8

668 77 4
                                    

Layaknya ditelan banyaknya orang yang tengah ingin menyaksikan hanabi matsuri, [name] benar-benar bisa tenggelam jika tak ada tangan Kuroo yang menggandeng tangannya serta merangkul bahunya ringan.

Kuroo tiba-tiba saja menarik [name] menjauhi teman-temannya yang lain dan membawanya ke tempat ini, tepi pembatas pantai yang juga merupakan tempat favorit orang orang melihat hanabi. Selain mereka, ada banyak lagi orang orang yang juga menyaksikan hanabi dari atas sini.

[name] masih penasaran dengan alasan Kuroo menariknya ke sini. Kuroo yang seakan paham dengan tatapan kebingungan [name] lantas menyahut.

"Aku tau kau tak nyaman dengan Inori."

"A-arigatou."

"Tak apa. Sebenarnya aku juga ingin pergi dari sana." Tangan Kuroo terangkat, merapikan beberapa helai rambut [name] yang keluar dari tatanan.

[name] diam menegang. Badannya mendadak kaku kala Kuroo mendekatkan dirinya. Aroma Kuroo tercium masuk ke indra penciuman [name], menyebabkan jantung [name] benar-benar bersemangat melakukan tugasnya. Perlahan [name] mengangkat kepalanya, mencoba menatap manik serupa kucing dengan warna kuning keemasan yang juga tengah menatapnya.

Dua pasang netra berbeda warna bertubrukan, saling mengunci satu sama lain seolah enggan melepas ikatan masing-masing. Binar keduanya terlihat, di bawah langit biru malam serta sorot indah bulan yang remang-remang, kilatan indah di masing-masing netra terlihat, menyambut satu sama lain.

[name] menggigit bibir bawahnya kecil mengusir kegugupan. Mengepalkan tangannya pelan, [name] memaksa dirinya untuk mengeluarkan suara. Melontarkan sebuah kalimat yang sangat ia jaga, yang sampai sekarang masih menjadi rahasianya sendiri.

"Kuroo, dai.."

Duarr!!

"suki."

Suara letusan hanabi di depan mereka terdengar, diikuti percikan indah berbagai warna hasil letusannya. Melenyapkan semua suara bising di sekitar keduanya. [name] masih setia menatap sang surai hitam di depannya. Batinnya mengumpat kecil lantaran suara letusan hanabi menenggelamkan suara [name]. Tak apa, [name] sudah sangat senang dengan keberaniannya mengucapkan kalimat tersebut. [name] senang ia bisa mengucapkannya di depan Kuroo langsung.

"Nani? Kikoenai," ucap Kuroo berteriak, mencoba memfokuskan kembali telinganya setelah suara letusan keras hanabi terdengar memekakkan telinga.

"Un. Nandemonai." [name] menggeleng pelan sembari tersenyum lebar ke arah Kuroo sebelum mengalihkan pandangan ke depan, menatap hanabi yang masih indah menghiasi langit malam ini. Manik [e/c] nya berkilau seiring banyaknya hanabi yang meletus memenuhi langit.

Kuroo masih menatap [name] penasaran. Ia jelas melihat [name] berbicara padanya.

"Tidak, kau tadi berbicara sesuatu, bukan?" teriak Kuroo lagi. [name] menoleh ke arah Kuroo, masih dengan senyum lebar di bibirnya.

"Hanabi wa kirei na." [name] ikut berteriak sembari mencondongkan tubuhnya ke arah Kuroo. Tawa lepas [name] tercipta setelahnya, menimbulkan sebuah pertanyaan di benak Kuroo.

Kuroo tak yakin [name] memang mengatakan hal tersebut. Tapi melihat [name] yang menatap hanabi di depan mereka dengan bahagia, ia memilih mengurungkan niatnya untuk bertanya lagi.

Deburan ombak kecil serta riak air di bawah, menambah biasingnya suasana. Pantulan hanabi indah di antara gelombang air laut menciptakan hamparan kebun hanabi yang memanjakan mata. [name] menikmatinya, setiap detik kebersamaan mereka saat ini ia rekam dalam ingatannya. Perasaan lega melingkupi hatinya setelah ia dengan berani menyatakan perasaannya pada Kuroo tadi.

Be Mine [Kuroo Tetsurou x Reader] ✅Where stories live. Discover now