NYX INCARNATE || [TERBIT]

Bởi Gladis-3004

4.9M 750K 68.9K

📌[SUDAH TERBIT di penerbit galaxy] (Ganti judul dari Reincarnation Nyx: Goddes of Night jadi Nyx Incarnate)... Xem Thêm

[Prolog]
[Chap One]
[Chap Two]
[Chap Three]
[Chap Four]
[Chap Five]
[Chap Six]
[Chap Seven]
[Chap Eight]
[Chap Nine]
[Chap Ten]
[Chap Eleven]
[Chap Twelve]
[Chap Thirteen]
[Chap Fourteen]
[Chap Fifteen]
[Chap Sixteen]
[Chap Seventeen]
[Chap Eighteen]
[Chap Nineteen]
[Chap Twenty]
[Chap Twenty One]
[Chap Twenty Two]
[Chap Twenty Three]
[Chap Twenty Four]
[Chap Twenty Five]
[Chap Twenty Six]
[Chap Twenty Seven]
[Chap Twenty Eight]
[Chap Twenty Nine]
[Chap Thirty]
[Chap Thirty One]
[Chap Thirty Two]
[Chap Thirty Three]
[Chap Thirty Four]
[Chap Thirty Five]
[Chap Thirty Six]
[Chap Thirty Seven]
[Chap Thirty Eight]
[Chap Thirty Nine]
[Chap Forty]
[Cast 1 RN:GON Yang belum kalian ketahui]
[Chap Forty One]
[Chap Forty Two]
[Chap Forty Three]
[Chap Forty Four]
[Chap Forty Five]
[Chap Forty Six]
[Chap Forty Seven]
[Chap Forty Eight]
[Chap Forty Nine]
[Chap Fifty]
[Chap Fifty One]
[Chap Fifty Three]
[Chap Fifty Four]
[Chap Fifty Five-Ending]
⚠️Info Penting-Extrachapter⚠️
📍CERITA BARU
⚠️INFO TERBIT⚠️
⚠️VOTE COVER NYX⚠️
⚠️PO NOVEL NYX⚠️
⚠️OPEN PO DARI 05-19 APRIL 2023⚠️
⚠️HARI TERAKHIR PO NOVEL NYX⚠️
❗️INFO NOVEL NYX❗️

[Chap Fifty Two]

44.2K 8K 1.9K
Bởi Gladis-3004

[Tekan 🌟 sebelum membaca sebagai uang parkir!]

[Maaf jika menemukan Typo!]

-o0o-

"Sathera! Kau dipanggil oleh Penyihir Agung!"

Teriakan itu mengalihkan perhatian Sathera yang sejak tadi menulis catatannya. Ia baru saja selesai kelas.

Kelas? Yap! Sathera sudah kembali ke Akademi untuk melanjutkan sekolah sihirnya. Itu sudah tiga bulan setelah selesai peperangan antara dirinya dan Dewa Uranus.

Setelah pulang dari peperangan saat itu, Raja Alexander mengadakan jamuan untuk keberhasilan Sathera dalam menjalankan tugasnya. Menurut Sathera itu tidak perlu, tapi demi menghargai sang Raja, ia ikut-ikut saja.

Kalian ada bertanya tentang Ibunda dari Angelo? Ya, Angelo, si reinkarnasi Dewa Uranus. Ibu dari pria tampan itu menangis histeris setelah mengetahui kebenaran yang ada. Ia mengurung diri dikediamannya tanpa keluar dari kamarnya dan Duke Fenderest yang tidak perduli dengan keadaannya semakin membuat wanita itu sakit hati dan berakhir bunuh diri.

Tidak ada yang perduli padanya setela sang anak meninggal. Angelo Fenderest, putra kesayangannya.

Sathera merasa sedih, tapi itu sudah takdir Angelo. Terlahir sebagai reinkarnasi dari Dewa Uranus.

Kalian bertanya tentang bagaimana keadaan Dewa Uranus? Pria tua tampan itu sedang disiksa di Tartarus, tempat dimana semua makhluk menengah atas dan bawah dihukum.

Tok! Tok!

"Silahkan masuk!" Sathera masuk kedalam ruangan Penyihir Agung setelah mendengar intruksi dari dalam.

Gadis itu melangkah dengan anggun dan duduk di sofa saat Penyihir Agung mempersilahkannya duduk. "Ada apa, Penyihir Agung?" Tanyanya langsung.

Senyuman penyihir Agung yang tadinya cerah menjadi sendu. Pria tua itu duduk di sofanya dan menghela nafas panjang. "Sathera.. Aku memiliki kabar buruk untukmu." Ujar Penyihir Agung menatap Sathera tak terbaca.

Sathera mengangkat alisnya bingung. "Jangan membuatku penasaran." Ucapnya malas.

Ingat, ia masih tetap gadis sedikit kurang ajar jika kalian lupa.

"Ayahmu, Duke Fenderest jatuh sakit.. Dan kau disuruh pulang oleh pria itu."

Deg!

Jantung Sathera berpacu cepat. Ia merasa ngilu didadanya. Ayahnya? Sakit? Kenapa bisa? Itulah segala pertanyaan yang ada di otak cantiknya.

"Hanya sakit biasa 'kan?" Lirih gadis itu bertanya.

Penyihir Agung kembali menghela nafas. "Ini bukan sakit biasa. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, lebih baik malam ini kau langsung pulang untuk melihat keadaan Duke Fenderest."

Srekk!

Sathera langsung bangkit dengan cepat dari Sofanya dan berjalan sedikit cepat meninggalkan ruangan Penyihir Agung tanpa berpamitan. Sedangkan Penyihir Agung tersenyum miris melihatnya.

Pria tua itu kemudian bangkit dari duduknya lalu berjalan kearah balkon ruangannya. Penyihir Agung memandang jauh langit jingga dihadapannya. Kemudian, senyum sendu terbit dibibir pria tua itu.

"Kau sudah sangat merindukan-nya ya?" Lirihnya entah pada siapa.

-o0o-

Dan disinilah Sathera berada. Dikediaman Fenderest. Gadis itu langsung melakukan teleportasi setelah membersihkan diri di asramanya tadi.

"Nona Sathera?!" Jerit Sabina saat melihat nona mudanya berada dikediaman Fenderest.

Sathera tersenyum tipis menyapa pelayan kesayangannya itu. "Dimana Ayahku?" Tanyanya yang langsung dituntun Sabina menuju ruang rawat Duke Fenderest.

Setibanya didepan pintu kamar Duke Fenderest, Sathera menghela nafas sejenak lalu menyuruh pengawal membuka pintu besar itu.

Setelah terbuka lebar, Sathera melangkahkan kakinya kedalam kamar Duke Fenderest dan netranya bisa menemukan sang Ayah yang sedang tertidur lelap diatas ranjangnya.

Tubuh pria tua itu sedikit kurus dari biasanya dan nafasnya terputus-putus. Sesekali Duke Fenderest akan terbatuk parah lalu kemudian kembali terlelap.

Sathera berjalan mendekat lalu duduk disamping sang Ayah. Tangannya terangkat dan menggenggam jemari Ayahnya dengan lembut. "Ayah.." Lirihnya dengan air mata yang mulai mengenang saat kedua mata sayu Duke Fenderest terbuka.

"Kau... sakit apa?" Tanya Sathera pelan.

Duke Fenderest tersenyum lembut dan membalas genggaman sang putri. "Ayah tidak sakit apapun.. Hanya merindukan ibumu.."

Dada Sathera seperti terhimpit sesuatu saat mendengar jawaban Duke Fenderest. Entahlah, ia merasa sesak mendengar jawaban Ayahnya. Bibirnya bergetar saat merasakan hawa aneh didalam tubuh Ayahnya.

"Kau.. sudah sangat merindukannya ya?" Tanya Sathera lagi yang dibalas kekehan kecil dari Duke Fenderest.

"Hmm, aku sudah menepati janjiku untuk menjagamu hingga kau menyelesaikan tugasmu didunia ini.."

"Kau dan Ibu mengetahuinya dari awal?" Ujar Sathera tak menyangka banyak sekali kejutan untuknya hari ini.

Duke Fenderest terbatuk sejenak lalu kemudian mengangguk. "Ya, sebelum melahirkanmu, ibumu sudah bermimpi tentang takdirmu.. Ia didatangi oleh sang Dewi dan memberitahu segalanya lalu kemudian setelah terbangun, ia menceritakan semuanya pada Ayah." Jawab pria itu dengan sesekali terbatuk lirih diikuti dengan darah yang menyembur.

Sathera mengambil sapu tangan didalam sakunya lalu menyeka darah yang membasahi bibir sang Ayah. "Pelan-pelan saja.."

Duke Fenderest tersenyum geli lalu tangannya terangkat mengusap surai putri kesayangannya itu. "Kau tahu, setelah bermimpi itu.. Ibumu lebih sangat menjagamu didalam kandungannya dan setelah melahirkanmu.. Ia menyuruh Ayah untuk menjagamu dengan baik dan menumpahkan kasih sayangku padamu sebelum ia meninggal. Padahal kau tahu? Seharusnya malam itu, Ayah sudah bersiap ingin ikut pergi dengannya.. Tapi Ibumu melarang Ayah. Ia mengatakan bahwa Ayah harus menjaga putri kami yaitu dirimu Sathera..

... Ibumu berjanji akan menjemput Ayah setelah tugas Ayah selesai."

"Dan sekarang waktunya?" Tanya Sathera memotong dan dijawab senyuman lembut Duke Fenderest.

"Ayah bangga padamu karena kau berhasil menyelesaikan tugasmu, putriku."

'Sial! Jangan berkata seperti itu apalagi tersenyum seperti itu! Hatiku jadi lemah..' Umpat Sathera dalam hati.

Lama mereka terdiam sampai Duke membuka suaranya kembali. "Bisakah kau memanggilkan Anatasya untukku?" Ujar Duke Fenderest pada tabib yang sejak tadi menonton keduanya.

Tabib itu membungkuk lalu berlalu untuk memanggil Nona-nya yang lain. Anatasya juga sudah diberitahu oleh Penyihir Agung tentang keadaan Duke Fendereat setelah Sathera tentunya.

Tak lama dari itu muncul Anatasya dengan wajah sendunya. Gadis itu berjalan mendekat kearah sang Ayah dan duduk berhadapan dengan Sathera.

Duke Fenderest menggenggam telapak tangan putrinya satu lagi. Ia tersenyum lembut pada Anatasya yang sangat jarang gadis itu lihat dan itu membuat Anatasya terpaku sejenak.

"Nak.. Sudahilah rasa irimu itu.. Kau dan Sathera bersaudari dan Ayah sangat menyayangi kalian berdua.."

Deg!

Jantung Anatasya langsung berdegup dengan kencang. Apakah semua perbuatannya diketahui oleh sang Ayah?pikirnya bertanya-tanya.

"Ayah mengetahuinya?" Lirihnya menatap Ayahnya dalam.

Decihan terdengar dari putri Duke Fenderest satunya lagi. Sathera menatap tajam saudarinya itu. "Kau kira kami tidak mengetahui semua perbuatanmu, huh? Kau juga salah satu orang yang bekerjasama dengan Dewa Uranus untuk menghabisiku dengan cara berbuat hal yang menjijikkan, 'kan? Aku seharusnya sudah membunuhmu saat dimedan perang, tapi Ayah melarangku dan memohon agar dirimu tidak ku lenyapkan!" Sentaknya mengungkap semua kelakuan Anatasya.

Kalian ingat dengan tiga wanita penghianat? Ya, salah satunya Anatasya yang selalu melakukan aib dengan Angelo dengan cara bercinta.

Anatasya membeku dengan bola mata terbelalak terkejut mengetahui kebenaran yang ada. 'Jadi, sebenarnya Sathera sudah mengetahui semuanya?'

Anatasya merasa air matanya mengenang dan pandangannya menjadi buram. Kemudian gadis itu berujar lirih. "Ayah memohon untuk aku tidak dilenyapkan? Kenapa? Seharusnya aku mati saja karena sudah menjadi aib bagimu.." Ujar Anatasya menatap Ayahnya dengan berurai air mata.

Duke Fenderest menggeleng pelan. "Ayah menyayangimu, Anatasya. Ayah menyayangi kedua putri Ayah.. Hanya saja, rasa irimu membuat kau menutup sebelah matamu." Jawab pria tua itu dan darah kembali menyembur keluar dari mulutnya.

Anatasya dan Sathera secara bersamaan mengusap darah sang Ayah. Duke Fenderest merasa senang dibuatnya.

Anatasya menangis tersedu-sedu. "Kau bohong!" Teriaknya kesal.

Duke Fenderest mengelus surai putrinya lembut. "Ayah benar-benar menyayangimu.. Cobalah untuk membuka kedua matamu dan ingat semuanya. Jangan merasa iri kepada saudarimu, nak.. Semua sudah ada porsinya."

Anatasya semakin menangis histeris apalagi saat sang Ayah lagi-lagi terbatuk dan nafasnya terengah-engah. Ia merasa bodoh dan jahat kepada Ayahnya. Ayahnya sangat menyayanginya tapi ia malah menajdi aib bagi Ayahnya.

"Ayah, maafkan aku.." Ujarnya lirih yang dibalas senyuman lega oleh Duke Fenderest. Akhirnya putrinya sadar akan kesalahannya.

Pria itu kemudian merentangkan kedua tangannya dan Anatasya langsung menubruk tubuh sang Ayah dan memeluknya erat sambil menangis histeris. Duke Fenderst mengelus punggung putrinya itu dengan lembut dan tanganya satu lagi menggenggam erat tangan Sathera yang sedang tersenyum tipis padanya.

"Aku akan membunuhnya.."

Duke Fenderest menggeleng. "Tidak, jangan lakukan itu Sathera. Jangan mengotori tanganmu lagi... Hiduplah dengan tenang.

Sathera berdecih kesal kemudian terkekeh kecil. "Yayaya, permintaanmu adalah perintah bagiku." Ejek gadis itu pada sang Ayah yang dibalas kekehan lagi oleh Duke Fenderest.

Sathera menghela nafas panjang saat melihat mata sang Ayah menjadi sayu. "Sudah waktunya.. Ibu sudah menjemputmu ya?" Tanyanya lirih yang dibalas senyuman manis oleh pria tua itu.

Pandangan Duke Fenderest tiba-tiba teralih pada jendela balkon yang ada didalam kamarnya. Sathera mengikuti arah pandangan sang Ayah dan ia dapat melihat seorang wanita cantik yang berdiri sambil melambai tangan kearah mereka, tidak, lebih tepatnya kearah Duke Fenderest.

Wanita itu sangat cantik seperti seorang Dewi apalagi dengan wajah lembutnya dan senyum indahnya. Wanita itu Daniella Alexander lebih tepatnya Daniella Fenderest. Ibu kandung dari Sathera dan Istri tercinta Duke Fenderest.

Sathera hanya melihat wanita itu tidak terlalu lama karena perhatiannya langsung teralihkan pada suara tangis Anatasya yang pilu. Sathera lagi-lagi menghela nafas panjang untuk menimalisir dadanya yang semakin sesak.

"Selamat jalan.. Ayah..."

Duke Fenderest pergi untuk selama-lamanya didalam pelukan dan genggaman hangat kedua putri kesayangannya.

