ALUNA [ END ]

By clrr_04

271K 11.7K 408

kisah seorang gadis yang tak pernah diharapkan keberadaannya oleh keluarga, gadis yang harus merelakan kekasi... More

Cast
Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Marigold
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Destruction
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40 (END)
Epilog
Senandika

Bab 17

5.4K 268 5
By clrr_04

Terdengar suara ketukan sepatu yang begitu cepat beradu dengan lantai. Saat ini Savian tengah berlari cepat menyusuri setiap lorong rumah sakit. Dengan peluh keringat membanjiri  wajahnya serta detak jantung nya yang berdetak dengan tempo yang sangat cepat. Ia panik ia takut terjadi sesuatu pada ayah dan adik nya. Savian tidak mau kehilangan orang yang ia sayangi sekian kalinya. Sedangkan Aluna berjalan di belakang Savian. Kadang ia kesusahan mengejar langkah Savian yang besar dan cepat. Aluna pun sama khawatir nya seperti Savian ia takut terjadi sesuatu dengan ayah mertua dan adik iparnya. Ia berharap ayah mertua dan adik iparnya itu akan baik-baik saja.

Brakk

Savian menerobos pintu ruangan ayahnya dengan keras.

" Maaf tuan sebaiknya anda menunggu diluar." Ucap salah satu suster yang ikut menangani Adhitama.

" Tidak mau! Dia ayah saya, saya mau disini!"

" Maaf tuan tapi ini sudah peraturan rumah sakit, sebaiknya anda menunggu diluar kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan ayah tuan." Ucap Suster itu hati-hati.

" Mas sebaiknya kita tunggu diluar aja ya." Ucap Aluna membujuk Savian untuk keluar. Savian pun langsung melenggang keluar diikuti Aluna di belakangnya.

" Mas mau kemana?" Tanya Aluna melihat Savian yang mulai melangkahkan kakinya.

" Gue mau liat El." Ucap Savian datar.

" Mending kita tunggu disini aja mas. El ada diruangan sebelah ayah dia sedang ditangani." Aluna mencengkal lengan Savian. Tak ada pemberontakan dari pria itu bahkan sekarang Savian menuruti ucapan Aluna untuk diam disini saja. Savian mendudukkan bokongnya diikuti dengan Aluna yang duduk disampingnya.

Aluna dapat melihat seberapa kacaunya Savian. Bahkan pria itu sekarang tengah menangis. Baru kali ini Aluna melihat Savian yang dingin dan terlihat tangguh itu menangis dan terlihat sangat rapuh. Aluna juga jadi ikut merasa sedih  melihat Savian yang begitu kacau saat ini.

Aluna mengusap lembut tangan Savian.
" Mas tenang aja pasti ayah dan El bakal baik-baik aja. Lebih baik sekarang mas doain aja supaya tidak ada hal buruk yang menimpa mereka." Ucap Aluna lembut. Bahkan entah keberanian dari mana Aluna membawa kepala Savian untuk bersandar pada bahunya. Ia mengusap lembut punggung bidang Savian. Punggung bidang itu terasa bergetar karena Savian yang sedari tadi menangis. Mungkin setelah kejadian ini Savian akan merutuki dirinya karena sudah menangis di depan Aluna. Bahkan ia menjadikan bahu kecil Aluna sebagai Sandaran nya.



🍂🍂🍂





" Ngapain lo minta gue anter ke mall?" Tanya Jevano karena gadis berponi yang merupakan sahabatnya itu tiba-tiba datang kerumahnya dan memintanya untuk menemani dirinya ke mall.

" Gue mau beli kado buat keponakan gue yang cowok, ya lo kan cowok jadi pasti tau kan yang disukai cowok-cowok gitu."

" Emang keponakan lo itu berapa tahun usianya?" Tanya Jevano sambil memainkan ponselnya.

" Hmmm kalo gak salah sih sekarang ulang tahun ke tujuh." Jawab Icha yang diangguki oleh Jevano. Pria bergigi kelinci itu langsung mengambil jaket nya.

