A Frozen Flower [ Terbit ]

By Yn1712

3.3M 270K 42.9K

• Obsession Series • [ SELAMAT MEMBACA ] Menggantikan saudari kembarnya untuk menjadi pengantin wanita dari s... More

Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
36
37
38
39
40
41
42 ( END )
Ext Chp I
Ext Chp II
Ext Chp III
Info Skuel
Info terbit
Info PO - vote cover
Open PO

35

65.5K 5.3K 1.6K
By Yn1712

A Frozen Flower
Sekuntum bunga yang beku
🥀

2k vote - 1,4k komen for the next chapter•

"Mmmh—,"

"Arghhhh!!" Alzion mengerang mendapat ledakan pelepasan di malam itu. Keringat-keringat yang merembes seksi di pelipisnya adalah bukti bahwa ia telah bekerja keras untuk membagi kepuasan pada istri cantiknya itu.

Kepalanya mendongak dengan mata memejam kenikmatan. Deru nafasnya yang berat dan terputus-putus membakar gelombang liar di ruangan temaram itu. Alzion membasahi bibirnya dan menggigit lidahnya. Sungguh, ini nikmat tiada tara.

Dibawahnya ada Launa yang tak kalah kacau, terengap perempuan itu memburu udara. Rambutnya yang tergerai berserakan menutupi bantal, beberapa helai ikut liar menutupi wajahnya.

Alzion menunduk. "Sekali lagi ya sayang?"

Launa menggeleng pelan dengan wajahnya yang memerah panas, gelombang tadi saja masih belum sepenuhnya hilang. Bagian intinya masih meledak-meledak merasakan sensasi panas dan begetar yang baru saja ia rasakan. "Aku lelah Zion," sahut Launa nyaris menangis.

Hal itu membuat Alzion mendesah pelan, ia menjatuhkan tubuhnya di sisi Launa dengan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher istrinya itu. "Tapi aku mau lagi..."

Launa tetap menggeleng. Ia tidak sanggup melayani pria itu lebih jauh lagi. Tubuhnya benar-benar lelah, tenaganya seakan terkuras habis semua.

Mengingat kejadian beberapa waktu lalu, dimana Alzion membohonginya sampai keduanya berakhir diranjang membuat tangis Launa akhirnya keluar juga. Tak tahan wanita itu menanggung kesal dan sedih bersamaan. Ia menutup menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Alzion sangat menyebalkan.

"Launa, kenapa menangis, hm?" Tanya Alzion mencoba menarik tangan Launa dari wajahnya. Mendengar suara tangis Launa, kontan Alzion menatap ke arah istrinya itu. Pria itu panik dibuatnya.

"Iya aku minta maaf, aku berjanji tidak akan bermain kacau seperti tadi," ucapnya merayu Launa agar berhenti menangis. Apakah Launa menangis karena ia terlalu bengis barusan? Astaga, sial. Alzion merutuki dirinya.

Ingatannya kembali pada waktu dimana dulu dirinya pernah memaksa Launa untuk melayaninya. Dan berakhir dengan perempuan itu yang selalu menangis seusai mereka bercinta.

"Aku salah sayang. Aku terlalu merindukan percintaan kita hingga kehilangan kontrolku, maafkan aku, Launa."

"Zion bohong!" Ucap Launa kesal, bersamaan dengan isakan tangisnya.

Alzion terdiam sejenak, mencari arah maksud ucapan istrinya itu. Hingga beberapa detik setelahnya pria itu akhirnya mengerti. Ia meringis pelan dengan mengusap tengkuknya yang tak gatal saat mengetahui alasan istrinya menangis.

"Zion bohong!" Lagi, Launa mengatakan itu sebagai bentuk protesnya.

"Aku tidak berbohong, sayang. Aku memang punya naga, dan kau sudah melihatnya tadi. Privat dragon. And only you can touch and see it."

"Bukan naga yang itu!"

Alzion terkekeh gemas. "Ini juga naga Launa. Tapi naga milikku sensitif sayang, sentuhanmu membuatnya bangun dan kalap mencari kandangnya," bisik Alzion membuat pipi Launa semakin terbakar marah dan malu bersamaan.

"Zion!" Sentak Launa membuka tangannya dan menatap kesal ke arah pria itu. Wajahnya memberengut pertanda ia benar-benar tidak menyukai tindakan Alzion yang menjebaknya hingga sampai di ranjang. "Jangan gitu lagi Lau nggak suka."

Alzion tertawa melihat ekspresi Launa, pria itu membawa tubuh polos istri cantiknya itu ke dalam pelukan. Ia mengecup pipi Launa berkali-kali. Gemas bukan main. Rasanya, Alzion ingin meretakan tulang-tulang Launa saking gemasnya.

"But I like it, my Love." Alzion berbisik pelan, dengan sedikit meniup telinga Launa merayunya. "I'm addicted to your body, your voice, your smile, and everything about you." Launa menelan saliva, saat bagian leher sampai telinganya terasa hembusan nafas pria itu. Amat panas gelora yang dihantarkan. Membuat Launa menggelinjang kegelian.

Tangan Alzion yang nakal merangkak naik tak mau diam, pria itu mengelus bagian leher Launa yang tadi nampak bergerak saat perempuan itu menelan saliva. "Gerakannnya sangat indah, bahkan saat kau menelan ludahmu berhasil membuatku jatuh cinta lagi."

Launa memejam sejenak, lalu menoleh arah pria itu membuat hidung mereka langsung bersentuhan. Jarak mereka begitu intim. Bahkan, lekukan tubuh Launa sangat terasa dalam pelukan pria itu.

"Aku mau peluk Klazo."

Sentuhan Alzion pada punggung Launa terhenti sejenak, bola matanya menggulir menatap lurus mata indah istrinya itu. "Kan sudah melihat naga, sayang," sahutnya.

"Tapi mau Klazo.."

Alzion membasahi bibirnya, lalu mengecup bibir Launa, menempelkannya lama dan melepasnya lagi. "Kalau begitu, kau akan melihatku membunuhnya dengan gergaji. Bola matanya aku cabut paksa, dan kakinya aku lemparkan ke kandang buaya."

"Kau sudah berjanji untuk berubah Alzion," ucap Launa mengingatkan. Ia menatap pria itu serius, namun Alzion malah menarik seringai tipisnya begitu tenang.

"Aku memang berjanji untuk berubah. Tapi tidak berjanji untuk berhenti membunuh, bukan?"

Launa menghembuskan nafas pelan. "Terserah," sahutnya merajuk. Ia membalikan badannya pelan memunggungi Alzion. Tangannya masuk ke dalam selimut dan mengusap pelan-pelan perutnya yang membuncit itu.

Alzion tak menggubris kemarahan Launa. Pria itu memeluk Launa dari belakang dan mulai memejamkan matanya untuk tertidur. Sehabis bercinta, hormonnya merasa lebih rileks dan membuatnya lekas terlelap. Launa memang obat terbaiknya. "Good night, my Love."

*****

"Klazo, persiapkan dirimu untuk terbang ke Amerika selama satu bulan. Ada pekerjaan yang harus kau urus di sana," ucap Alzion membuat Klazo tercengang.

Klazo terdiam lama. Tidak mengerti saat pria itu menyuruhnya untuk perjalanan bisnis ke luar negeri sampai selama itu. "Maaf, Tuan. Mengenai proyek yang berlangsung di Amerika, sepertinya untuk peninjauan akhir cukup hanya dengan waktu satu minggu. Jadi satu bulan say—," ucapan Klazo terhenti saat Alzion menatapnya sengit.

"Kau mau dipecat?" Tanya pria itu sinis.

Klazo langsung menggeleng cepat mendengarnya. "Tidak, Tuan."

