Be Mine [Kuroo Tetsurou x Rea...

By salsaanisa12345

26.9K 2.5K 304

"Bahkan aku tetap tak bisa menggapaimu walaupun sudah sedekat ini." Memiliki rumah yang bersebelahan dengan K... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Extra 1
Extra 2

18 [END]

1.8K 122 9
By salsaanisa12345

Embusan angin sejuk musim dingin menyapu seluruh kota, membuat orang-orang mulai ngengeratkan jaket serta syal yang mereka kenakan. Daun-daun sisa musim gugur terlihat berkumpul di tepi trotoar yang sesekali bergerak kala angin dari beberapa kendaraan meniup mereka.

Dengan seragam sekolah yang masih lengkap, segerombol anak laki-laki tersebut berjalan pelan menyusuri trotoar hendak menuju stasiun kereta bawah tanah.

Di barisan paling depan, Inuoka dan Shibayama memimpin. Lelaki bersurai coklat menarik pelan lengan lelaki yang satunya. Di belakangnya si puding tengah menggenggam ponselnya yang menampilkan visual game yang berusaha ia menangkan sedari siang dengan Fukunaga dan Yamamoto yang mengintip di kedua sisinya. Sementara sisanya berada di belakang, membahas kelakuan captain mereka yang membuat heboh satu sekolah.

Sang primadona, Inori, yang dari awal tahun pertama terlihat menunjukkan ketertarikannya kepada salah satu anggota tim voli sekolah mereka dan selalu terlihat kemana-mana bersama, secara tidak langsung ditolak oleh sang laki-laki. Kendati banyak yang menyayangkan hal tersebut, tak sedikit juga yang merasa senang karenanya.

Inori bukan gadis yang dibenci semua orang, bukan juga gadis yang selalu dijunjung tinggi semuanya. Sifat ramahnya terkadang membuat kesal lantaran perkataannya yang tak tersaring, bertingkah sok polos seolah tak ada kesalahan dalam ucapannya. Hal tersebut yang membuat beberapa orang kurang suka dengannya.

"Seharusnya tadi kau lihat wajah malu Inori. Itu sangat menghibur." Tawa renyah Yaku terdengar. Ia kembali membayangkan kejadian saat istirahat makan siang tadi.

"Kali ini kau benar-benar membuat satu sekolah heboh," sahut Kai.

"Kuroo-san hebat!" Kedua jempol Lev teracung, memuji kakak kelasnya tersebut. Sementara Kuroo hanya tersenyum garing mendengarnya.

Sebenarnya ia tak berniat membuat sesuatu yang menghebohkan seperti tadi siang. Ia hanya ingin mengutarakan sesuatu yang selama ini ia tahan karena menurutnya hal tersebut terlalu jahat. Namun saat kalimat tak benar yang keluar dari mulut gadis tersebut terdengar di telinganya, Kuroo tentu saja tak dapat menerimanya, terlebih kalimat tersebut ditunjukkan untuk gadis tercintanya.

"Ahaha... Lagipula aku juga ingin segera menjauhinya," kata Kuroo.

"Oh benar juga, Kuroo-san 'kan sudah memiliki [surname]-senpai," celetuk Lev.

"Belum. Kemarin dia belum menjawabnya," kata Kuroo sembari pikirannya menerawang kemarin hari. Benar juga. Kemarin Kuroo tak memberikan waktu bagi [name] untuk menjawabnya dan [name] sendiri juga masih terlihat linglung kala itu.

"Lakukan yang terbaik," ucap Yaku memberi semangat dengan Kai yang juga mengangguk meyakinkan.

"Un. Doakan aku."

Batinnya tak berhenti berharap agar [name] menerima pernyataan cintanya. Tapi tentu Kuroo juga tak akan memaksa bila [name] menolaknya. Ia hanya ingin [name] menentukan pilihan gadis itu sendiri.

***

Dengan sebuah kantong plastik berisi dua porsi udon di tangannya, Kuroo membuka pintu rumahnya perlahan. Melepas sepatunya di genkan, ia lantas mengedarkan pandangannya ke seluruh rumah kala mendapati lampu ruang tengah menyala terang. Terheran karena tak mungkin lampu tersebut menyala sedangkan ayahnya saja tak ada di rumah dan [name] sedang sakit.

