After Meet You

By Lin_iin03

1K 216 85

Versi full dari cerita After Meet You dari akun Lin_iin ya🙃😙 Penasaran? Langsung baca yuk More

Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
Tujuh Belas

Dua Belas

38 12 5
By Lin_iin03

*

*

*

*

Gerakan tangan Dewangga yang tadinya sedang sibuk mengeringkan rambutnya yang basah, mendadak terhenti saat mendengar suara bell. Batinnya bertanya-tanya, siapa tamu yang berkunjung malam-malem begini? Tetangga barunya kah, Julia?

Ekspresi Dewangga langsung berubah cerah. Dengan gerakan asal, pria itu melempar handuk kecilnya ke sembarang arah. Tangannya kemudian dengan cekatan merapikan rambutnya yang masih basah, setelah dirasa cukup oke barulah dia membukakan pintu.

"Kenapa ekspresi kamu keliatan nggak seneng begitu?" protes sang tamu tepat saat pintu itu terbuka dan ekspresi Dewangga berubah kecut, "enggak seneng Mami ke sini?" sambungnya kemudian.

Benar. Tamu Dewangga adalah Maminya sendiri. Perempuan yang telah mengandung, melahirkan, dan juga membesarkannya hingga sekarang.

"Enggak, Mi," elak Dewangga.

Sejujurnya ia memang sedikit kecewa karena ekspektasinya tidak sesuai kenyataan. Namun, di sisi lain ia senang juga karena Mami-nya datang membawa paper bag yang ia yakini itu berisi makanan.

"Jadi kamu nggak seneng gitu Mami ke sini?" ulang Lita sedikit emosi.

Dewangga langsung menggeleng panik. "Eh, maksudnya enggak lah, itu seneng, masa nggak seneng."

"Terus kalau seneng kenapa nggak disuruh masuk Mami-nya? Kenapa kamu biarin Mami berdiri di depan pintu gini doang?"

Astaga, ya ampun.

Reflek Dewangga menepuk dahinya sendiri. Ia kemudian sedikit menggeser tubuhnya untuk memberi jalan yang Mami agar masuk ke dalam apartemennya dengan leluasa.

"Hehe, maafin, Mi, lupa," cengirnya kemudian.

"Kamu itu loh, bener-bener. Ini nih yang bikin Mami nggak kasih izin kamu tinggal sendiri, apa-apa lupa, apa-apa perlunya dilayani, dibantuin. Kok sok-sokan mau tinggal sendiri. Nggak takut kelaperan tengah malam kamu?"

Lita masuk ke dalam apartemen sang putra dengan kedua mata yang sibuk menjelajah ke seluruh ruangan. Mengkoreksi setiap detail perabot yang dipakai sang putra.

"Astaga, kamu itu jorok banget sih, Ngga? Udah dibilang handuk basah yang buat abis mandi itu jangan ditaroh sembarangan, harus diangin-anginin biar nggak numbuh jamur. Bukannya malah ditaroh di sofa begini, ntar kalau sofanya ikut kena jamur gimana?" omel Lita sambil berdecak dan geleng-geleng kepala. Ia langsung mendekat ke arah sang putra dan menjewer telinga pria itu sebelum bergegas menuju kamar.

"Mending besok kamu pulang ke rumah deh," ujar Lita setelah keluar dari kamar.

Dewangga menatap Maminya tidak yakin. "Ngapain?"

"Biar Mami lebih gampang ngawasin kamu lah. Pake segala tanya."

"Mi, jangan mulai bisa? Kan kita udah bahas ini dari awal. Dan Mami udah setuju loh, kenapa sekarang minta Angga pulang? Kalau Angga pulang berarti Angga keluar dari perusahaan ya?"

Dengan kedua mata melotot Lita langsung memukul sang putra. "Sembarangan kamu kalau ngomong!"

"Ya, makanya jangan minta aneh-aneh. Kan kita udah bikin kesepakatan bersama."

Lita tidak membalas. Hanya mampu menghela napas pasrah. Pergerakan tangannya kini mulai sibuk membongkar paper bag yang ia bawa.

"Kamu udah makan?"

Dewangga mengangguk untuk mengiyakan.

"Ya udah, kalau gitu ini semua Mami simpen di kulkas, besok pagi diangetin terus buat sarapan. Ingat dimakan, Mami nggak mau tahu ya, kalau pas Mami ke sini dan wadahnya masih penuh."

Lita berkacak pinggang sambil menampilkan wajah tidak santainya, karena sang putra tidak kunjung merespon.

"Dewangga!"

"Iya, Mami, iya. Besok dimakan, siap laksanakan! Udah kan itu aja?"

"Kamu ngerti kan cara manasinnya?"