"Jangan membantahku kalau begitu. Kerjakan saja apa yang aku perintahkan."

"Baik, Tuan." Klazo mengangguk pasrah. Pria itu berbalik badan dan berjalan keluar ke arah pintu. Namun, suara Alzion kembali terdengar membuat langkahnya terhenti sejenak.

"Kau membuat moodku buruk, Klazo. Untuk bulan ini, gajimu kupotong 20%."

Klazo hanya bisa menghela nafas sabar. Pria itu melanjutkan langkahnya dan berlalu dari sana menelan bulat-bulat kekesalannya. Ia mengumpati Alzion saat jaraknya sudah menjauh dari ruang kerja tuannya.

"Ck. Bocah sialan!" Umpatnya kesal bukan main.

Hei. Klazo tak melakukan kesalahan apapun hari ini. Kenapa justru gajinya dipotong tiba-tiba dengan alasan membuat mood pria itu buruk? Sial. Sepertinya ia harus membawakan seorang psikiater untuk tuannya yang menyebalkan itu.

"Aku mendengarnya Klazo." Mata Klazo membulat mendengar suara Alzion dari earphone yang terpasang di telinganya. Tangannya terkepal, mengutuk dirinya sendiri yang lupa mematikan sambungan earphonenya sebelum mengumpat. "Gajimu kupotong menjadi 50%!"

Klazo mendengus. Sungguh, ini sdalah hari paling sial selama 35 tahun ia hidup di dunia.

******

Alzion membakar selembar surat yang ia temukan dalam lemari baju Launa. Selembar surat yang sudah lama ia cari-cari keberadaannya karena berhasil mengusik ketenangannya.

Surat milik Jeff, untuk Launanya.

Surat yang membuat Launa pulang terlambat, hingga ia harus tertidur di meja makan menunggu kepulangan Launa.

Surat yang membuat Launa pulang dengan mata yang sedikit memerah.

Alzion tahu, namun ia diam tak mau membahasnya dengan Launa. Karena ia akan langsung membakarnya saat ia menemukan kertas yang Launa sembunyikan mati-matian darinya.

"Bahkan setelah kematianmu pun, kau tetap membawa bencana untuk hubunganku dengan Launa," gumam Alzion, memandang lembaran kertas itu yang mulai habis terbakar api.

"Kau sudah memiliki firasat akan mati ya? sampai-sampai kau membuat surat untuk Launaku dan kau titipkan pada Artha, sebelum datang ke mansionku untuk menjadi dan pahlawan kesiangan yang berakhir mati ditanganku." Alzion tertawa pelan, mengingat kebodohan pria itu yang menghantarkan nyawanya sendiri kepadanya.

"Zion..." Alzion terkesiap mendengar suara Launa. Pria itu mengepalkan sisa-sisa pembakaran kertas itu, mematikan apinya dalam genggaman. Lalu membuang sisa kertas itu ke tong sampah, dan membalikan tubuhnya menatap ke arah Launa yang berjalan ke arahnya.

"Kau sedang apa?" Tanya Launa.

Alzion menggeleng. Pria itu menepuk-nepuk pahanya mengkode Launa untuk duduk di pangkuannya. "Aku sedang memikirkan nama-nama yang cocok untuk ketiga bayi kita," sahut Alzion tidak sepenuhnya bohong.

Mendengar itu, Launa berbinar antusias. Ia baru ingat bahwa dirinya belum mempersiapkan nama untuk ketiga anaknya yang akan lahir bulan beberapa bulan lagi. "Kau sudah mendapatkannya?"

Alzion terkekeh melihat wajah lucu istrinya itu. Ia menggeleng pelan sambil menyelipkan untaian rambut Launa ke belakang telinganya. "Belum, sayang. Bagaimana denganmu?"

Launa merosotkan bahunya dan ikut menggeleng. "Belum juga. Bagusnya apa, ya?" Ucap Launa balik bertanya.

