4

656 92 23
                                    

"Ano Kuroo. Bisakah kau mengantarku pulang?"

Pertanyaan dari Inori membuat [name] menoleh cepat. Dilihatnya Inori yang tengah memandangi Kuroo penuh harap.
Sedangkan sang pemuda yang diajak bicara masih terdiam di depannya.

[name] tak berharap Kuroo akan menolak ajakan Inori. Ia tau jika Kuroo pasti akan mengiyakan pertanyaan Inori barusan, mengingat dulu keduanya sangat dekat.

Kuroo masih diam dan berpikir. Menimbang keputusan yang akan ia pilih.

"Tidak sering, tapi beberapa kali aku mengalaminya."

Kuroo melirik [name] sesaat setelah kalimat [name] terlintas di ingatannya.

Tak lagi menunggu jawaban dari Kuroo, [name] dengan cepat mengambil tasnya dan hendak berdiri.

"Gomen. Tapi aku harus pulang dengan [name]," jawab Kuroo menghentikan pergerakan [name] yang hendak berdiri.

Salah total. Prediksi [name] tentang Kuroo yang akan mengiyakan ajakan Inori benar-benar salah. Kuroo justru mengatakan akan pulang bersamanya, benar-benar tak terlintas di benaknya bahwa Kuroo akan menjawab seperti tadi.

Sontak saja [name] tiba-tiba mematung dengan posisi sedikit perjongkok akibat mendengar jawaban Kuroo. Dilihatnya Inori yang tengah menatap tak suka ke arahnya. Hanya sebentar, tapi mampu membuat [name] menundukkan pandangannya ke bawah lagi.

"Lagi pula rumahmu masih satu arah dengan Akihito, bukan?" lanjut Kuroo menoleh ke arah Akihito.

"Tapi rumahnya berbeda blok dengan ku," kata Inori sambil menunjuk Akihito.

"Setidaknya kau masih bisa naik kereta bersama," ucap Kuroo sembari mulai berdiri.

"Demo Kuroo..." Inori masih menatap Kuroo.

"Sudahlah. Sebaiknya kalian segera pulang, ini sudah semakin petang. Akihito, tolong antar Inori, oke?" kata Akiya melerai Inori yang masih ingin memprotes.

Kuroo segera berdiri dan mengajak [name] pulang. [name] berpamitan kepada Akiya selaku pemilik rumah lalu mulai mengikuti Kuroo.

Bentangan langit biru tua menjadi atap Kuroo dan [name] berjalan melewati rumah-rumah di samping mereka. Hening sangat terasa kendati beberapa suara terdengar dari rumah-rumah yang mereka lewati.

[name] hendak bertanya perihal tadi, ia sangat penasaran kenapa Kuroo menolak ajakan Inori dan malah ingin pulang dengannya. Mulut [name] kembali tertutup kembali sebelum sempat mengucapkan kalimatnya. Ia ingin tau, tapi juga tak berani bertanya. Akhirnya, setelah perdebatan panjang dengan pikirannya, [name] memberanikan diri bertanya.

"A-Ano Kuroo--"

"Tetsu. Sudah aku katakan untuk memanggil Tetsu saja," kata Kuroo memotong kalimat [name].

"Ah iya. Tetsu--rou, aku ingin bertanya. Mengapa tadi kau tidak mengantar Inori saja?" tanya [name].

"Dan membiarkanmu menaiki kereta sendiri sampai hal seperti tadi siang terulang lagi?" Kuroo balik bertanya. Pandangannya mengarah ke [name] yang juga tengah menoleh ke arahnya.

"T-tidak. Maksud ku--"

"Lagi pula aku sudah berjanji pada [surname]-san untuk menjagamu," ucap Kuroo sembari mengembalikan pandangannya ke depan. Menatap jalanan kecil nan sepi yang mereka lewati.

[name] terdiam setelah menangkap satu hal. Kuroo hanya menepati janjinya kepada orang tuanya. Kuroo tak melakukannya semata mata karena kemauannya sendiri. Dan itu berarti, mungkin saja Kuroo justru ingin mengantar Inori dan bukan pulang bersamanya.

Be Mine [Kuroo Tetsurou x Reader] ✅Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt