ALUNA [ END ]

By clrr_04

271K 11.7K 408

kisah seorang gadis yang tak pernah diharapkan keberadaannya oleh keluarga, gadis yang harus merelakan kekasi... More

Cast
Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Marigold
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Destruction
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40 (END)
Epilog
Senandika

Bab 24

5.4K 247 22
By clrr_04

Sudah terhitung dua bulan sejak Elvira pulang dari rumah sakit dan tinggal dirumah Savian dan Aluna. Dan sekarang gadis itu sudah tidak tinggal lagi bersama mereka. Katanya Elvira tidak mau mengganggu mereka berdua dan ingin tinggal sendiri di rumah ayahnya.

Tapi ada sesuatu yang aneh bagi Aluna. Elvira sudah tidak lagi tinggal bersama mereka. Tapi Savian masih membiarkan dirinya untuk tidur sekamar dengan suaminya. Bahkan ia pernah akan tidur di kamar lamanya. Tapi suaminya itu tiba-tiba menghampirinya dan menariknya ke kamar Savian dan menyuruh dirinya untuk tetap tidur bersamanya.

Seperti saat ini pipi Aluna tengah bersemu merah karena saat ia bangun ia mendapati tangan kekar suaminya tengah memeluknya erat.

Tidak tau saja Aluna, tanpa sepengetahuannya setiap malam saat dirinya sudah lelap tertidur. Savian selalu memeluk Aluna. Entah karena apa bagi Savian yang susah sekali untuk tertidur karena Insomnia- nya memeluk Aluna adalah cara terampuh agar dirinya bisa cepat tertidur.

Aluna ingin melepaskan pelukan Savian tapi ia takut jika pria itu akan ikut terbangun. Tapi ada sesuatu yang aneh, tangan suaminya itu terasa panas. Aluna langsung mendaratkan telapak tangannya pada kening suaminya yang terasa sangat panas. Sepertinya suaminya itu demam.

" Mas" Aluna mengusap lembut kepala Savian.

" Eungh." Lenguh Savian yang belum membuka matanya.

Aluna mencoba melepaskan pelukan Savian ia ingin pergi ke dapur untuk membuatkan Savian bubur tapi tidak bisa karena pria itu malah semakin erat memeluknya.

" Mas lepasin dulu aku mau ke dapur mau masakin kamu bubur."

" Gak mau." Jawab Savian yang masih enggan membuka matanya.

" Kalo aku gak masak kamu nanti makan apa mas. Kamu lagi demam harus makan habis itu minum obat." Ucap Aluna lembut sambil mengusap - usap kepala Savian.

" Gue pusing mau tidur aja."

" Iya mas tidur aja, nanti aku bangunin kalo aku udah selesai bikin bubur."

" Gue mau tidur sambil meluk lo." Ucap Savian sambil mengeratkan pelukannya bahkan posisi mereka sangat dekat sekarang tanpa jarak sedikit pun.

Pipi Aluna kembali memerah sekarang. Bahkan jantung nya itu seperti sedang berdisco. Ia khawatir jika Savian akan mendengar suara detakan jantungnya melihat jarak mereka yang sangat dekat.

" Yaudah mas tidur aja, aku bakal nemenin mas disini."

Setelah menunggu beberapa menit sepertinya Savian sudah terlelap. Aluna mencoba melepaskan pelukan Savian sepelan mungkin agar tidak membangunkan Savian.

Setelah berhasil lepas dari Savian. Aluna segera turun ke dapur untuk membuat bubur. Sebelum ia memasak bubur untuk Savian. Ia segera mengambil baskom yang sudah berisi air serta sebuah kain untuk mengompres Savian.

Ia langsung mengompreska nya pada Savian. Setelah selesai ia langsung turun kembali kedapur.Ia mulai menyiapkan segala bahan yang ia perlukan. Dan langsung memulai memasak.

Setelah kurang lebih 1 jam ia memasak. Aluna segera menuju ke kamarnya dengan semangkuk bubur dan satu gelas air putih.

" Mas bangun dulu." Aluna mengusap lembut Savian sambil membenarkan kain kompresannya

" Eungh."

" Bangun dulu, mas harus makan dulu."

Savian membuka matanya melihat Aluna yang tengah duduk disamping dirinya.

" Mas makan dulu ya." Savian mengangguk ia sedikit mengernyit karena sakit yang menyerang kepalanya saat ia ingin duduk.

" Pusing ya mas? Makanya sekarang makan dulu ya biar nanti bisa minum obat."

Aluna memberikan bubur itu kepada Savian tanpa berniat untuk menyuapinya.

Savian jadi merasa kesal kenapa istrinya itu sangat tidak peka. Masa orang sakit disuruh makan sendiri. Istrinya itu tidak tau apa jika dirinya juga ingin di suapi oleh nya.

" Lo gak mau nyuapin gue?"

" Eh? Maaf mas aku kira kamu gak akan mau kalo aku suapin. Aku takutnya nanti kamu malah marah dan gak mood makan"

" Badan gue lemes banget sekarang."

" Iya mas maaf, sini aku suapin." Aluna langsung menyuapi sendok demi sendok bubur kedalam mulut Savian.

" Udah gue kenyang."

" Sedikit lagi mas, dua sendok lagi ya."

" Udah habis, ini minum dulu." Aluna membantu Savian untuk minum. Setelah itu ia mulai membuka kemasan obat untuk Savian.

" Minum obat dulu yuk mas."

Setelah selesai meminum obat Savian kembali membaringkan tubuhnya.

Aluna mengganti kompresannya. Ia juga mengecek suhu tubuh suaminya dengan termometer.

" Mas sekarang tidur lagi aja ya." Setelah mengucapkan itu Aluna tersentak kaget karena Savian menarik tubuhnya dan membuat dirinya terjatuh menindih pria itu yang membuat jantung nya berdegup kencang. Bahkan saat keadaan sakit pun dan yang katanya sedang lemas tapi tenaga suaminya itu cukup kuat juga.

Aluna langsung berpindah menjadi berbaring disamping Savian.

" Gue mau tidur tapi lo harus disini jangan kemana-mana." Ucap Savian sambil memeluk Aluna sangat erat seperti gadis itu akan lepas dan pergi jika dirinya melonggarkan pelukannya barang sedikit.

" I-iya mas aku disini temenin kamu."

Ia tidak menyangka jika sedang sakit suaminya itu akan bertingkah seperti ini.





🍂🍂🍂



Keesokan paginya Aluna mendapati sampingnya kosong ia tidak mendapati suaminya. Sepertinya suaminya itu tengah berada di dalam kamar mandi. Ia pun segera turun ke dapur untuk menyiapkan sarapan.

" Mas mau pergi ke kantor hari ini?" Ucap Aluna sambil menata makanan di atas meja makan.

" Hmm."

" Memangnya udah baikan? Gak pusing lagi?"

" Gue udah mendingan." Jawab Savian dingin.

" Syukur kalo udah mendingan. Tapi kamu jangan terlalu capek juga ya mas, kamu kan belum sembuh total."

" Iya! Gak usah bawel deh lo."

" Pakein nih dasi gue!" Titah Savian sambil menyodorkan dasinya pada Aluna.

" Iya sini mas." Ucap Aluna dengan gummy smile nya membuat Savian diam-diam harus menyembunyikan rasa gemasnya apalagi melihat Aluna yang harus menjinjitkan kakinya karena tubuhnya tak setara dengan Savian.

" Kamu mau sarapan apa mas?" Tanya Savian setelah selesai memakaikan dasi Savian.

" Roti aja." Jawab Savian yang sudah mendudukkan bokongnya di kursi meja makan.

" Yaudah aku bikinin dulu."

Aluna menyodorkan piring berisi roti tawar dengan selai kacang.

" Hari ini gue gak pulang." Ucap Savian disela-sela sarapannya.

" Kamu kemarin baru aja sakit, sekarang juga belum sembuh total. Sebaiknya kamu jangan lembur dulu."

" Gak bisa, kerjaan gue di kantor itu banyak."

" Yaudah tapi kamu jangan lupa makan ya."

" Atau mau aku bawain makan buat makan siang nanti."

" Gak usah!" Ucap Savian sambil bangkit dari kursinya dan beranjak pergi menuju pintu keluar rumahnya.

" Ini mas Sepatunya." Ucap Aluna yang datang dengan sepasang sepatu Savian.

" Sudah siap pak?" Tanya pak Asep – supir pribadi Savian. Melihat tuannya sudah siap untuk pergi. Pak Asep segera membukakan pintu belakang mobilnya. Dan mulai menjalankan mobilnya.

Melihat mobil yang dinaiki Savian sudah hilang dari pandangannya Aluna masuk kembali kedalam rumahnya ia harus bersiap - siap untuk pergi ke kampus.

Saat ini dirinya sudah berada di halte untuk menunggu bus. Sambil menunggu bus yang lewat Aluna memilih untuk membaca sebuah buku agar dirinya tidak jenuh menunggu.

Tintin!

Sebuah suara klakson mobil yang tiba-tiba berhenti di hadapannya.

" Aluna!" Ucap Jevano dari jendela mobilnya.

" Jevano?"

" Lo lagi nungguin bus kan? Ayo bareng gue aja Lun." Ajak Jevano. Aluna terdiam sebentar ia sudah berjanji dengan Savian untuk menjaga jarak dengan Jevano. Tapi jika ia tidak menerima ajakan Jevano kemungkinan ia akan terlambat hari ini.

" Mm yaudah aku ikut kamu ya Jev." Mendengar Jawaban Aluna. Jevano langsung keluar dari mobilnya dan membukakan pintu mobil untuk Aluna.

" Silahkan masuk tuan putri." Ucap Jevano sambil berpose mempersilahkan masuk kepada Aluna.

" Yaampun Jev gak usah repot-repot di bukain juga kali."

" Repot apa sih Lun."

Setelah Aluna masuk Jevano langsung menutup pintunya kembali dan ia segera berlari kearah pintu sebelahnya.

Sekarang Jevano dan Aluna sedang berjalan berdua di taman dekat kampusnya dikarenakan dosennya membatalkan kelasnya hari ini.

" Udah lama ya kita gak jalan berdua kayak gini." Celetuk Jevano.

" Lo kayak lagi menghindari gue Lun."

" Menghindari? Gak ah aku gak ngerasa kayak gitu perasaan kamu aja kali. Kita kan emang lagi sibuk untuk bimbingan skripsi juga kan Jev."

" Iya juga sih, mungkin cuman perasaan gue aja kali ya."

" Dosen pembimbing lo pak Bima kan?"

" Iya kenapa emang?"

" Kata anak-anak pak bima itu orangnya cuek dingin gitu ribet lagi."

" Iya sih bener aku aja banyak banget yang harus di revisi. Kalo kamu gimana Jev sama pak Aryo?"

" Ya gitu gue juga banyak yang harus di revisi."

" Tapi Lun lo harus hati-hati ya sama pak Bima." Ucapan Jevano itu membuat Aluna menoleh kearah pria itu ia penasaran dengan yang dimaksud sahabatnya itu.

" memangnya kenapa Jev?" Tanya Aluna penasaran. Bukannya berprasangka buruk terhadap dosennya itu tapi ia hanya takut saja soalnya dia sering untuk bimbingan berdua saja dan itu tempatnya di luar kampus.

" Hati - hati jangan sampe lo ikut-ikutan kepincut sama pak Bima." Mendengar itu Aluna hanya menatap jengah pada sahabatnya itu. Ia kira dosennya itu kenapa.

" Yaampun Jev, aku kira apa." Ucap Aluna dengan diikuti oleh kekehen gadis tersebut.

" Gue serius tau Lun. Kata anak-anak cewek kan pak Bima itu cool ganteng masih muda lagi." Jevano hanya was -was saja takut takut Aluna akan kepincut dengan pesona si dosen muda itu saingannya jadi bertambah nanti.

" Ngak akan lah Jev." Yang benar saja Aluna sudah mempunyai Savian ia tidak akan berpaling kepada pria lain. Lagipula baginya Savian lebih tampan dari yang lainnya.

" Eh Lun itu ada penjual eskrim. Lo mau?" Tunjuk Jevano pada penjual eskrim di ujung jalan sana.

" Mau!" Jawab Aluna antusias.

" Yaudah lo tunggu disini ya biar gue beliin." Ucap Jevano yang sudah beranjak kearah penjual eskrim.

Tanpa sengaja Aluna tampak gemas melihat seorang anak kecil laki-laki yang tengah menolong seekor kucing di tengah jalan. Tapi tatapan gemas itu berubah menjadi khawatir karena sebuah mobil yang melaju cepat ke arah anak tersebut.

" Dek minggir!" Teriak Aluna tapi sepertinya anak kecil itu tidak mendengarnya.

" Dek awas! " Aluna berlari untuk menolog anak tersebut.

Brukk

" Aluna!"

" Kamu gak apa-apa kan dek?" Tanya Aluna sambil menahan rasa sakit pada perut nya. Aluna berhasil menyelamatkan anak tersebut dengan menariknya ke pinggir jalan membuat Aluna tersungkur ke tanah.

" G-gak apa-apa kak."

" Kak kaki kakak berdarah." Ucap anak kecil itu sambil menunjuk kaki Aluna dengan darah yang mengalir.

" Akhh." Aluna merasa sangat sakit di bagian perutnya ia juga merasa takut karena darah yang mengalir dari arah selangkangannya.

" Aluna!" Jevano terengah-engah menghampiri Aluna.

" Kaki lo Lun!"

" Akh sakit! Jev sakit!"

" I-iya Lun kita ke rumah sakit sekarang."

Sungguh Aluna sangat takut sekarang.

" Akhh sakit Jev!" Aluna terus merintih kesakitan sampai matanya memburam dan tiba-tiba saja penglihatan nya menggelap. Ia tak sadarkan diri.

" Aluna!"

TO BE CONTINUED

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT

SEE YOU NEXT CHAPTER

   ~~~

HAPPY V DAY🥳🥳😘

HAPPY BIRTHDAY KIM TAEHYUNG 🥳🥳

MY VEAUTIFUL PRINCE KIM TAEHYUNG 😘

Btw kalian disini tim yang mana nih???

Aluna - Savian?

Atau

Aluna - Sagara?

Atau

Aluna - Jevano?

Continue Reading

You'll Also Like

777K 37.4K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
96.4K 5.9K 38
seorang dokter tampan nan cool ini harus berhadapan dengan gadis SMA dengan sifat tengil,songong, cerewet, dan dengan sifat lainnya yang membuat nya...
46.4K 2.4K 27
Apa jadinya jika api bertemu dengan api? Apakah benar jika terlalu benci terhadap seseorang, maka rasa benci itu akan tergantikan dengan rasa cinta? ...
202K 31.1K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...