Strawberry Mojito (Open Pre-o...

By Belladonalba

2.7M 233K 3.3K

Apa yang kamu rasakan setelah terbangun di samping seorang laki-laki dengan keadaan hampir tidak memakai apap... More

Bab. 1
Bab. 2
BAB. 3
BAB. 4
Bab 5.
Bab. 6
Bab. 7
Bab. 8
BAB. 9
BAB. 10
BAB. 11
BAB. 12
BAB. 13
BAB. 14
BAB. 16
BAB. 17
BAB. 18
BAB. 19
BAB. 20
BAB. 21
BAB. 22
BAB. 23
BAB. 24
BAB. 25
BAB. 26
BAB. 27
BAB. 28
BAB. 29
BAB. 30
BAB. 31
BAB. 32
BAB. 33
BAB. 34
BAB. 35
BAB. 36
BAB. 37
BAB. 38
BAB. 39
BAB. 40
BAB. 41
BAB. 42
BAB. 43
BAB. 44 END
Ekstra Part : Malam Itu
Ekstra Part 2 : After Married
Side Story : Mahina (1)
Side Story : Mahina (2)
Extra Part : The Last
CERITA BARU
INFO
Info
vote cover!!!
Open Pre-Order🎉🎉

BAB. 15

60K 5K 14
By Belladonalba

Beberapa hari berlalu, sekarang Arelia, Cahaya dan Alexa sudah berada di dalam salon. Ketiganya kompak memakai dress kebaya sederhana berwarna pink pastel. Dan bahkan menyanggul rambut mereka dengan gaya yang hampir persis sama. Ini khusus permintaan cahaya yang ingin didandani persis seperti anak kembar. Katanya walau usianya sudah tak muda lagi dia tetap ingin eksis seperti kalangan muda.

Yang membedakan penampilan mereka hanyalah jenis heels apa yang mereka gunakan. Arelia hanya mampu memakai heels lima senti sedangkan Alexa dan Cahaya sudah berlenggok bak model dengan heels dua belas senti mereka. Arelia bahkan sempat hampir jantungan begitu Cahaya melompat-lompat di anakan tangga, takut kalau akan terjadi kecelakaan yang tidak diinginkan. Tapi sepertinya si pelaku malah tidak ambil pusing, Cahaya masih hyperaktif seperti biasanya.

"You're so beautifull, babe."

Arelia tersenyum malu, menatap penampilan Axelle yang terpantul di cermin. Khusus untuk acara kali ini Axelle mengenakan sebuah jas hitam yang berhasil membungkus tubuhnya dengan pas. Rambutnya yang biasanya berantakan sekarang disisir rapi. Sungguh Arelia tidak bisa menahan diri untuk memuji kekasihnya itu. Axelle sangat-sangat tampan.

Axelle lalu meraih tangan Arelia. "Ayo, Mama udah nunggu."

Arelia mengangguk, mengikuti Axelle guna memasuki mobil dimana Cahaya, Danesh dan Alexa sudah berada. Mereka semua sepakat untuk pergi ke acara pertunangan bersama-sama, sekali lagi atas permintaan Cahaya yang ingin terlihat seperti satu keluarga yang harmonis.

"Are, bagus yang mana?" Tanya Alexa sembari memamerkan ponselnya yang menampilkan beberapa foto yang tadi sempat mereka ambil di dalam salon.

Arelia menggeser layar ponsel beberapa kali sebelum berhenti di satu foto yang mereka ambil di ruang ganti. "Yang ini bagus, Al," tunjuknya.

Alexa mengangguk setuju, gadis itu lalu segara memposting foto mereka di media sosialnya. "Mama, ada yang komen katanya ada yang mau jadi Papa tiri, Al," lontar Alexa hanya berselang beberapa detik setelah dia mengunggah foto mereka.

Cahaya yang duduk di kursi penumpang depan segera menoleh. "Serius? Mana Mama lihat."

“Tuh, Ma yang akunnya sang Papa tiri."

"Ihh, ganteng loh Al."

Tiba-tiba suara dehaman terdengar yang sontak membuat semua pasang mata di mobil itu menoleh ke depan. "Ya," panggil Danesh pada sang istri.