Alzion hendak kembali menjawab, namun getaran ponselnya mampu membuat atensinya teralihkan. Ia meraih ponselnya lebih dulu dan melihat siapa yang menelponenya. "Sebentar ya sayang," ucap Alzion meminta izin, pria itu mengecup pipi Launa tanpa menurunkan istrinya itu dari pangkuannya.

"Katakan," kata Alzion.

Launa diam tak mau merencoki, wanita hamil itu sibuk mengikuti pola meja dengan jari telunjuknya.

"Hm. Nanti malam aku hanya ingin mendengar kabar baiknya. Dan aku tidak suka kesalahan, kau tahu itu?" Alzion tersenyum tipis. Senyuman yang mampu membuat Launa merinding bukan main.

Alzion meletakan kembali ponselnya di atas meja, pertanda pria itu telah selesai melakukan panggilan. "Kenapa, hm?" Tanya pria itu lembut, mengusap surai Launa pelan-pelan.

"Takut?" Launa mengangguk pelan. Hal itu membuat Alzion terkekeh gemas. "Aku tidak melakukan apapun sayang, kenapa harus takut."

"Kenapa wajahmu selalu menakutkan jika sedang memerintah? Memangnya harus seperti itu ya, ekspresi yang ditampilkan?" Tanya Launa polos. Melontarkan pertanyaan yang ingin ia tanyakan sejak lama. "Apakah tidak bisa biasa-biasa saja?"

Alzion menaikan sebelah alisnya, ia sedikit menunduk menatap istri cantiknya itu. "Harusnya gimana sayang?"

"Harusnya biasa saja. Jangan seperti itu, kau akan membuat orang-orang takut Zion."

"Termasuk dirimu?" Launa mengangguk pelan.

"Maaf sayang, aku tidak bermaksud menakutimu." Alzion mengecup bibir Launa singkat. Dan menarik senyumnya tipis. "Aku pemimpin diperusahaanku, maka dari itu mereka harus takut dan tunduk padaku, mengikuti semua perintahku."

Mendengar kata perusahaan, Launa teringat sesuatu. "Zion..." panggil Launa.

"Hm?"

"Kau tidak jadi bangkrut ya?" Dahi Alzion kembali mengkerut mendengar pertanyaan Launa. "Mm— maksudku, perusahaanmu itu mmm—," Launa menggaruk pipinya bingung melanjutkan kalimatnya. Perempuan itu menghela nafas pelan pada akhirnya. "Tidak jadi."

Alzion mengeratkan pelukan. "Kau ingin aku miskin?"

Launa mendongak, lalu menggeleng pelan. "Bukan begitu. Hanya saja— sepertinya hidup sederhana lebih menyenangkan. Kau tidak perlu terlibat perkara-perkara yang membahayakan," ucap Launa.

Alzion mengedip pelan, mengerti akan kemana arah pembicaraan istrinya. Namun ia memilih diam, mendengarkan lebih jauh Launa berbicara. "Aku tahu dunia bisnis tidak sebersih itu. Buktinya dulu Ayah sering sekali dihadapkan dalam bahaya, hanya karena persaingan dunia bisnis itu." Launa menghela nafasnya, ia menunduk sejenak, lalu kembali mendongak menatap ke arah Alzion.

"Aku hanya tidak mau itu terjadi juga padamu, Zion. Aku lebih baik hidup di rumah yang kecil, dan sederhana. Dibandingkan tinggal di istana, namun kau berada dalam bahaya."

Alzion tersenyum tipis mendengarnya, pria itu memiringkan wajahnya menatap Launa kian dalam. "Kau mengkhawatirkanku, sayang?" Tanya Alzion.

"Itu artinya, kau sudah mencintaiku, iya, kan?" Tuntut Alzion, sedikit yakin.

