After Meet You

De Lin_iin03

1K 216 85

Versi full dari cerita After Meet You dari akun Lin_iin ya🙃😙 Penasaran? Langsung baca yuk Mai multe

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas

Tiga Belas

31 9 5
De Lin_iin03

*

*

*

*

Julia terpaksa menghentikan suapan basreng pedasnya, yang tadinya hampir menyentuh bibir, saat mendengar suara bell. Antara rela dan tidak rela, ia kembali memasukkan potongan basreng itu ke dalam toples, berdiri sambil menggerutu lalu berjalan menuju arah pintu dengan langkah tidak sabaran.

Iya, tidak sabar dengan tamu yang berani mengganggu me time-nya tengah malam begini. Enggak bisa banget apa nunggu hari esok sampai harus bertamu malam-malam begini.

Mulut Julia mendadak terkunci rapat saat menemukan Dewangga, tetangganya, yang ternyata menjadi tamunya malam ini. Tamu yang mengganggu waktu me timenya. Tapi kalau dilihat penampilan Dewangga yang sekarang, ia rasa tidak bisa dikatakan mengganggu juga sih.

Julia merasa aneh. Penampilan Dewangga sama sekali tidak spesial, cenderung biasa aja, tapi kok kesannya tetap menarik, ya.

Dalam hati Julia berdecak kesal. Kenapa sih enak banget jadi cowok ganteng. Mau gimana aja penampilannya tetep aja kelihatan oke.

Oke, sepertinya Julia sudah mulai melantur.

"Eh, lo, Ngga, gue kirain siapa. Ada apa? Ada yang bisa gue bantu?"

Dewangga meringis malu-malu, sebelah tangannya mengusap tengkuknya sendiri selama beberapa kali. Menandakan kalau pria itu sedang sungkan mengungkapkan niatnya.

Setidaknya itu lah yang Julia tangkap selama hampir dua bulan ini mengenal pria itu.

"Ada apa sih? Ngomong aja kali, kayak sama siapa aja lo."

"Itu.... anu... gue mau pinjem helm boleh?" tanya Dewangga pelan dan juga ragu-ragu.

Julia tidak dapat menahan kerutan di dahinya. Batinnya bertanya-tanya. "Hah? Minjem helm? Buat apaan? Kan Angga punyanya mobil," batinnya keheranan.

"Buat apaan? Sorry, maksud gue, lo kan punyanya mobil. Nggak ada motor, buat apaan minjem helm? Gini, maksud gue kalau semisal lo mau naik ojol, nggak perlu bawa helm sendiri, ntar dipinjemin kok sama drivernya."

Dewangga menggeleng cepat. "Bukan kok, bukan buat naik ojek."

"Terus buat apa?"

"Goreng ikan."

Tunggu sebentar, Julia masih loading.

"Sorry, gimana, Ngga?"

Bukannya menjawab, Dewangga malah menggaruk tengkuknya. Terdengar decakan samar setelahnya, sampai akhirnya ia kembali menjelaskan. "Goreng ikan, Julia. Saya takut sama minyaknya yang nyiprat kemana-mana. Jadi saya mau pinjem helm kamu, kalau boleh."

1

2

3

Pada detik berikutnya, Julia tidak bisa untuk tidak menertawakan penjelasan Dewangga. Namun, hal itu tidak berlangsung lama, karena setelahnya ia langsung menutup bibirnya rapat-rapat. Kemudian ia buru-buru meminta maaf.

"Sorry, sorry, enggak maksud ngetawain. Sumpah!" ucap Julia bersungguh-sungguh sambil mengacungkan jarinya membentuk huruf V.

Dewangga menggeleng tidak masalah, meski wajahnya sedikit ditekuk. "Jadi gimana, boleh nggak?"

Julia mengangguk cepat. "Boleh kok, boleh. Bentar gue ambilin dulu. Mau masuk dulu?" tawarnya kemudian.

Dewangga berpikir sejenak. Batinnya nampak bimbang, seperti ingin mengiyakan tapi ragu-ragu. Namun, pada akhirnya ia menggeleng.

"Enggak usah deh, saya tunggu di sini saja."

Julia mengangguk paham lalu masuk ke dalam untuk mengambil helm miliknya. Setelah menemukan yang dicari, ia langsung keluar dan menyerahkan pada Dewangga.

"Thanks, ya, saya pinjem dulu. Nanti begitu selesai langsung saya balikin kok," ucap Dewangga saat menerima helm itu.