Sedetik kemudian, pintu kamar mandi terbuka, membuat Kuroo mendesah setelah tau penyebab menyalanya lampu ruang tengah. Dari dalam kamar mandi, muncul sosok gadis dengan celana bahan panjang dan kaos hitam kebesaran tengah mengangkat sebuah keranjang sedang berisi cucian bersih yang masih basah. [name], gadis yang baru saja keluar dari kamar mandi tersebut lantas mengalihkan pandangannya ke arah Kuroo yang baru saja pulang. Kuroo menelan ludah setelah menyadari sesuatu yang membuat wajahnya sedikit bersemu. Ia dengan cepat menghilangkan kiasan aneh yang tergambar di pikirannya.

"Aah Kuroo."

"Tetsu," koreksi Kuroo sembari menuju meja makan di dekat dapur yang tak jauh dari tempat [name] berdiri. Ia lantas segera menghampiri [name] setelah meletakkan udon yang ia beli tadi.

"Biar aku bantu." Kuroo mengangkat keranjang tadi, membawanya ke pintu yang menghubungkan dengan halaman samping rumah dengan mudah.

'Astaga. Bahkan aku perlu mengeluarkan tenaga dalam untuk mengangkatnya,' batin [name] sembari mengikuti langkah Kuroo.

"Terima kasih. Mandilah dulu, aku akan menyelesaikan ini," ucap [name] setelah Kuroo meletakkan keranjang tersebut.

"Aku tadi membeli udon."

"Un, aku akan menyiapkannya." [name] mengangguk.

Sepeninggalan laki-laki bersurai hitam tersebut, [name] mulai menjemur satu persatu pakaian yang ia cuci barusan. Angin sore hari ini cukup kencang dan teratur, cukup untuk setidaknya membuat pakaian yang ia gantung ini setengah kering.

Setelah tadi sore sekitar jam tiga ia bangun, ia menemukan makanan dan sebuah catatan di meja samping tempat tidur yang berisikan arahan untuk menghabiskan makanan yang ada di nampan. Setelah memakan beberapa potong daging dan sup miso, yang untungnya tidak basi, tersebut, [name] memutuskan untuk bangun karena dirasa badannya sudah merasa baik.

Sebelum menuju kamar mandi, [name] terlebih dahulu menemukan keranjang penuh pakaian kotor yang Kuroo gunakan sewaktu pertandingan kemarin, tak lupa jersey setengah basah yang kemungkinan adalah jersey yang mereka gunakan kemarin dan belum sempat dicuci. [name] kemudian berinisiatif mencucinya beserta baju-baju miliknya juga.

Setelah Kuroo kembali masuk ke dalam, ia segera menaruh tasnya dan berlalu menuju kamar mandi. Sejurus kemudian batinnya berujar, 'Ini seperti latihan menjadi keluarga.'

Kuroo sedikit menyeringai membayangkan hal tersebut.

***

"Kenapa kau repot-repot mencucinya?" tanya Kuroo setelah ia duduk di kursi meja makan, berhadapan dengan [name] yang sudah duduk duluan.

"Tidak apa-apa. Aku melihat bajumu belum dicuci, jadi aku mencucinya saja," jawab [name].

"Kau sedang sakit [name]," tutur Kuroo, mengingatkan gadis tersebut akan kondisinya.

Kemarin saja ia dibuat sangat khawatir saat perjalanan pulang dari sekolah. Sepanjang di dalam kereta, [name] tidur dengan rintihan tak nyaman keluar dari mulutnya. Sesekali Kuroo juga mengusap peluh sang gadis saat [name] bergumam kepanasan. Tangan Kuroo selalu ia lingkaran di pinggang kecil [name] setelah [name] hampir jatuh tersungkur ke depan. Tentu saja hal tersebut tak membuat Kuroo langsung percaya saat gadis tersebut mengatakan ia sudah baik-baik saja sekarang.

"Aku sudah baik-baik saja," kata [name] yakin.

"Ya.. Yaa.. Katakan pada orang yang kemarin malam kesulitan bernapas karena demam tingginya." Kuroo menatap [name] mengejek.

