bertanya, kenapa kamu sewot sekali?"

"Ya, jelas lah gue sewot. Gue masih suka cogan, nggak doyan sama cecan, tapi bisa-bisanya lo nanya gitu."

"Cogan itu apa?"

"Cowok ganteng, anjrit. Masa nggak tahu?"

Dewangga menggeleng polos lalu kembali menyuap bubur. "Kalau cecan apaan?"

"Cewek cantik."

"Oh." Dewangga manggut-manggut paham, "berarti saya cogan kamu cecan?"

"Dih, apaan?"

"Saya ganteng, kamu cantik."

Spontan Julia langsung terbahak. "Dih, kepedean banget lo?"

Setelah mengabiskan buburnya, Dewangga langsung menegak air mineral. Baru setelahnya ia minum obat.

"Katanya percaya diri itu adalah modal utama untuk mendekati perempuan," balasnya setelah obat yang dia minum tertelan sempurna.

"Gede juga ya nyali lo, padahal keliatannya lo nggak gitu."

"Jadi mau atau tidak?"

Bukannya menjawab, Julia malah berdiri sambil membawa mangkok dan gelas kotor bekas Dewangga. Tanpa mengeluarkan suara, ia langsung bergegas menuju dapur untuk mencucinya. Menurutnya ini adalah salah satu bukti untuk menebus kesalahannya tadi pagi. Ia sungkan karena sudah membuat pria itu sakit karena masakannya.

"Kenapa saya diacuhkan?"

"Soalnya pertanyaan lo nggak penting," balas Julia sambil mencuci piring.

"Jadi perasaan saya nggak penting?"

Julia mematikan kran, mengembalikan mangkok dan juga gelas ke tempat semula, lalu mengeringkan kedua tangannya, baru setelah itu dia berbalik dan menatap Dewangga serius.

"Seenggaknya bagi gue, nggak sepenting itu."

Ekspresi kecewa terlihat jelas pada wajah pria itu.

"Gue beneran nggak lagi tertarik buat jalin hubungan, Ngga. Jadi kalau lo serius nyari, jangan sama gue. Karena gue lagi nggak tertarik."

"Kenapa? Apa kamu pernah dikecewakan?"

"Ya."

"Ini nggak adil buat saya dong, Julia. Yang mengecewakan mereka tapi kenapa yang kena imbas saya?"

"Karena lo dateng setelah mereka." Julia masih mencoba memamerkan senyumnya dan bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa lalu pamit pulang, "cabut duluan ya, gue. Kalau butuh apa-apa jangan sungkan ketuk pintu gue. Gue bakal usahain bantu lo selagi bisa gue bantu."

Tanpa membiarkan Dewangga membalas, Julia langsung pergi meninggalkan unit apartemen pria itu.



To be continue,

Sorry kdynagi278 semalem gue ketiduran abis mewek🤣🤣🤣 trs baru sempet nyelesaiin bab pendek ini, ini pun juga masih gue sambi molor. Tapi seenggaknya gue udah up yee menepati janji gue meski pendek sih😢 but, semangat buat lo ya💙🥰

Luv,

Bucinnya Tawan 🌻

Continue Reading

You'll Also Like

317K 34.5K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...
77.7K 7.5K 31
Supaporn Faye Malisorn adalah CEO dan pendiri dari Malisorn Corporation yang memiliki Istri bernama Yoko Apasra Lertprasert seorang Aktris ternama di...
198K 4.7K 19
Warn: boypussy frontal words 18+ "Mau kuajari caranya masturbasi?"
72.3K 10.2K 36
Jake, dia adalah seorang profesional player mendadak melemah ketika mengetahui jika dirinya adalah seorang omega. Demi membuatnya bangkit, Jake harus...