Launa mengiyakan dalam hati. Namun mulutnya tak bisa diajak diskusi. Bibir itu terus mengatup, seakan tidak sejalan untuk mengungkapkan. "Aku takut kau terluka, Zion. Mengertilah..." ucap Launa, meminta pria itu untuk mengerti akan kegelisahan kecilnya.

"Suamimu ini hebat Launa, kekuasaanku luas, dan lebih dari itu kau tahu seberapa kuat aku, bukan?" Alzion mengusap pipi istri cantiknya itu pelan-pelan, mencoba meyakinkan. "Jadi, aku dapat memastikan bahwa aku akan baik-baik saja."

"Zion..."

"Launa..." Alzion menggeleng pelan, ibu jarinya turun mengusap bibir manis istrinya. "Jika kau mengajakku untuk hidup sederhana, aku tidak bisa. Aku butuh kekayaan dan kekuasaan untuk mempertahankanmu dan anak-anak kita. Untuk membahagiakan kalian," ucap Alzion.

"Bahagia tidak selamanya tentang uang, Zion," sela Launa mengingatkan. Mencoba membenarkan pemikiran Alzion, bahwa kaya dan kuasa, tidak selamanya memenangkan kebahagiaan.

Alzion mengangguk sependapat. "Ya, kekayaan dan kekuasaan memang tidak menjamin bahagia. Tapi lebih dari itu, ia dapat membeli segalanya, Launa. Menundukan kepala orang-orang yang semula menginjaknya," kata Alzion penuh arti. Karena ia adalah saksi dari segala rasa sakit atas dirinya, ia adalah saksi, bahwa kaya dan kuasa mampu mendepak orang-orang yang semula mencelanya.

"Jika kau takut akan bahaya. Maka aku dapat menjanjikan, bahwa kau dan anak-anak dalam rahimmu, akan aman dan tidak tersentuh senjata apapun, sekecil apapun." Launa menatap Alzion semakin dalam, kuat pendirian pria itu membuat Launa akhirnya menyerah. Ia memilih untuk mengikuti saja. Semoga apa yang dipikirkannya hanya ketakutan biasa.

"Janji untuk tidak terluka?"

Alzion tersenyum, pria itu mengangguk meyakinkan. "Hm. I'm promise baby."

Launa tersenyum lega, lalu perempuan itu berinisiatif untuk mencium suaminya lebih dulu. Kedua tangannya menangkup rahang Alzion, dan menempelkan bibirnya.

Alzion tentu saja terkejut. Namun lebih dari itu ia amatlah senang. Ia ikut membalas ciuman Launa, dengan kuat ia hisap bibir kecil Launa. Menjulurkan lidahnya melesak masuk membelit panas. Liar dan memabukan, pria itu memang paling handal dalam hal intim seperti ini.

Ciuman itu tak berlangsung lama, sebab Launa langsung memutusnya karena kehabisan udara. Alzion melepas tak rela, ia mengancam istrinya yang mulai nakal ini dalam hatinya, bahwa ia akan menghabisi Launa malam ini juga. Lihat saja. Akan ia buat milik Launa menjadi sumur yang dalam, ia obrak abrik sampai Launa benar-benar kacau berantakan.

"Zion," panggil Launa lagi. Alzion membasahi bibirnya masih sedikit bernafsu, pria itu berdehem sebagai jawaban. "Mm— aku mau jujur, tapi kau harus janji jangan marah," kata Launa menjulurkan kelingkingnya ke arah pria itu.

"Tentang apa?"

"Janji dulu."

"Tentang apa dulu, sayang." Alzion tentu saja tidak mau asal mengiyakan. "Kalau tentang kau memiliki selingkuhan, maka aku pasti akan membantai orang itu beserta keluarga besarnya. Dan aku akan mengurungmu di kamarku seumur hidupmu."