Sambil mengulas senyum tipis, Julia mengangguk dan mengiyakan.

"Good luck, ya."

Dewangga mengangguk. "Terima kasih," ucapnya lalu pamit pergi.

Julia mendesah panjang sambil menatap punggung pria itu, yang kini sudah menghilang di balik pintu. Kepalanya menggeleng tidak habis pikir.

"Ya ampun, ada aja kelakuan anak mami itu. Untung ganteng," gumamnya sebelum menutup pintu unitnya, lalu kembali melanjutkan acara menontonnya.

*

*

*

*

Dewangga tidak dapat menahan wajah kagetnya, saat membuka pintu dan menemukan Julia yang berdiri di depan pintu unitnya. Kedua tangan perempuan itu sedang menopang sepiring cumi balado yang terlihat menggiurkan karena warna merah menyalanya.

"Pagi," sapa Julia.

"Pagi juga. Ada apa, Julia?"

"Lo udah sarapan?"

Dewangga menggeleng ragu.

"Pas banget. Gue abis bikin cumi balado nih, mau cobain nggak?"

Dewangga menerjapkan bulu matanya kaget. "Kamu bisa masak?" tanyanya terlihat seperti takjub.

Julia langsung tertawa sambil menutup mulutnya malu-malu. "Enggak. Baru belajar kok. Ini juga hasil dari eksperimen doang, jadi lo jangan berekspektasi ketinggian, ya. Soalnya bisa dibilang lo masuk ke dalam korban kelinci percobaan gue."

Ekspresi Dewangga berubah was-was. Namun, meski begitu dirinya masih tetap mencoba berpikir positif thinking. "Tapi keliatannya enak kok," komentarnya kemudian.

"Tapi biasanya gue kalau masak, kalau tampilannya oke, rasanya agak mengecewakan. Tapi kalau tampilannya gimana gitu, kadang rasanya malah di luar ekspektasi, lebih layak dimakan gitu."

"Hah?" Dewangga shock mendengar jawaban Julia. Pria itu terlihat seperti kehilangan kata-kata.

"Tapi bisa jadi kali ini luar biasa," ucap Julia tiba-tiba.

"Maksudnya?"

"Siapa tampilan sesuai dengan rasa."

Dewangga mengangguk paham. "Oh. Iya, aamiin." Pria itu kemudian meringis canggung.

Julia terbahak. "Lo khawatir banget ya?"

"Hah?" Saat mulai sadar maksud arah pembicaraan Julia, Dewangga buru-buru menggeleng cepat, "enggak kok, saya nggak khawatir. Saya percaya sama kamu."

"Jangan terlalu mudah percaya sama orang, Ngga, apalagi kita baru dua bulan kenal."

Dewangga mengangguk. "Terima kasih sudah mengingatkan."

Kini giliran Julia yang mengangguk. "Lo masih ada nasi nggak? Kalau enggak biar gue ambilin."

"Masih kok. Saya sudah masak nasi."

"Cie, makin mandiri ya lo sekarang, masak nasi sendiri terus, enggak beli," goda Julia.

Dewangga meringis malu. "Iya, lagi belajar."

"Nggak papa, gue juga belajar kok. Ntar lama-lama juga bakal terbiasa dan ahli sendiri. Iya, nggak?"

"Aamiin."

"Ya udah, kalau gitu gue cabut duluan ya. Mau mandi, takur kesiangan ke kantornya."

"Tunggu sebentar," cegah Dewangga.

"Ya, kenapa?"

"Em, bareng sama mau? Saya antar."

Sambil meringis ragu, Julia menggeleng. "Next time mungkin kali, ya," tolaknya sungkan.

Ia merasa tidak enak kalau keseringan dianter atau dijemput pria itu. Takut orang akan berpikir yang iya-iya. Julia benar-benar sedang malas diceramahi Panji. Kalau seandainya dirinya terlalu sering diantar-jemput.

Dewangga terlihat kecewa. "Oh, ya udah."

Julia semakin merasa tidak enak. "Sorry, ya, Ngga."

"Tidak masalah. Mungkin next time aja."

Julia tersenyum canggung. "Iya, kalau gitu gue pamit duluan, ya. Selamat sarapan."

"Terima kasih."

*

*

*

*

"Mau maksi apaan nih kita?"

Saat sudah memasuki jam makan siang. Panji langsung berdiri dan menghampiri meja Julia.

"Gue bawa bekel nih."

"Menu?"

"Cumi balado," seru Julia sambil membuka tapperware-nya yang berisi cumi balado.