Cahaya mengerjap bingung sebelum akhirnya mengulas kikikan geli. "Cuma bercanda Mas. Walau banyak laki-laki yang jatuh cinta sama Aya, Mas Dan tetap ada di hati. Love you."

Danesh sama sekali tidak menjawab, tapi dari anggukan kepalanya sepertinya laki-laki itu amat puas. Sebenarnya Arelia sedikit speechless melihat pemandangan itu, terutama ketika Cahaya melontarkan ciuman jarak jauh pada Danesh tanpa malu-malu sedikitpun. Sepertinya kemampuan merayu Axelle dan Alexa didapat dari sang Mama.

"Eh, Are lihat deh," Alexa menepuk-nepuk pundaknya. "Kak Astra komen, katanya kamu cantik banget. Ihh tumben banget ya dia komen."

Mendengarnya, Axelle yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya langsung menoleh. Laki-laki itu memicing sipit dengan rahang yang mengetat. "Astra? Siapa dia?" Tanyanya. Arelia yang dihadapkan dengan pertanyaan itu segera mengalihkan atensi, sedikit beringsut saat mendapati ekspresi Axelle yang sudah seperti pengacara di ruang sidang.

"Itu loh Bang, senior aku di kampus. Dia populer banget udah ganteng, ramah, baik lagi. Awalnya Al mau ajak PDKT tapi kayaknya Kak Astra lebih suka tipe kayak Are deh. Iya ‘kan Are? Kak Astra juga sering ajak Are makan berdua. Pokoknya dia itu perfect,” celoteh Alexa yang sama sekali tidak menyadari akan adanya bahaya. Gadis itu malah kembali melontarkan pujian akan sosok Astra.

Duh, rasanya Arelia ingin sekali mencocol mulut Alexa. Sumpah, pasalnya wajah Axelle sudah sangat menakutkan. Arelia bergidik, merasa terancam oleh aura cemburu Axelle yang menakutkan.

Menyadari kalau suasana agak tidak nyaman, Cahaya kembali menoleh ke belakang. "Udah lah, Bang. Biar pun banyak ngengat penggoda Mama yakin kok Arelia itu cintanya sama kamu. Lihat dong Mama sama Papa, masih romantis walau Mama jadi rebutan laki-laki lain. Iya 'kan Mas Dan?" Danesh bersenandung mengiyakan. Apapun yang dikatakan istrinya adalah kebenaran mutlak.

Dan rasanya Arelia ingin sekali mengucapkan banyak terimakasih kepada Cahaya karena setelahnya aura membeku Axelle sedikit mereda. Meski Arelia harus merelakan tangannya yang digenggam erat-erat dan diletakkan di atas paha laki-laki itu.

"Are, adik kelas kita juga komen katanya dia siap ajak kamu ke pelaminan," celetuk Alexa untuk kesekian kalinya.

Huh! Rasanya Arelia ingin sekali melempar sahabatnya itu dari dalam mobil sekarang juga. Sumpah Alexa fucek banget!!!

***

Pesta pertunangan ini ternyata di adakan di sebuah hotel bintang lima yang terletak tak jauh dari pinggiran pantai. Arelia sedikit terpesona dengan ornamen mewah yang seakan membutakan mata saking glowing-nya. Lihat saja ratusan bunga wisteria yang terbuat dari kristal berkilauan yang digantung di langit-langit. Wah, Arelia tidak bisa membayangkan seberapa banyak uang yang harus dia habiskan hanya untuk mengadakan pesta sehari ini.

"Kamu suka?" Pertanyaan Axelle membuyarkan pikiran Arelia.

"Hah?"

"Kamu suka tema seperti ini?" ulang Axelle karena sepertinya Arelia tidak mendengar pertanyaannya dengan jelas.

Tentu saja Arelia suka. Tidak ada seorang pun wanita yang tidak suka dengan kemewahan, namun bukan berarti Arelia menginginkannya juga. Baginya hal seperti itu hanya membuang-buang uang saja. Lebih baik uangnya digunakan untuk membangun rumah karena hubungan tidak hanya berkutat pada sebuah pesta yang mewah. Itu hanya pikiran Arelia yang notabennya mahasiswa berkantung tipis sih. Setiap orang pasti memiliki pendapat berbeda dengan kemampuan berbeda pula.

"Bagus sih, tapi menurut aku terlalu mewah. Aku lebih suka yang sederhana."

Axelle mengangguk, diam-diam mencatat dalam pikirannya. Setelahnya mereka semua lalu duduk di meja yang telah disediakan oleh penyelenggara. Kebetulan meja mereka terletak tak jauh dari stage sehingga Arelia bisa melihat jalannya acara dengan mudah.

"Kamu mau kue?" Tawar Axelle.

Arelia tersenyum. "Boleh."

"Aku mau es krim ya, Bang," pinta Alexa.

Axelle lalu bergegas pergi, hanya berselang beberapa menit sebelum akhirnya kembali dengan sepiring aneka kue dan juga es krim pesanan Alexa.

"Makasih Abang,” kata Arelia. Axelle mengusap kepala Arelia sebagai balasan, hal yang membuat Arelia menunduk malu karena Alexa langsung berseru jahil.

Setengah jam kemudian pesta pertunangan akhirnya dimulai dengan meriah, ada sambutan dari orang tua kedua belah pihak lalu disambung dengan pemutaran video sebelum akhirnya sampai disesi inti yaitu pertukaran cincin. Arelia ikut bertepuk tangan bersama orang-orang, entah mengapa ikut senang padahal dia sama sekali tidak mengenal mereka. Ahh, mungkin dia terhipnotis oleh suasana romantis di sekitarnya.

 Kemudian acara berlanjut pada sesi berdansa. Cahaya dan Danesh sudah berbaur dengan pasangan lainnya. Memang ya kemesraan mereka tidak pernah kalah dengan kaum muda, mereka tetap saja lengket bagai pengantin baru. Alexa juga entah pergi kemana setelah katanya ingin menghampiri sepupunya yang lain. Arelia sebenarnya diajak namun Axelle menahannya.

"Kamu mau dansa?"

Arelia menggeleng dengan senyum tak enak. "Aku enggak bisa."

"Saya juga tidak," Axelle terkekeh. "Mau pergi?" Tawarnya lagi.

"Kemana?" Axelle tak menjawab dan malah menariknya menuju balkon yang kebetulan sedikit terpencil, apalagi terpisah oleh gorden tebal. Arelia terpesona begitu matanya menemukan pemandangan pantai di malam hari untuk pertama kalinya. Meski tidak sejelas seperti di siang hari namun deburan ombak sewarna bunga lili itu masih tetap indah.

"Abang enggak suka pesta seperti ini?" Tanya Arelia sesaat setelah Axelle memeluknya dari belakang.

"Saya selalu kabur jika Mama ajak."

Arelia tertawa mendengarnya, memang sesuai dengan sikap laki-laki itu.

"Kamu suka pantai?" Axelle bertanya karena sejak tadi Arelia terus menatap ke arah pantai tanpa sekalipun mengalihkan pandangan.

Arelia tersenyum, sebuah senyuman janggal yang untungnya tidak bisa Axelle lihat. "Sebenarnya tidak." Axelle bergeming menunggu kelanjutan kalimatnya. "Aku enggak bisa berenang," sambungnya sambil terkekeh.

"Saya bisa ajari kamu kalau kamu mau."

Arelia menyipitkan matanya curiga, sepertinya belajar berenang bersama Axelle bukanlah pilihan yang aman. Memikirkan kalau dia harus berada di satu kolam yang sama dalam keadaan basah kuyup, terutama dengan kecenderungan Axelle yang suka sekali menyosor, itu benar-benar harus dihindari.

"Bagaimana?"

"Hmmm, nanti aku pikirkan lagi ya Bang."

Axelle mengangguk, tak lantas menanyakan penolakan gadis itu. Selepasnya keduanya hanya terdiam, menikmati hembusan angin malam sembari menyalurkan kehangatan.

Continue Reading

You'll Also Like

176K 9.7K 49
Sometimes it takes sadness to know happiness But never let the sadness of your past and the fear of your future ruin the happiness of your present Ba...
3.8M 54.6K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
3.4M 369K 42
AREA BUCIN ❕❕ ANTI BUCIN DILARANG MAMPIR❌ HATI-HATI KENA MODUS BTARA🧚‍♀️ Orang yang paling bahagia ketika Alea pindah ke kantor pusat adalah sang ad...
1.9M 93.3K 56
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...