Tak sepenuhnya perkataan Kuroo salah. Tadi malam [name] memang kesulitan tidur lantaran demamnya yang sangat tinggi. Kuroo dibuat kalang kabut karenanya. Di tengah malam, rintihan [name] membangunkan Kuroo. Tentu saja dengan telaten laki-laki bersurai hitam tersebut mulai mengompres [name] serta membersihkan tubuh [name] yang terus berkeringat. Ia juga selalu mengusap tangan [name] kala sang gadis terisak kecil dan mengeluh tak tahan. Walaupun tak ingin, nyatanya Kuroo memang tidur satu ranjang dengan [name] secara tak sengaja. Kemudian terbangun pukul tiga pagi dan memutuskan kembali tidur di futon di bawah di samping ranjang.

[name] hanya tertawa. "Ah jangan dibahas lagi. Ayo kita makan sekarang," kata [name] seraya tangannya menyatu di depan dada.

"Ittadakimasu," ucap keduanya bersamaan.

Makan malam mereka diisi dengan obrolan-obrolan ringan keduanya. Dimulai dari pujian untuk rasa udon yang dilontarkan [name] hingga gurauan singkat mengenai teman-teman mereka. Percakapan mereka mengalir begitu saja, seolah tak merasa canggung sedikitpun.

"Arigatou, karena sudah merawatku," ucap [name].

"Un, daijoubu."

"A-apa aku merepotkan? Aku memiliki beberapa kebiasaan saat sakit. Mungkin aku malah merepotkanmu semalam." tanya [name] dengan pandangan khawatir ke arah Kuroo.

"Kau sangat merepotkan." kuroo tertawa melihat reaksi [name] yang mulai panik.

"Hontou?!" pekik [name].

Kuroo masih menikmati ekspresi panik [name]. Kemudian ia tak sengaja Kuroo melirik kaos hitam yang dikenakan [name], mulutnya terbuka hendak bertanya.

"Ano [name]. Kaos itu...?"

"Ah gomen. Ma-maaf jika lancang membuka lemarimu, tapi bajuku tadi sudah basah oleh keringat dan bajuku yang aku bawa kemarin juga masih kotor. Jadi... Aku me.. minjam bajumu. Se-sekali lagi maaf." Suara sang gadis mengecil di akhir kalimat, kepalanya lantas ikut menunduk. Sebenarnya ia tadi berniat pulang mengambil pakaian ganti untuknya, tetapi pagar depan rumah Kuroo terkunci. Tak mungkin bukan ia memanjat pagar tersebut, bisa-bisa ia dikira akan mencuri.

Kuroo menggelengkan kepalanya,ia tersenyum menenangkan sang gadis. "Tidak apa-apa."

Merasa gadis di depannya kini terlihat canggung dan sedikit kikuk, Kuroo lantas segera mengganti topik.

"Tadi Nekomata sensei dan yang lain menitipkan ucapan terima kasih untukmu."

"Padahal aku tidak melakukan apapun." [name] kembali menegakkan kepalnya.

"Kau sangat membantu, [name]. Kau tau betapa bersemangatnya anak-anak yang lain ketika kau memperhatikan dan menegur mereka? Terima kasih karena telah mau membantu kami, bahkan menyiapkan semua keperluan kami," kata Kuroo yang membuat [name] tertegun.

"Kau berlebihan, Tetsu." Tangan [name] yang memegang sumpit mengaduk udon di hadapannya acak.

"Justru aku yang harus berterima kasih. Aku sangat bersyukur bisa bertemu kalian. Selama ini aku tak pernah benar-benar memiliki seorang teman, dan sekarang aku memiliki teman bahkan keluarga... Terutama Tetsu," lanjut [name].

Mata kuning Kuroo menatap [name] bersalah."Maaf jika dulu aku tidak mempeduluaknmu. Aku hanya merasa canggung setelah saat kecil kita tak begitu akrab hanya karena kebodohanku dulu."

Setelah kalimat Kuroo selesai terucap, hening lantas menyambut. Dengan Kuroo yang masih menatap lekat ke arah [name] yang masih setia menunduk dan mengaduk acak udon miliknya. Beberapa saat setelah keduanya terdiam, [name] mengangkat kembali kepalnya, menatap kedua netra Kuroo yang juga tengah menatap ke arahnya.

Sekali lagi ia, akan mencobanya.