"Astaga, Mi, iya, Mi, ngerti kok, ngerti. Nggak percayaan banget sama anaknya sendiri," gerutu Dewangga sedikit kesal.

"Karena kamu memang susah dipercaya, persis kayak Papa-mu."

"Loh, kok, jadi bawa-bawa Papa?" balas Dewangga tidak terima.

Lita memilih tidak membalas dan sibuk menata berbagai masakannya yang ada di dalam wadah, masuk ke dalam kulkas.

"Mami nggak bakal lama kan?"

Mendengar pertanyaan sang putra, Lita langsung menoleh. "Maksudnya apa nanya begitu? Kamu ngusir Mami?"

"Astaga, su'udzon. Nanya doang padahal."

"Kamu ada pacar ya?" Lita langsung berdiri sambil menutup pintu kulkas dan menatap Dewangga curiga, "ngaku kamu sama Mami! Kamu pindah ke apartemen biar bisa berduaan sama pacar kamu itu kan?"

"Astaga, Mi, kurang-kurangin nonton sinetronnya! Angga nggak ada pacar."

"Kalau calon ada kan?"

"Enggak."

"Ya udah, bagus, mending kamu fokus ngurus perusahaan dulu. Nanti kalau jabatan kamu di perusahaan Papa kamu udah tinggi, baru pikirin. Jangan kecewain Papa kamu dengan sibuk ngebucin anak orang. Nggak penting."

Dewangga meringis samar. Mami-nya memang agak lain. "Mami nggak pengen mantu emang?" tanyanya iseng.

"Belum. Mami belum butuh."

"Emang belum pengen nimang cucu? Temen-temen Mami kebanyakan cucunya minimal udah dua loh, Mami nggak pengen satu gitu?"

Tanpa wajah ragunya, Lita menggeleng. "Temen-temen Mami juga pada pusing tuh sama kelakuan menantu mereka. Padahal ya itu salah mereka sendiri, Ngga, siapa suruh pada ngeburu-buruin suruh anaknya nikah, giliran anaknya nikah cepet terus nggak dapet menantu sesuai dengan yang mereka mau ngeluh. Duh, Mami sih ogah ya. Mami selow, santai aja kamu. Mami juga masih sehat kok."

"Dih, dapet kata selow dari siapa itu?" ledek Dewangga.

"Adikmu."

"Astaga, ya ampun." Dewangga berdecak sambil geleng-geleng kepala, "ya udah, ayo, Angga anterin turun."

"Loh, kamu ngusir Mami, Ngga?"

"Udah malem Mami-ku tersayang, nggak baik perempuan cantik pulang malem-malem," bujuk Dewangga sambil merangkul pundak Lita. Sebelah tangannya yang menganggur ia gunakan untuk meraih tas jinjing milik sang Mami.

"Kamu pinter banget ya, Ngga, kalau disuruh ngalusin perempuan. Mantan kamu pasti banyak ya?"

"Dih, mana ada? Mami lupa kalau Mami suka larang aku pacaran loh, bahkan setelah lulus kuliah Mami masih suka nyuruh nanti-nanti."

"Ya bisa jadi kan kamu pacaran diem-diem kayak adikmu?"

Sambil tersenyum jumawa, Dewangga menaik-turunkan kedua alisnya. "Enggak lah. Kan Angga anak baik."

"Sebenernya Mami nggak ngelarang yang sampai bener-bener nggak boleh loh, Ngga. Kamu jangan salah paham sama Mami. Maksud Mami itu--"

"Iya, Mi, Angga ngerti kok. Angga paham. Cuma kemarin-kemarin emang Angga belum kepikiran aja buat pacaran."

"Kalau sekarang?"

Dewangga tidak membalas. Hanya menyengir sambil mengusap tengkuknya salah tingkah.

"Anak kantor?" tebak Lita semangat.

Dewangga menggeleng. "Bukan."

"Terus?"

"Tetangga depan unit."

"APA?!"

Dewangga reflek mengusap telinganya karena suara sang Mami yang mendadak naik satu oktaf. "Kok teriak, Mi?" protesnya kemudian.

"Ya, Mami kaget. Enak banget kamu masa gebetan tetangga sendiri. Mami nggak mau tahu kamu harus pindah besok."

"Enggak mau, Angga udah betah tinggal di sini, Mi," tolak Dewangga mentah-mentah, "Lagian belum tentu orangnya mau sama Angga loh, belum tentu juga dia single."

"Dih, ya kali anak Mami ganteng begini nggak mau? Mau dong, sayang, harus optimis. Nggak boleh pesimis bukan anak Mami Lita banget. Rendah hati bagus tapi jangan sampai rendah diri. Oke?"

"Jadi Mami kasih izin kan Angga deketin dia?"

"Ya kalau itu sih tergantung orangnya lah, kenapa nanya Mami?"