Panji tidak dapat menahan wajah kagetnya. "Anjir, ini bukan cumi setan balado ya?"

"Maksudnya?"

"Merah banget, Jul, buset. Pedes ya pasti? Lo udah cobain belum?"

Panji terlihat ragu-ragu dan tidak yakin. Ia meringis samar sambil menggeleng. Sementara Julia mengangguk yakin.

"Enggak sepedes itu kok, Mas, aman. Lo kan bisa makan pedes," ujar Julia mencoba meyakinkan, "yuk, makan di pantry," ajaknya kemudian.

Panji hanya bisa menurut pasrah. Mengikuti langkah kaki Julia tanpa banyak protes. Dirinya sedang tidak mood mendebat perempuan itu.

"Ini ada jaminan kalau gue nggak bakal diare lagi kan?" tanya Panji memastikan sekali lagi, sebelum menyuap.

Julia merengut beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk cepat. "Kalau lo sampai diare lagi, gue traktir lo seminggu penuh, bebas milih."

Panji mengangguk lalu mulai menyendok dan menyuapkan nasi beserta cumi balado buatan Julia. Pria itu langsung tersedak kaget begitu suapan itu masuk ke dalam mulutnya. Meski sudah dapat memprediksi kalau masakan Julia kali ini pedas, tapi tetap saja mulutnya masih terkejut saat sensasi pedas itu menyapa mulutnya.

"Kenapa, Mas?" tanya Julia panik. Cepat-cepat ia menyodorkan segelas air putih untuk Panji. Sebelah tangannya mengelus punggung pria itu, berharap sedikit membantu.

"Pedes banget, anjir," gerutu Panji, ia kembali melanjutkan minumnya, "lo dendam banget sama gue apa gimana sih, Jul? Tiap masak pedes mulu. Sumpah ini kalau gue terusin makannya, kayaknya gue bakal kena diare gegara makanan lo part 2 deh."

"Sepedes itu, Mas?" tanya Julia masih seolah tidak percaya. Seingatnya tadi saat ia mencoba mencicipi, pedasnya masih bisa ditoleransi kok. Mungkin buat yang nggak biasa makan pedas sih, iya, masakannya hari ini pedas banget. Tapi berhubung ia dan Panji bisa makan pedas, jadi menurutnya tidak sepedas itu.

"Gue cari makan di luar aja lah. Kerjaan gue masih banyak. Sorry ya, Jul, bukan gue nggak mau mengapresiasi usaha lo. Tapi seriusan, perut gue lagi sensitif, takut diare lagi gue." Panji kemudian langsung berdiri sambil menepuk pundak Julia, sebelum akhirnya meninggalkan pantry begitu saja.

Namun, tak berapa lama setelahnya pria itu kembali. "Oh ya, Jul, saran gue kalau mau ngajak anak kantor lain buat nyicipin masakan lo yang itu, ajakin si Gita aja. Itu anak kan suka banget makan pedes, selain itu gue saranin jangan."

Tunggu, sebentar, Panji seserius itu? Itu tandanya masakannya kali ini benar-benar pedas. Ingatan Julia langsung terhubung pada Dewangga.

Waduh, gawat!

Julia panik seketika.



To be continue,

😢 Baru kelanjut hari ini, begini nih kalo lagi asik nulis tetiba terganggu hambatan, mood berantakan, mau ngelanjut susahhhhhh bener.

Sorry ya, btw, maaf ya klo namanya ada yg ngaco. Soalnya aku tuh tiap mau ngetik Julia masa keingetnya Mala terus😭😭😭 terus2, kdng pas nulis Agha malah keinget Mas Panji😭 lama2 gue jadiin Panji-Mala sekalian deh ini.

Oh ya, btw lagi, ada yg pake app baca mangatoon/noveltoon gk? Klo ada mampir nyok ke sana, gue abis post cerita baru tuh. Bantuin vote+komen dong😢🤣🤣🤣

Dah lah kebanyakan cuap2nya, see you next part, yg entah kapan aku bakal up lagi🤣🤣 gaya bgt gue sumpah pegang 3 cerita belum termasuk twitter 😭🤣🤣

Continuă lectura

O să-ți placă și

61K 7.3K 21
Ibarat masuk isekai ala-ala series anime yang sering ia tonton. Cleaire Cornelian tercengang sendiri ketika ia memasuki dunia baru 'Cry Or Better Yet...
120K 8.6K 54
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
455K 45.9K 37
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
225K 33.8K 61
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...