Setelah menarik napas panjang, [name] membuka mulutnya, bersiap mengucapkan sesuatu yang selama ini menjadi rahasia untuk dirinya sendiri, mencobanya untuk yang kedua kali.

"Tetsu, aku-" [name] mengernyit heran kala Kuroo memotong kalimatnya.

"Tunggu. Sepertinya aku bisa menebak apa yang akan kau katakan." Tangan Kuroo mengambang di udara, memberi isyarat [name] untuk menghentikan ucapannya.

"Tolong kali ini biarkan aku yang mengatakannya pertama," lanjut Kuroo.

[name] terdiam. Kedua pipinya terasa hangat hingga ke telinga. Apakah benar Kuroo tau apa yang hendak is ucapkan? [name] masih diam menunggu Kuroo kembali bersuara, sementara jantungnya justru terus bergemuruh tak dapat diam.

"Boku wa... [name] no koto ga suki desu. Dakara, boku no kanojo ni natte kudasai."

"Aku tidak ingin lagi hanya menjadi temanmu. Aku ingin selalu bersamamu dan menjagamu," ucap sang laki-laki lantang.

'Ini... mimpi?' batin [name]

Sang gadis melebarkan mata. Napasnya berhenti beberapa detik kala keterkejutan ia rasakan. [name] merasa kedua matanya memanas hendak mengeluarkan kristal bening yang entah sejak kapan telah menumpuk di pelupuk matanya.

Usahanya sia-sia ketika isakannya mulai terdengar. Satu persatu air matanya jatuh dan segera disambut uluran tangan laki-laki di depannya. Tangan besar Kuroo mengusap pelan pipi [name] yang kini basah karena air mata.

Dengan suara pelan [name] bersuara, "Un, yatte mimashou. Aku juga ingin selalu bersama Tetsu."

"Berangkat dan pulang bersama..."

"Pergi makan siang bersama dan lain-lainnya bersama..."

Kuroo tersenyum, mengangguk-anggukan kepalanya menanggapi keinginan [name] sembari tangannya masih mengusap pipi [name] dengan tangan kanannya.

Di sela-sela tangisannya, [name] sesekali menganggukkan kepalanya menanggapi kalimat Kuroo. Kuroo terus berbicara tentang keinginan-keinginannya yang akan dilakukan mereka berdua, berjanji akan melakukan semua yang ingin [name] lakukan bersama dengannya.

Entahlah, [name] tak bisa mendeskripsikan perasaannya saat ini. Berbagai rasa mampir mengisi hatinya.

Pikirannya ikut berputar mengulang momen beberapa tahun lalu. Setahun yang lalu, Kuroo masih tak acuh terhadapnya. Setahun yang lalu, [name] bagaikan orang asing untuk Kuroo.

Sekarang, ia bisa dengan bangga mengatakan jika laki-laki di depannya sekarang adalah kekasihnya. Miliknya.







Owari

Aaaaa akhirnya 😭
Turut berbahagia untuk mbak nem.
Gimana sama endingnya?

Karena aku suka cerita tanpa konflik yang isinya uwu uwu an aja dan ngerasa kurang dengan momen mereka berdua, mungkin aku bakal buat ekstra part yang ekstra. Aku bakal buat kehidupan sehari-hari mereka setelah pacaran. Doakan semoga bisa ya😁

Btw yang part terakhir itu berlebihan nggak sih untuk ukuran 'nembak' pacar?

Maklum, saya nggak pernah merasakan genre romance di kehidupan nyata 😌

Oke gitu aja.

Continue Reading

You'll Also Like

726K 67.8K 42
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
119K 17.6K 31
Tsukishima Kei x Reader Tsukishima Kei berhasil menemukan pemanis hidupnya ketika sekolah dasar. Yang bisa membuat Tsukishima menyayangi, melindungi...
3.2K 222 20
[END] Hanya berisikan tentang keseharian kamu menjadi seorang nyonya Fukuzawa. #1 -Fukuzawa [14/01/2024] #6 -BSD [17/01/2024] #1 -Fukuzawa Yukichi [0...
62.7K 8.9K 28
"(Name), biarkan aku bertanggung jawab" Wakasa itu hanya seorang lelaki normal, manusia normal yang bisa saja tak sengaja menapak pada jalan setan...