J A G A

By arisainwonderland

1.9K 536 39

Sebuah artefak misterius mengubah kehidupan Rani dan membuatnya terlibat dalam Project Asura, proyek ilegal y... More

I - Purwa
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII

XIII

60 21 1
By arisainwonderland

North Borneo [3°00' N 116°20' E]

Sepanjang hari berikutnya, aku tidak bisa menghilangkan gelisah. Jemariku bergetar halus dari waktu ke waktu, seolah ada ancaman yang mengintai. Bahkan aku hampir menjatuhkan piring saat mengambil makan siang di kantin.

"Ada apa, Kak?" tanya Aditya, memegangi piring sebelum sempat terlepas dari tanganku. "Kayaknya hari ini Kakak sedikit nggak fokus. Banyak kerjaan?"

"Kira-kira begitu," jawabku sekenanya.

"Kalau aku jadi Kak Rani, mungkin aku udah pulang aja ke wisma."

"Nanti kerjaanku malah makin nggak selesai."

Aditya tidak banyak berkomentar lagi, dan kami makan siang seperti biasa. Sebenarnya, benar kata Aditya. Tidak akan ada yang peduli kalau aku membolos barang setengah hari. Belum ada artefak baru yang menjadi fokus para petinggi, jadi sebagian besar waktuku dihabiskan untuk mengatalog yang sudah ada.

Namun, sejak apa yang terjadi pada Chanyeol dan gelang talu mantra, tanpa kusadari aku semakin hati-hati dalam memasukkan informasi apapun ke database. Jika ada hal-hal yang mungkin bisa digunakan untuk menyakiti para Jaga, aku hanya mencatat di jurnalku sendiri. Memastikan kejadian kemarin tidak akan terulang lagi.

Kuharap, ini bisa menjadi awal tugasku sebagai Pelindung—mengendalikan apa yang aku tulis untuk melindungi Jaga.

Ketika sore menjelang, aku kembali menyelinap ke Bayasura. Menggunakan ID card untuk masuk, tepat saat pintu-pintu sel terbuka. Para Jaga melangkah keluar, satu-persatu. Suho tersenyum santai padaku, memberi gestur ke meja panjang agar aku duduk.

Tapi mataku sudah lebih dulu tertuju pada Chanyeol, yang melangkah tersaruk-saruk. Wajahnya jauh lebih pucat dari biasa, dan aku bisa melihat tanda kemerahan dari balik gelang besinya. Matanya sudah kembali ke warna onyx, melirikku tajam. Hanya sepersekian detik, sebelum ia mengalihkan pandang dan duduk di meja putih seolah aku tak ada di sana.

Dia pasti sangat marah padaku, tapi aku tidak tahu harus mengatakan apa. Sejak awal, Chanyeol memang keberatan dengan kehadiranku di antara mereka, dan apa yang terjadi kemarin seolah membuktikan semua kecurigaannya.

"Hei, Rani. Bagaimana harimu?" tanya Baekhyun tiba-tiba, meletakkan sesuatu yang terbungkus tisu di depanku.

"Hariku tidak terlalu baik," aku menjawab sambil meraih benda itu, "ini apa?"

"Roti dengan selai stroberi, sisa makan malam kami tadi," kata Baekhyun riang, "aku selalu merasa lebih baik setelah makan makanan enak, jadi kuharap itu juga bisa membuatmu sedikit tersenyum."

"Kau baik sekali."

"Jadi, bagaimana? Sudah siap untuk pelajaran pertama menjadi Pelindung?"

"Sejujurnya, belum."

"Tidak perlu terlalu tegang." Suho mendekat, meletakkan sebuah buku sementara aku menggerigiti roti dari Baekhyun. Itu bukan buku tulis, tapi buku bacaan. The Merchant of Venice, yang halamannya sudah menguning. "Mereka tidak pernah memeriksa buku-buku fiksi yang kupunya, jadi ini aman. Tuliskan sesuatu di sini, Rani."

"Tulis… apa?" tanyaku ragu, mengeluarkan pulpen, "sudah kubilang, aku tidak tahu apapun tentang tugasku sebagai Pelindung."

"Kau mungkin tidak tahu, tapi darah itu mengalir dalam dirimu." Suho duduk di sebelahku. "Sekarang, lepaskan benakmu dari pikiran apapun. Biarkan kekuatanmu lepas."

Demi seluruh semesta dan penciptanya, aku tidak mengerti apa yang Suho katakan. Meskipun begitu, aku tetap meraih pulpen dan meletakkan ujungnya di lembaran buku. Mataku hanya menatap, bibir terkatup sambil berusaha mengosongkan pikiran. Membiarkan insting dan kekhawatiran berkecamuk di dadaku.

Perlahan, mata penaku bergerak—tidak, bukan bergerak, tapi digerakkan. Olehku, yang antara sadar dan tidak sadar mulai menuliskan sesuatu dalam aksara yang telah berkali-kali kulihat dalam artefak. Ketika selesai, aku membaca satu kata itu pelan, "chaya."

"Ya, itu namaku," Baekhyun menyahut, tangan menopang dagu sambil nyengir lebar.

"Chaya…" Pandanganku mengawang, tapi tanganku sudah kembali bergerak. Menuliskan satu kata lagi, kali ini dengan lebih yakin. "…ujwala prabha."

