18 [END]

1K 74 8
                                    

Embusan angin sejuk musim dingin menyapu seluruh kota, membuat orang-orang mulai ngengeratkan jaket serta syal yang mereka kenakan. Daun-daun sisa musim gugur terlihat berkumpul di tepi trotoar yang sesekali bergerak kala angin dari beberapa kendaraan meniup mereka.

Dengan seragam sekolah yang masih lengkap, segerombol anak laki-laki tersebut berjalan pelan menyusuri trotoar hendak menuju stasiun kereta bawah tanah.

Di barisan paling depan, Inuoka dan Shibayama memimpin. Lelaki bersurai coklat menarik pelan lengan lelaki yang satunya. Di belakangnya si puding tengah menggenggam ponselnya yang menampilkan visual game yang berusaha ia menangkan sedari siang dengan Fukunaga dan Yamamoto yang mengintip di kedua sisinya. Sementara sisanya berada di belakang, membahas kelakuan captain mereka yang membuat heboh satu sekolah.

Sang primadona, Inori, yang dari awal tahun pertama terlihat menunjukkan ketertarikannya kepada salah satu anggota tim voli sekolah mereka dan selalu terlihat kemana-mana bersama, secara tidak langsung ditolak oleh sang laki-laki. Kendati banyak yang menyayangkan hal tersebut, tak sedikit juga yang merasa senang karenanya.

Inori bukan gadis yang dibenci semua orang, bukan juga gadis yang selalu dijunjung tinggi semuanya. Sifat ramahnya terkadang membuat kesal lantaran perkataannya yang tak tersaring, bertingkah sok polos seolah tak ada kesalahan dalam ucapannya. Hal tersebut yang membuat beberapa orang kurang suka dengannya.

"Seharusnya tadi kau lihat wajah malu Inori. Itu sangat menghibur." Tawa renyah Yaku terdengar. Ia kembali membayangkan kejadian saat istirahat makan siang tadi.

"Kali ini kau benar-benar membuat satu sekolah heboh," sahut Kai.

"Kuroo-san hebat!" Kedua jempol Lev teracung, memuji kakak kelasnya tersebut. Sementara Kuroo hanya tersenyum garing mendengarnya.

Sebenarnya ia tak berniat membuat sesuatu yang menghebohkan seperti tadi siang. Ia hanya ingin mengutarakan sesuatu yang selama ini ia tahan karena menurutnya hal tersebut terlalu jahat. Namun saat kalimat tak benar yang keluar dari mulut gadis tersebut terdengar di telinganya, Kuroo tentu saja tak dapat menerimanya, terlebih kalimat tersebut ditunjukkan untuk gadis tercintanya.

"Ahaha... Lagipula aku juga ingin segera menjauhinya," kata Kuroo.

"Oh benar juga, Kuroo-san 'kan sudah memiliki [surname]-senpai," celetuk Lev.

"Belum. Kemarin dia belum menjawabnya," kata Kuroo sembari pikirannya menerawang kemarin hari. Benar juga. Kemarin Kuroo tak memberikan waktu bagi [name] untuk menjawabnya dan [name] sendiri juga masih terlihat linglung kala itu.

"Lakukan yang terbaik," ucap Yaku memberi semangat dengan Kai yang juga mengangguk meyakinkan.

"Un. Doakan aku."

Batinnya tak berhenti berharap agar [name] menerima pernyataan cintanya. Tapi tentu Kuroo juga tak akan memaksa bila [name] menolaknya. Ia hanya ingin [name] menentukan pilihan gadis itu sendiri.

***

Dengan sebuah kantong plastik berisi dua porsi udon di tangannya, Kuroo membuka pintu rumahnya perlahan. Melepas sepatunya di genkan, ia lantas mengedarkan pandangannya ke seluruh rumah kala mendapati lampu ruang tengah menyala terang. Terheran karena tak mungkin lampu tersebut menyala sedangkan ayahnya saja tak ada di rumah dan [name] sedang sakit.

Sedetik kemudian, pintu kamar mandi terbuka, membuat Kuroo mendesah setelah tau penyebab menyalanya lampu ruang tengah. Dari dalam kamar mandi, muncul sosok gadis dengan celana bahan panjang dan kaos hitam kebesaran tengah mengangkat sebuah keranjang sedang berisi cucian bersih yang masih basah. [name], gadis yang baru saja keluar dari kamar mandi tersebut lantas mengalihkan pandangannya ke arah Kuroo yang baru saja pulang. Kuroo menelan ludah setelah menyadari sesuatu yang membuat wajahnya sedikit bersemu. Ia dengan cepat menghilangkan kiasan aneh yang tergambar di pikirannya.

Be Mine [Kuroo Tetsurou x Reader] ✅Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα