A Frozen Flower [ Terbit ]

By Yn1712

3.3M 270K 42.8K

• Obsession Series • [ SELAMAT MEMBACA ] Menggantikan saudari kembarnya untuk menjadi pengantin wanita dari s... More

Prolog
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42 ( END )
Ext Chp I
Ext Chp II
Ext Chp III
Info Skuel
Info terbit
Info PO - vote cover
Open PO

23

62.8K 5.7K 785
By Yn1712

A Frozen Flower
Sekuntum bunga yang beku
🥀

• 1,3k vote - 700 komen for the next chapter•

Launa nampak tenang menatap hamparan laut di hadapannya dalam diam. Sesekali sabit indah muncul di bibir manisnya membuat Alzion yang berada di sisinya semakin betah memandang lama.

Hening menyelimuti keduanya, tak ada suara selain deburan ombak yang bergerak pasang surut sesekali membentur karang. Semilir angin sore hari membuat aroma pasir pantai itu begitu memanjakan Launa.

Ini adalah mengindam Launa yang kedua, tadi pagi istri cantiknya itu meminta ingin pergi ke pantai sore-sore. Alzion langsung mengizinkan, selama itu adalah permintaan cebong kecilnya. Tapi, tentu saja dengan syarat dan ketentuan berlaku.

Launa seakan tidak melewatkan kesempatan ini untuk melepas tiap-tiap rasa lelah yang bersarang betah dalam dadanya. Sedikit ketenangan menghampiri relung Launa, sesekali perempuan itu tersenyum tipis dengan tangannya yang setia mengusap perut ratanya.

Tangan Alzion terangkat merangkul bahu Launa, lalu menarik punggung kecil itu untuk bersandar di dadanya. Launa menerima tanpa penolakan, ia hanya diam dengan matanya yang tak lepas melihat gambaran alam yang tersaji indah di hadapannya. Launa suka laut, suka makanan dan suka ketenangan.

"Zion," panggil Launa.

"Kenapa, hm?" Tanya Alzion sedikit menunduk menatap ke arah istri kecilnya ini. Aroma rambut Launa begitu terasa menyapa ramah indra penciumannya, memabukan dan menjadi candu yang selalu ia inginkan hadirnya.

"Aku ingin mendengarkan cerita," kata Launa. Perempuan itu mendongak menatap ke arah Alzion dan mengedip pelan, hal itu tidak Alzion lewatkan untuk ikut membalas tatapan Launa dari dekat.

"Mau mendengarkan cerita?" Tanya Alzion mengulang permintaan Launa barusan. Launa mengangguk pelan yang dihadiahi kecupan singkat oleh Alzion di pucuk kepala Launa. "Apapun untukmu, sayang," sahut Alzion tersenyum tampan.

Terhipnotis sejenak Launa dibuatnya, senyum itu tersirat ketulusan dan ketenangan yang tidak pernah nampak dari Alzion. Kelembutan dan segala bentuk perhatian yang pria itu berikan belakangan ini begitu membuat Launa terasa dimanjakan. Namun, sampai saat ini, rasanya sulit sekali untuk benar-benar membuka hati untuk pria itu.

Alzion kembali meluruskan pandangan ke arah lautan dengan tangannya yang setia mengusap lengan Launa, bermaksud memberikan kehangatan di tengah udara dingin yang mengepung mereka. "Dulu, ada seorang pangeran yang sangat dimusuhi oleh seisi Istana." Alzion memulai cerita dengan memungut kepingan luka yang pernah dilewatinya. "Seorang pangeran yang kehadirannya dianggap sebagai bencana."

Samar terlihat senyuman kecut tanda kemuakan Launa lihat dari gurat ekspresi yang tertampil Alzion. Namun, Launa enggan menyela. Ia memilih diam mendengarkan dan mengalihkan perhatian ikut menatap ke arah Laut yang bergerak tenang.

"Setiap hari, sang pangeran dituntut untuk selalu memenuhi apapun yang diinginkan oleh Raja. Jika pangeran melakukan kesalahan, ia akan langsung dihukum dan pukul tanpa ampun." Terhenti sejenak cerita Alzion, mata pria itu kian jauh menerawang dengan ekspresi tenang yang tertampilkan. Seolah emosi itu Alzion kontrol dengan baik.  

"Sang pangeran kesakitan, namun seisi istana seakan tutup mata dan telinga tak berniat mengulurkan tangannya untuk membantu pangeran." Kilatan mengerikan itu menghantam pikiran Alzion, tanpa sadar ia mengeratkan rangkulannya pada Launa. "Babak belur, geger otak, patah tulang, bahkan koma selama satu tahun lamanya, pernah sang pangeran rasakan. Dia begitu menyedihkan, bukan?" Alzion tersenyum kecut di akhir kalimatnya.

"Suatu hari, pangeran melakukan kesalahan, kesalahan yang sangat—fatal." Alzion menerawang masa itu, masa kelam nan sesak yang hingga kini terasa menghimpit dadanya. "Tanpa sengaja, pangeran membuat Ratu terjatuh dan mengalami keguguran. Raja marah bukan main, pangeran dipukul sampai tak sadarkan diri. Setelah itu, pangeran pergi guna mencari tempat untuk menangis. Karena di Istana, tangis pangeran tak diizinkan bersuara di sana."

Launa ikut sesak mendengarnya. Kenapa kisah yang Alzion ceritakan begitu mengerikan? Launa berharap semoga tidak ada orang tua semacam Raja dan Ratu itu dikehidupan nyata. Tidak tega rasanya jika ada yang mengalami nasib sama seperti yang dialami pangeran.

"Pangeran menangis di pinggiran toko, ia menangis sambil menggumamkan kalimat makian pada dirinya sendiri. Menunduk malu karena ia dilahirkan begitu lemah bahkan tidak mampu membela dirinya sendiri." Alzion membasahi bibirnya yang terasa kering. "Sampai akhirnya, ada seorang putri cantik dari negeri seberang membawakan harapan baru dan lilin kecil untuknya. Pangeran yang saat itu merasa pertama kali mendapat perhatian dari orang lain, senang bukan main. Ia merasa, semesta seolah memberinya hadiah dari segala rasa sakit yang telah ia terima."

"Sang pangeran akhirnya kembali ke Istana dengan membawa lilin itu kemanapun ia pergi. Sejak saat itu, pangeran yang sebelumnya tidak pernah punya tujuan dalam hidupnya, tidak pernah punya cita-cita, bahkan tidak pernah punya harapan. Di hari itu, ia memiliki segalanya. Tujuan, cita-cita dan harapan," ucap Alzion tersenyum pelan.

"Apa harapan pangeran?" Tanya Launa tak sabar saat Alzion menjeda cukup lama.

"Pangeran ingin memiliki kuasa, untuk mencapai cita-citanya membahagian putri cantik yang menjadi penolongnya. Dan, berharap agar mereka bersama selamanya, dalam cinta dan kebahagiaan." Launa mengangguk mengerti, ia menyukai cerita Alzion. Romansa manis dengan alur yang cukup tragis.

"Kenapa Raja menyakiti pangeran? Apakah pangeran berbuat kesalahan?" Launa kembali melontarkan pertanyaan membuat Alzion menunduk menatap ke arahnya.

Alzion membelai rambut Launa dengan satu tangannya. Bersamaan dengan susutnya sinar jingga sebagai proses pergantian alam yang kini mulai menyambut malam. Siluet keduanya nampak begitu mesra jika di abadikan kamera, namun, Alzion memilih untuk menyimpannya abadi dalam ingatan, tiap-tiap keindahan yang Launa suguhkan.

"Karena sang pangeran tidak sempurna," sahut Alzion pada akhirnya.

Launa mengedip pelan, ia menatap Alzion dalam-dalam. "Bukankah semua manusia itu tidak sempurna?" Kata Launa membuat Alzion menganggukan kepala membenarkan kalimatnya.

"Hm. Tapi, hukum semesta tidak selamanya berlaku pada tiap manusia, Launa."

Hening menyelimuti keduanya, Launa yang sibuk dengan pikirannya, dan Alzion yang sibuk memainkan rambut Launa. Kembali Launa teringat akan hal-hal berat yang dilaluinya, dimana ia harus berdarah dan kesakitan, kehilangan dan sendirian. Menyalahkan semesta rasanya sudah tidak berguna, ia hanya berdoa pada Tuhan agar ia diberikan kesempatan untuk melahirkan anaknya.

Merasakan udara kian dingin dan langit mulai menggelap, akhirnya Alzion bersuara, "ayo kita pulang. Angin malam tidak baik untuk ibu hamil." Launa menghela nafas pelan.

"Sebentar lagi, ya? Aku masih betah di sini," ucap Launa sedikit merengek meminta Alzion agar mengizinkannya di sini lebih lama lagi.

Alzion menggeleng. Perintah adalah sebuah keharusan untuknya. Ia tidak terima bantahan apalagi negosiasi yang tak menguntungkan. "Pulang, atau aku tidak akan mengizinkanmu keluar dari mansion lagi seumur hidupmu."

Launa melotot tak terima, ia berdecak lalu memukul pundak Alzion cukup kencang. "Kenapa kau gemar sekali mengancam?!" Tanya Launa kesal.

"Karena istriku yang nakal itu hanya bisa menurut jika diancam," sahutnya santai lalu membantu Launa untuk berdiri.

"Kirini istriki ying nikil ini hinyi bisi minirit jiki diincim," ucap Launa dan meninggalkan Alzion yang menghela nafas pelan.

Pria itu mengusap dadanya sabar. Menghadapi wanita hamil memang perlu kesabaran yang banyak. Terlebih, anak dalam rahim Launa adalah anaknya sendiri. Cebong kecil kebanggaannya.

*******

"Kandungan Nyonya sehat, dan berkembang dengan baik." Sang dokter tersenyum ramah menyampaikan hasil pemeriksaan. Alzion yang ikut menemani Launa hanya menampilkan ekspresi datarnya, namun jauh dari itu ia ikut senang karena anaknya tumbuh dengan sehat dalam rahim istrinya.

"Apakah kami bisa terus bercinta?" Tanya Alzion to the point. Tujuannya ikut mengantar Launa pemeriksaan tidak lain tidak bukan adalah untuk menanyakan hal ini. Launa memberengut malu mendengarnya, ia memberikan cubitan di pinggang pria itu yang tak berefek apapun pada Alzion. Bahkan pria itu mengambil tangan Launa dan mengusap jemarinya takut tangan istrinya kesakitan.

Sang dokter tersenyum maklum lalu menjawab pertanyaan Alzion, "Usia kandungan Nyonya baru resmi menginjak sembilan minggu, Tuan. Hubungan badan akan lebih baik dilakukan jika sudah mendekati kelahiran, hal itu untuk membuat ibu hamil lebih rileks. Seperti di bulan ke enam atau ke tujuh," paparnya.

"Tapi kemarin aku dan istriku melakukan hubungan intim, dan dia masih baik-baik saja," ucap Alzion sedikit protes.

Sang doker hanya bisa menghela nafas pelan, sedangkan Launa hanya bisa diam menahan malu. "Begini Tuan, berhubungan intim saat hamil muda sangat beresiko bagi kehamilan. Efek seriusnya bisa menyebabkan keguguran karena trauma plasenta yang dapat memicu pendarahan serius, hal itu tidak hanya membahayakan janin, tapi juga sang ibu."

Alzion membasahi bibirnya yang terasa kering lalu ia mengangguk samar mengerti. "Baiklah, aku mengerti."

"Jadi sekarang, anakku baik-baik saja, 'kan?" Tanya Launa memastikan. Anggukan sang dokter membuat Launa menghela nafas lega.

Setelah pemeriksaan dan konsultasi kehamilan itu selesai, kini Launa dan Alzion tengah berada dalam mobil untuk perjalanan pulang. Launa menatap lurus ke depan, mengamati lalu lalang orang dan kendaraan yang memadati jalan. Sedangkan Alzion bergelut dengan pikirannya, memungut ingatan dimana ia menggagahi istrinya di saat hamil muda yang ternyata sangat beresiko dan membahayakan istri cantiknya.

"Maaf," kata Alzion membuat Launa menoleh dan mengerutkan keningnya kebingungan. Alzion menoleh sekilas ke arah Launa dan meluruskan kalimatnya, "Maaf karena aku tidak tahu menyetubuhimu saat hamil muda membuatmu dan bayi dalam kandunganmu berada dalam bahaya." Alzion mencengkram kemudi erat, setitik rasa bersalah bersarang dalam dada.

Launa terdiam sejenak lalu menggenggam tangan Alzion dan tersenyum menenangkan. "Tidak apa, itu hakmu bukan?" Ucap Launa.

"Tapi setelah ini, kumohon untuk kau sedikit menahan diri setidaknya sampai bayiku lahir," ucap Launa yang langsung diangguki oleh Alzion.

Walaupun Alzion sendiri tidak yakin bisa menahan diri, tapi, kehilangan Launa lebih mengerikan dari apapun. Ia akan berusaha untuk tidak menyentuh Launa sampai Launa melahirkan anaknya. Itu sulit, bahkan sangat sulit. Tapi Alzion akan mencoba dan memaksakan dirinya.

Launa tersenyum melihat Alzion yang terlihat sekali mengalahkan egonya, sedikit tindakan kecil Alzion mampu membuat Launa merasa dihargai. "Terima kasih," ucap Launa.

"Hm. Kau mau makan apa?" Tanya Alzion mengalihkan pembicaraan. Mendengar tawaran itu, Launa berpikir sejenak dengan mengetukan jarinya pada bibir.

"Aku tahu tempat makanan yang enak disekitar sini," ucap Launa menatap Alzion berbinar.

"Dimana, hm?" Tanya Alzion dengan satu tangannya yang terangkat mengusap surai Launa dengan sayang.

"Nanti di depan ada pertigaan, kamu belok kiri, tiga ratus meter dari sana ada Resto ternama yang sangat aku suka." Alzion mengangguk menuruti, apapun untuk istrinya. Launa, yang kini menjadi kesayangannya.

*******

"Kau yakin bisa habiskan?" Tanya Alzion melihat begitu banyak hidangan yang tersaji dari pesanan Launa. Bukan karena ia tak mampu membayarnya, hanya saja—apakah perut Launa bisa menampung semuanya?

Launa mengangguk yakin dan mengambil satu potong daging panggang dengan saos favoritnya. "Hm. Tentu saja, aku suka makan kalau kau lupa," sahut Launa.

Mendengarnya Alzion hanya bisa menganggukan kepalanya.

"Kau tidak makan?" Tanya Launa saat melihat Alzion tak menyentuh makanannya sama sekali dan malah terus memperhatikannya. Alzion menggeleng sebagai jawaban yang membuat Launa kembali melontarkan pertanyaan. "Kenapa?"

"Melihatmu makan dengan lahap, aku sudah merasa kenyang," sahutnya jujur.

Alzion bukan tipikal orang yang suka makan, yang dimana berbanding terbalik dengan Launa yang sangat suka makan. Hal itu menjadikan Alzion begitu senang melihat istrinya itu makan dengan lahap, menikmati wajah Launa lebih mengenyangkan dibandingkan hidangan lezat yang tersaji dihadapannya.

Alzion tersenyum gemas melihat cara makan Launa yang seperti anak kecil. Entah kenapa, Alzion suka sifat kekanakan Launa yang sangat menggemaskan dimatanya. Sifat yang ditunjukan Launa sekarang seakan begitu murni tanpa dibuat-buat.

"Ayah, lihat, ada Zion!"

Kegiatan menyenangkan itu akhirnya harus terusik saat sebuah suara menginterupsi keduanya. Senyuman Alzion yang semula mengembang ke arah Launa, kini langsung memudar tergantikan ekspresi datar dan dinginnya.

Seorang perempuan cantik dengan laki-laki paruh baya yang sudah beruban sempurna itu menghampiri keduanya. Alzion spontan bangkit dan bersalaman hangat dengan pria paruh baya itu gaya khas seorang laki-laki. Lalu keduanya ikut bergabung di sana setelah basa-basi yang Alzion lontarkan.

"Bagaimana perkembangan perusahaanmu, hm? Sepertinya kau sudah terlalu sibuk hingga melupakanku," ucap pria itu dibarengi kekehan kecil menggoda Alzion.

"Aku sibuk mengurusi istriku yang nakal ini," sahut Alzion sengaja memberitahu, ia jengah bukan main dengan perempuan yang sedari tadi terus mencuri-curi pandang padanya.

Launa sediri nampak asik dengan makanannya, ia menyadari ada orang yang datang, namun tak berniat ikut campur dalam pembicaraan.

"Hallo perkenalkan aku Nick, dan ini putriku—Vera," ucap paruh baya itu memperkenalkan dirinya dan perempuan cantik yang bersamanya.

Launa hanya mengangguk sopan seraya ikut memperkenalkan diri, "Aku Launa. Senang bertemu dengan anda."

Pria paruh baya itu mengangguk dan tersenyum ke arah Alzion, lalu berbisik pelan padanya, "Jadi ini perempuan yang membuatmu hampit gila?"

Alzion tersenyum samar mendengarnya, ia mengangguk pelan membuat pria bernama Nick itu tertawa kencang. Anak kecil yang ia tempa guna membantunya membangun kuasa, kini sudah tumbuh dan memiliki obsesi yang besar dan membara-bara.

Keduanya memang sangat akrab, mengingat bahwa Nick adalah orang yang membantunya hingga membuat Alzion teramat menghargai dan menghormatinya. Itulah alasan kenapa Alzion begitu keras menahan diri agar tidak melukai Vera—putri dari Nick yang berusaha keras mengambil perhatiannya sedari dulu. Jika bukan anak dari orang yang begitu berjasa dalam hidupnya, Vera pasti sudah lebur dalam genggamannya.

"Zion," panggil Launa pelan, namun hal itu mampu mengalihkan atensi Alzion yang semula berbincang hangat dengan Nick.

"Kenapa, sayang, hm?" Tanya Alzion lembut dan perhatian. Hal itu tak luput dari pandangan Vera yang menatap ke arah keduanya dengan tatapan tenang, namun jauh dari itu ia menyimpan emosi yang meledak-ledak dalam diri. Tangannya terkepal kuat bukti ketidakterimaan atas perhatian Alzion pada perempuan murahan itu.

Launa mengunjukan kedua tangannya yang kotor bekas saus itu ke arah Alzion. "Tangannya kotor," ucap Launa memberitahu. Alzion yang peka langsung mengambil tisu basah dan membersihkan tangan istri kecilnya itu dengan telaten.

Setelah bersih, Alzion mencium kedua tangan Launa lalu berbisik mesra, "Sudah bersih sayang. Sekarang mau apa lagi, hm?" Tanyanya begitu memanjakan Launa.

"Mau minum," ucap Launa manja. Hal itu membuat Alzion gemas bukan main, segera ia mengambil segelas air dan mengarahkannya ke bibir istrinya, membantu Launa untuk minum walau sebetulnya Launa mampu melakukannya sendiri. "Sudah," ucap Launa menjauhkan gelas itu dari bibirnya.

Launa melirik ke arah Vera yang terus menatapnya, ia tersenyum tipis ke arah perempuan itu. Launa sengaja melakukan ini, karena ia hanya ingin melihat wajah merah padam dari perempuan yang tidak dikenalnya itu. Yang dimana, sedari awal kedatangannya berhasil mengusik Launa.

Vera melihat senyum licik Launa dibuat semakin geram, ia semakin yakin bahwa perempuan itu tidak sepolos apa yang ditampilkan. Jauh dari itu, Launa adalah perempuan yang cukup berbahaya.

Bersambung....

Sori banget aku sempet lama ga update. Soalnya minggu kemarin aku ada UAS, dan Alhamdulillah sekarang sudah selesai. Kurang lebih sekitar satu bulan aku dapet jatah libur, jadi aku bisa kembali fokus nulis.

Semangat kejar target, biar aku juga bisa langsung update.

Ssst, gimana sama part ini? Launa diem-diem mulai terkontaminasi sifat posesif Alzion. Wkwk.

Jangan lupa follow ig-ku, ya!

Continue Reading

You'll Also Like

35.5K 1.7K 42
Příběh je rozepsaný ( kapitoly nevycházejí pravidelně ). začátek: 8.1.2024 V příběhu se nachází návykové látky a sexuální scénky.
28.1K 642 74
Noah Lewis, který se ve škole představuje jako nejlepší fotbalista školy a má dvě skupiny lidí - ti, kteří ho milují a ti, kteří ho nenávidí. Do druh...
74.1K 2.2K 38
Sedmnáctiletou Jordynn postihne rodinná tragedie, proto je nucena opustit svůj domov a nedobrovolně žít jeden rok s rodinou matčiny kamarádky z unive...
16.6M 1.9M 87
SUDAH TERBIT VERSI NOVEL. Bisa didapatkan di toko buku dan marketplace fav kamu seperti shopee, tokped, webstore MIZAN. "Dia cewek gue." Atlanta Nath...