" Ayo mau naik mobil lo apa mau di motor gue?" Tanya Jevano yang sudah siap untuk berangkat.

" Hmmm di motor lo aja Jev, lebih nyaman di motor." Jawab Icha.

" Hmm ok, yaudah ayo." Ucap Jevano  yang sudah beranjak pergi.

" Yes, Jevano mau nemenin gue ke mall!"
Icha meloncat kesenangan. Sebenarnya bukan semata-mata untuk mencari kado keponakannya dirinya meminta Jevano untuk menemaninya. Ia juga ingin pergi berduaan dengan Jevano karena pria bergigi kelinci itu selalu menolaknya untuk pergi jika Aluna tidak ikut bersama mereka.

Icha mengambil sebuah lipstik dan sebuah bedak dari tasnya. Ia mengoleskan lipstik pada bibirnya sambil bercermin dengan kaca bedaknya.
" Kalo gini kan makin cantik." Ucapnya memuji dirinya sendiri.

" Icha cepetan, lo ngapain lagi sih di dalem!!" Teriak Jevano dari luar yang masih bisa terdengar oleh Icha

" Iya, iya bentar Jev! " Teriak Icha menimpali Jevano. Iya langsung menaruh lipstik dan bedak ke tasnya kembali.

" Ok dah cantik, baju juga ok." Ucap Icha sambil melihat dirinya dari pantulan lemari kaca milik Jevano.

" Icha!" Teriak Jevano yang membuat gadis itu langsung melangkahkan kakinya menghampiri Jevano.

" Ayo naik." Ucap Jevano yang sudah berada di motornya.

" Tapi gue pake rok Jev." Ucap Icha.

" Ck lo ngapain pake rok segala sih biasanya juga pake celana kayak laki."

" Ck gue kan pengen jadi perempuan yang feminim Jev." Ucap Icha sambil mengpoutkan bibirnya.

" Gak usah di imut-imutin." Ucap Jevano.

" Biarin! Gue emang imut ya!" Ucap Icha kesal.

" Lo mau ngapain?." Tanya Icha karena Jevano sudah turun kembali dari motornya dan menghampiri dirinya.

" Pake ini biar paha kurus lo itu gak kemana-mana." Ucap Jevano yang sudah melepas jaketnya dan memasangkannya pada pinggang ramping milik Icha. Sedangkan Icha yang di berlakukan seperti itu hatinya menghangat jantungnya berdetak tak karuan bahkan pipinya sudah bersemu merah.

" Dah selesai" ucap Jevano setelah memakaikan Jaketnya pada Icha.

" Ciee__ salting ya lo sampe merah gitu pipinya." Ucap Jevano melihat pipi Ich yang sudah bersemu merah.

" Apaansih! Ayo cepetan naik." Ucap Icha mengintruksikan Jevano untuk menaiki motornya karena pria bergigi itu terus saja menggodanya. Mereka pun segera menaiki motor besar Jevano dan mulai beranjak pergi meninggalkan kediaman Jevano

Setelah menempuh beberapa menit perjalanan akhirnya mereka telah sampai di tempat tujuan mereka.

" Keponakan lo suka apa? " Tanya Jevano pada Icha.

" Gak tau, makanya gue ngajak lo buat pilihin kadonya." Jawab Icha pada Jevano yang berada di sampingnya.

" Gue juga bingung sih mau kasih saran apa. Tapi mending kita beliin mainan aja yang udah pasti di seningin anak-anak." Ucap Jevano.

" Yaudah berarti kita ke tempat mainan aja ."

Setelah mendapatkan sebuah mainan mobil-mobilan untuk kado ulang tahun keponakan Icha. Sekarang mereka sudah duduk manis di bangku bioskop dengan sebungkus popcorn.

" Aaaaaaa"

" Aaaa Jev itu hantunya serem banget!" Teriak histeris Icha sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya saat melihat hantu yang muncul di layar bioskop.

" Cemen! Gitu aja takut." Ucap Jevano meledek gadis berponi itu. Padahal dirinya sendiri juga tengah memejamkan matanya sayangnya gadis disampingnya itu tidak melihatnya.

" Ketemu yang aslinya tau rasa lo." Ucap Icha yang masih menutup matanya.

" Abis ini mau langsung pulang apa mau makan dulu?"

" Makan dulu aja Jev, gue laper."

Dan disinilah mereka berdua sedang menikmati makanan pesanan mereka.

" Ck makan tuh yang bener jangan kayak anak kecil." Ucap Jevano sambil mengelap mulut Icha yang sedikit belepotan menggunakan sebuah tisu.

" I-ya makasih." Ucap Icha yang sedikit gugup karena ulah Jevano itu. Beruntung nya pria itu tidak menyadari nya.

Icha terus saja memandangi wajah tampan pria dihadapannya yang sedang fokus menikmati makanannya. Ia menelisik setiap inci wajah tampan sahabatnya itu. Hatinya menghangat saat mendapatkan perlakuan manis dari pria bergigi kelinci itu. Jantung nya pun selalu berdetak cepat tak karuan saat berada di dekat pria itu. Sepertinya ia memang benar-benar telah jatuh dalam pesona sahabatnya sendiri.

" Jev kayaknya gue emang udah jatuh cinta sama lo." Ucap icha dalam hati sambil memegangi dadanya yang berdetak tak karuan.




🍂🍂🍂



Tuk tuk

Suara ketukan sepatu itu menggema keseluruhan ruangan. Matanya menelisik keseluruh sudut ruangan mencari keberadaan seseorang.

" Bos!" Teriak seseorang menghampiri seseorang yang ia anggap sebagai bos itu.

" Bagaimana apa semuanya berjalan lancar." Ucap seseorang pada seorang pria dihadapannya yang merupakan seorang suruhannya.

" Semua berjalan dengan lancar bos. Sekarang mereka tengah berada dirumah sakit."

" Bagus, aku harap mereka tidak akan terselamatkan."

" Sepertinya kecelakaannya cukup parah bos, ada kemungkinan mereka tak akan terselamatkan."

" Ya aku harap mereka mati, agar pria angkuh itu merasa hancur!" Ucapnya dengan mengepal erat tangannya.

" Savian tunggu sebentar lagi  kehancuranmu akan datang!"

" Ini baru permulaan dari kehancuranmu Savian!"




🍂🍂🍂



Sedari tadi Savian mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Karena ayahnya yang harus mendapatkan tindakan operasi. Sementara Elvira gadis itu sudah melewati masa kritis namun gadis itu masih belum sadarkan diri.

" Mas ayo kita pergi makan dulu kamu belum makan dari tadi." Ucap Aluna menghampiri Savian yang tengah bergerak resah.

" Gue gak mau makan, kalo lo mau makan makan aja sendiri." Ucap Savian dingin.

Aluna kembali mendudukkan dirinya. Sedari tadi dalam hatinya ia tidak berhenti merapalkan doa untuk keselamatan ayah mertua dan adik iparnya.

" Kamu jangan terlalu panik kayak gitu mas, tenangin diri kamu." Ucap Aluna melihat Savian yang sedari tadi bergerak resah dengan wajah khawatir nya.

" Gimana gue gak panik! Yang di dalem itu ayah gue Lun!" Bentak Savian pada Aluna. Ya Aluna mengerti dengan keadaan Savian sekarang yang begitu mengkhawatirkan ayahnya.

" Gue, gue takut kehilangan ayah Lun." Lirih Savian lemah. Ia takut jika harus kehilangan orang yang ia sayangi sekian kalinya.

Lampu operasi telah mati yang menandakan bahwa tindakan operasi telah selesai. Lalu keluar lah seorang dokter yang langsung di hampiri oleh Savian.

" Dok bagaimana? Operasi nya lancarkan?" Tanya Savian pada dokter dihadapannya. Namun dokter itu tidak langsung menjawab pertanyaan dari nya.

" Jawab dok! Jangan diem aja!" Kesal Savian.

" Mas sabar dulu dengerin penjelasan dokternya." Ucap Aluna yang sudah berada di samping Savian dan mencoba menenangkan pria itu.

" Maaf saya sudah berusaha semaksimal mungkin. Pak Adhitama tidak bisa kami selamatkan. Beliau telah meninggal dunia." Ucapan dokter itu bagaikan sebuah petir yang menyambar di telinga Savian.

" Gak mungkin, ini gak mungkin." Lirih Savian seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

" Gak mungkin!"

" Ini gak mungkin kan Dok!"

Sret

Savian menarik kerah jas yang melekat pada dokter itu.

" Jawab dok! Dokter salahkan!"

" Ayah saya gak mungkin meninggal."

" Ma-maaf tuan tapi pak Adhitama memang sud__" belum sempat dokter itu menerus kan ucapan nya kepalan tangan Savian lebih dulu mendarat di wajah sang dokter.

Bugh 

" Gak becus! Lo gak becus sebagai dokter!" Ucap Savian sambil terus memukuli sang dokter.

" Mas udah! Dokter itu gak salah!"

" Awss" rintih Aluna karena Savian mendorongnya hingga tersungkur kelantai saat dirinya mencoba menarik Savian untuk berhenti memukuli sang dokter.

" Ma-maafkan saya tuan" Savian melepaskan dokter tersebut. Ia memilih untuk memasuki ruangan ayahnya.

Brakk

Savian membuka pintu dengan keras. Ia dapat melihat ayah nya yang sudah ditutupi oleh kain putih. Ia menghampirinya tangannya mulai naik menyentuh kain itu. Ia membuka kain putih itu menampakkan wajah pucat pasi sang ayah. Tubuhnya seakan kaku air matanya itu terus saja mengalir membanjiri wajah tampannya. Tubuh Savian merosot kebawah. Ia sungguh terpukul dengan kehilangan sang ayah.

" Mas" lirih Aluna melihat Savian yang begitu terpukul. Ia mencoba menghampiri Savian. Membawa tubuh bergetar pria itu kedalam pelukannya. Berharap dapat sedikit meredakan kesedihan pria itu.

" Udah mas, kamu harus ikhlas." Ucap Aluna yang masih memeluk Savian sambil mengusap lembut punggung pria itu.

" Ayah udah gak ada Lun." Lirih Savian di tengah tangisannya.

" Iya aku tahu, oleh karena itu mas harus coba merelakan dan mengikhlaskan ayah untuk pergi ya." Ucap Aluna lembut. Aluna juga sangat merasa sedih. Hatinya sakit melihat suaminya yang bersifat dingin dan seperti tidak berperasaan itu sangat kacau sekarang.

Savian merasa nyaman dan hatinya sedikit menghangat ketika Aluna memeluk dirinya dan mencoba menenangkan nya. Entahlah mungkin ini karena Savian yang sedang merasa terpukul atas kehilangan sang ayah maka dari itu ia merasa nyaman dengan perlakuan Aluna seperti ini. Untuk kali ini Savian tidak mau menolak semua perlakuan dari Aluna untuk menenangkan dirinya. Biarlah untuk kali ini saja ia tidak ingin menolak nya.

TO BE CONTINUED

JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT

SEE YOU NEXT CHAPTER

Continue Reading

You'll Also Like

46.4K 2.4K 27
Apa jadinya jika api bertemu dengan api? Apakah benar jika terlalu benci terhadap seseorang, maka rasa benci itu akan tergantikan dengan rasa cinta? ...
172K 8.4K 28
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...
2K 131 27
- Dilarang mengcopy! - . . Cerita ini menceritakan seorang remaja kelas 2 SMK yang berharap crush nya suka balik sama dia. Yaa pokoknya gitu deh, alu...
769K 37.1K 39
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...