Launa menghela nafas pelan. Mencoba bersabar menghadapi Alzion. Bagaimana bisa ia memiliki selingkuhan? Nyaris 24jam pria itu selalu muncul dihadapannya, sekalipun tidak, pasti Alzion memantaunya lewat cctv.

"Bukan itu!"

"Terus apa, sayang?"

"Janji dulu." Launa kembali menjulurkan kelingkingnya ke arah Alzion. Yang akhirnya mau tak mau Alzion menerimanya. Walaupun ia tidak bisa menjanjikan itu jika memang pengakuan Launa adalah bahwa istrinya memiliki laki-laki selain dirinya.

"Waktu aku pulang terlambat saat aku di mansion Ayah, sebenarnya aku— ketiduran," ucap Launa mencicit di akhir kalimatnya. Alzion terdiam, mendengarkan dengan tenang. "Waktu itu, Ayah memberikanku surat yang Jeff titipkan untukku."

"Jadi, apa alasanmu mengatakan itu padaku? Kejadian itu sudah cukup lama sayang," ucap Alzion seakan tidak tahu mengenai hal itu.

Launa menggigit bibir bawahnya sedikit khawatir. "Mm— begini." Launa membenarkan sedikit posisi duduknya, ia membasahi bibirnya melawan kegugupan. Alzion sendiri menahan diri untuk tidak tersenyum melihat tingkah istrinya itu. "Suratnya hilang, Zion... aku sudah cari kemanapun, tapi tidak ketemu."

Seringai tipis Alzion muncul. Namun Launa tidak menyadarinya karena perempuan itu sibuk dengan kerisauannya.

"Aku takut nanti kau menemukannya dan salah paham. Aku takut kau kembali marah padaku, jadi— aku mengatakannya sekarang." Karena jika surat itu masih aman, Launa akan menyembunyikannya seumur hidupnya.

Alzion tak langsung menjawab, pria itu menatap Launa dalam-dalam membuat perempuan itu semakin dibuat risau ketakutan. "Iya, sayang. Tidak apa-apa," kata Alzion, membuat mata Launa sedikit membola dan melega.

"Kau tidak marah?" Alzion menggeleng.

"Kan aku sudah berjanji untuk tidak marah," sahutnya tenang sekali. Seakan benar-benar mengatakan bahwa ia memang tidak marah.

Launa akhirnya tersenyum lega. Ia memeluk Alzion dengan melingkarkan tangannya di leher pria itu. "Terimakasih"

Alzion tersenyum di balik pelukan. Ia memaafkan Launa, tapi tidak dengan kertas sialan itu. Alzion telah membumi hanguskannya dengan api. Dan Launa sudah tidak bisa membacanya lagi.

Bersambung...

Zion sekarang jadi pemaaf banget ya ges🥺🔥

Enaknya ending sampe chapter berapa nih?💃

Mau ngomong apa ke Zion?

Mau ngomong apa ke Launa?

Mau ngomong apa ke Klazo?

Mau ngomong apa ke aku?

Spam Next di sini!
.
.

Miskin, apa itu miskin?
/Alzion tertawa.

Continue Reading

You'll Also Like

96.8K 2.8K 36
Být nová v novém městě, škole a lidmi, je něco, co Cassidy nikdy moc nemusela. Nebylo to poprvé, co změnila bydliště, ale i tak to teď musela prožít...
9.4K 1K 37
Anna má problém. Její strýc, u kterého žije, jí dal ultimátum. Musí se konečně postavit na vlastní nohy nebo už se na jeho podporu nemůže dále spoléh...
4.3K 106 19
,,Koťátko, řekni to. Řekni co chceš" zašeptá mi do ucha a při tom mu padají jeho stříbrný vlasy do očí. ,,Řekni co by si chtěla, koťátko" chytí mě je...
2.4M 207K 32
⚠️ PRIVAT ACAK, FOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠️ Braak!!! Manik coklat tajam itu menatap tajam gadis mungil yang saat ini sedang menatapnya balik dengan bin...