"Ya siapa tahu Mami udah nyiapin calon jodoh buat Angga gitu kayak di sinetron tontonan Mami."

Lita mendengus. "Pede banget kamu, Ngga, Ngga. Dari bayi sampe kamu segede ini apa-apa Mami yang nyiapin, masa perkara jodoh Mami juga yang harus nyiapin?" Lalu keduanya masuk ke dalam lift.

Dewangga menyengir. "Kan Angga cuma nanya, siapa tahu gitu loh. Jadi kalau semisal iya, Angga mau nyiapin diri gitu loh."

"Emang kamu mau gitu dijodoh-jodohin? Kalau mau nanti biar Mami bilangin ke Papa-mu, biar diurus semua. Kayaknya ada deh rekan bisnis Papa-mu yang punya anak gadis seumuran sama kamu. Mau kamu?"

"Enggak, Mi, enggak. Masalah jodoh biar Angga nyari sendiri deh. Mami sama Papa terima beres."

Lita mengangguk setuju. "Cari yang bener. Harus sesuai dengan bibit, bebet, bobotnya. Jangan sembarangan perempuan kamu pacarin! Seimbangkan cinta dan logikanya, jangan berat sebelah dan berakhir jomplang."

"Siap, Mi."

"Kalau udah yakin langsung dikenalin ke Mami, jangan dicobain dulu baru dikenalin ke Mami."

Dewangga menatap Lita sedikit tidak suka. "Mi, bercandanya nggak lucu."

"Loh, Mami serius. Mami cuma mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, karena pergaulan anak jaman sekarang suka aneh-aneh. Mami cuma memperingatkan biar kamu nggak ikutan aneh. Udah itu aja."

"Enggak bakal, Mi, Angga bisa jaga diri kok."

Lita mengangguk paham karena percaya dengan sang putra, bisa menjaga dirinya sendiri. 

*

*

*

*

"Baru pulang?" sapa Dewangga saat tidak sengaja bertemu Julia di lobi.

Perempuan itu terlihat masih mengenakan kemeja lengan pendeknya tadi pagi. Gurat-gurat wajah kelelahan juga masih terlihat pada wajah gadis itu. Hal ini membuat Dewangga menyimpulkan kalau gadis itu baru saja pulang lembur.

Sambil tersenyum tipis Julia mengangguk dan mengiyakan. "Itu tadi nyokap lo?"

Sambil menekan tombol pintu lift, Dewangga mengangguk. Lalu keduanya masuk ke dalam lift secara bergantian. Dewangga mempersilahkan Julia masuk lebih dulu sebelum akhirnya dirinya yang ikut masuk ke dalam.

"Cantik banget. Masih muda lagi, gue tadi sempet mikir kalau Kakak lo masa."

"Saya nggak punya kakak. Saya anak pertama. Punya adik satu. Perempuan."

Julia ber'oh'ria sambil manggut-manggut dan mengulas senyum tipisnya.

"Kalau kamu?" tanya Dewangga kepo.

"Gue?"

Dewangga mengangguk untuk mengiyakan.

"Gue..."

Ada jeda cukup lama, sampai Dewangga harus repot-repot menundukkan kepalanya karena menunggu jawaban perempuan itu.

"Iya?" Dewangga masih setia menunggu dengan sabar.

"Gue dua bersaudara juga sama kayak lo, cuma bedanya gue si bungsu."

Dewangga kembali mengangguk paham. "Oh, perempuan atau laki-laki?"

"Cewek."

"Um, pasti cantik juga ya kayak adeknya."

Sambil tersenyum tipis Julia mengangguk dan mengiyakan. "Iya, cantik banget emang Mbak gue."

"Hmm, saya jadi kasian sama Papa kamu?"

Julia menaikkan alisnya tidak paham. "Kenapa?"

"Ya kan punya tiga perempuan cantik di rumahnya, pasti pusing. Hehe, kapan-kapan kenalin ya?"

Kali ini Julia terkekeh. "Sama bokap gue?"

"Itu juga boleh. Semua juga bagus."

Julia tidak membalas. Perempuan itu hanya geleng-geleng kepala tidak habis pikir.

To be continue,

Alhamdulillah, mau ngetik lagi setelah kemarin abis kehilangan draf satu bab yang isinya panjang 😭 yang rasanya masih pengen kutangisi sampe sekarang

Btw, kalian bakalan masuk tim mana?

Tim Panji-Julia

Tim Dewangga-Julia

Tim Panji-Author

Tim Dewangga-Author

🙃

Koreksi jangan lupa ya, bantu tandain ya

Continue Reading

You'll Also Like

42.4K 3.5K 76
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...
190K 9.3K 31
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
45.8K 4.3K 42
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
62.9K 6.6K 22
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...