"Cahaya yang menyala-nyala." Suho mengartikan bahasa Jawa Kuno itu tanpa kesulitan. "Rani, sekarang tuliskan itu pada Baekhyun."

"Apa?" keningku berkerut, namun Baekhyun sudah menyodorkan lengannya.

"Tulis di kulitku. Salurkan energimu ke tulisan itu."

Memutuskan untuk tidak banyak bertanya, aku meraih tangan Baekhyun dan meletakkan mata pena di atas kulitnya yang halus. Ada gurat-gurat bekas luka di sana, menggugah perasaan melindungi yang semakin kuat. Kutarik perasaan itu dari dalam dada, memfokuskannya pada huruf demi huruf yang kuterakan.

Chaya. Ujwala prabha.

Pada tarikan garis terakhir, dadaku bergelenyar. Detik berikutnya, deretan huruf itu berpendar kemerahan, sebelum menghilang perlahan.

Baru saja aku akan kecewa karena mengira percobaan ini gagal, sesuatu terjadi. Cahaya lembut yang biasanya melingkupi Baekhyun mulai bersinar lebih terang, menerangi setiap sudut lorong lebar. Satu demi satu, para Jaga melompat berdiri, mulut menyorakkan kegembiraan.

Baekhyun pun tertawa, setengah tak percaya. "Kau berhasil, Rani! Kau berhasil melakukannya!"

"Aku—" mataku melebar nanar, "ini… aku yang melakukannya?"

"Benar." Suho menepuk bahuku, ekspresinya puas. "Sedikit lemah, tapi tidak masalah. Ini sudah sangat baik untuk percobaan pertama. Kau hanya perlu berlatih menyalurkan lebih banyak energi lagi."

Sayangnya, aku tidak bisa berlama-lama di dalam sel para Jaga, jadi Suho hanya memberi langkah-langkah yang bisa kulakukan untuk berlatih di wisma. Tapi, sebelum keluar, aku menyempatkan diri untuk menghampiri sel nomor 61.

Aku berdiri di ambang pintu yang masih terbuka, tidak berani melangkah lebih jauh. Chanyeol duduk di tepi ranjang, membolak-balik benda tipis di tangannya. Sekilas, itu seperti pick gitar, meski aku juga tak yakin.

"Kenapa kau diam saja di situ?" tanya Chanyeol setelah aku tak juga berani mengatakan apapun.

"Aku… hanya ingin minta maaf."

"Maaf tidak akan pernah bisa memperbaiki keadaan," sahut laki-laki itu datar.

"Tetap saja, aku merasa bersalah."

Chanyeol menghela napas, matanya tertuju ke langit-langit yang dilapisi baja. "Jika kau sudah hidup selama aku bernapas, kau akan sadar bahwa hal-hal seperti itu tidak berguna."

"Maksudmu?"

"Perasaan manusia selalu berubah-ubah, muncul dan hilang begitu saja. Berapa lama kau akan merasa bersalah? Tiga hari? Tiga minggu? Tiga bulan sekalipun, hanya seperti sekejap mata saja dibandingkan rentang hidupku."

Baiklah, baiklah, aku mengerti maksudnya. Dia adalah entitas luar biasa, sementara aku hanya manusia kecil tak berarti. "Memangnya sudah berapa lama kau hidup?"

"Entah. Tujuh ratus… delapan ratus tahun?" Ia melempar pick gitarnya ke atas meja. "Kami tidak menghitung kehidupan dengan cara yang sama seperti kalian."

"Sebenarnya, kalian ini apa?" tanyaku lagi, tiba-tiba malah penasaran, "Suho bilang manusia menyebut kalian dengan berbagai macam nama. Tapi apa nama kalian yang sebenarnya?"

"Lidahmu terlalu lemah untuk mengucapkan bahasa kami, Gadis Kecil. Cukup sebut kami Jaga, dan jangan bertanya yang tidak perlu." Chanyeol mengangkat kepala, matanya memicing padaku. "Bukankah kau mampir kesini untuk minta maaf? Kenapa malah terus menggangguku?"

"Kau tidak mau menerima permintaan maafku, jadi aku menggunakan waktu yang ada untuk hal lain," jawabku sekenanya.

Chanyeol mengerang, sebelum mengibaskan tangan untuk mengusirku. "Pergi dan beristirahatlah, manusia. Mereka masih membutuhkan tenagamu untuk menyiksa kami lebih jauh."

"Tuh, kan. Kau malah menyindir!" Aku menghentakkan kaki kesal. "Aku tidak tahu apapun tentang kalian saat ikut dalam proyek ini, oke? Dan bisakah kau berhenti bersikap tua? Teman-temanmu yang lain tidak semenyebalkan ini."

Laki-laki itu tidak langsung menyahut, hanya membaringkan tubuh di atas ranjang. Ia memejamkan mata, lalu mengibas tangan sekali lagi. "Pergi."

Continue Reading

You'll Also Like

958K 71K 33
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
122K 11.4K 34
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...
1M 99.5K 31
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
2M 106K 39
Menjadi istri dari protagonis pria kedua? Bahkan memiliki anak dengannya? ________ Risa namanya, seorang gadis yang suka mengkhayal memasuki dunia N...