-o0o-

Sathera berjalan keluar dari kamar Duke Fenderest yang sedang diisi oleh tangisan orang yang mencintai pria tua itu. Sebelum keluar dari dalam kamar Ayahnya, Sathera menatap penuh amarah pada Duchess Sehna.

Wanita itu yang membuat Ayahnya sakit seperti itu. Ia memberikan racun yang mematikan untuk Duke Fenderest yang dengan perlahan membunuh pria tua itu. Duke Fenderest sebenarnya tahu apa yang dilakukan Duchess Sehna, tapi ia memang menginginkan racun itu juga agar ia cepat bertemu dengan Istri tercintanya, Daniella.

Sathera tidak tahu mengapa Duchess Sehna setega itu pada suaminya sendiri. Ia akan memberikan hukuman pada wanita itu tapi tidak sekarang.

Belum waktunya...

Langkah kaki Sathera membawa gadis itu menjauhi kamar sang Ayah. Ia ingin menenangkan hatinya yang sesak. Jika dikamar sang Ayah ia tidak akan tenang karna suara tangis yang saling sambut-menyambut.

Sathera menghirup udara malam dalam-dalam untuk meluapkan rasa sesak didadanya. Ini sangat menyesakkan dan menghimpit dadanya. Gadis itu mengangkat pandangannya dan menatap bulan dengan tatapan datar.

Ditengah keheningan yang melanda, tiba-tiba Sathera dibuat tersentak kecil saat sebuah tangan melingkar indah dipinggangnya. Gadis itu hendak berbalik tapi tidak jadi karena ia mencium aroma yang sangat dikenalinya.

"Aklesh.." Ujarnya lirih.

"Menangislah.."

"Siapa yang ingin menangis, huh?!" Kesal Sathera lalu membalikkan badannya dengan masih berada didalam pelukan kekasihnya.

Aklesh tersenyum tipis mendengar suara kesal Sathera. Ia kemudian membawa kepala Sathera bersandar didadanya dengan tangan yang mengusap surai gadis itu lembut.

"Manangislah, aku tidak akan melihatnya.."

Setelah Aklesh mengatakan kalimat itu dengan lembut, akhirnya tangis Sathera pecah. Gadis itu menumpahkan rasa sesak yang menggumpal didadanya dengan tangisan yang sangat pilu. Jangan kalian pikir ia bisa menerima kepergian sang Ayah. Tidak! Ia tidak menerimanya, hanya saja sedang mencoba.. tetapi mengapa sulit sekali?

"Hiks.. Mengapa mereka berdua meninggalkanku?" Lirihnya sendu membuat Aklesh merasa sakit.

Walaupun Sathera seorang Dewi, tapi ia masih memiliki sisi kemanusiannya yang dimana sisi itu membuatnya menjadi perasa. Sisi perasa yang sangat mencintai sang Ayah.

"Aku masih membutuhkan Ayahku walaupun aku sudah besar.. hiks.. hiks..." Racaunya terisak  didalam pelukan sang kekasih.

Aklesh membiarkan Sathera meluapkan segala kesedihan gadisnya itu. Menumpahkan segala air matanya yang membasahi pakaian pria tampan itu.

"Semua sudah ada garis takdirnya, sayang.."

Sathera mengangguk dengan pelan. Gadis itu tahu itu, semua ada garis takdirnya, tapi karena rasa cintanya pada sang Ayah.. ia menjadi tak terima dengan takdir yang merenggut sang Ayah. Padahal ia baru saja merasakan kehangatan sang Ayah setelah tujuh belas tahun berpisah, tapi yang ada ia malah kembali kehilangan kehangatan itu.

Tangis Sathera berangsur-angsur reda. Gadis itu mendusel-dusel didada kekasihnya mencari kenyamanan. Aklesh yang merasakan itu tersenyum kecil dan terus mengusap lembut surai kekasihnya. Biarlah Sathera melakukan apapun yang membuatnya nyaman, Aklesh akan menyanggupinya.

Sedangkan Sathera, ia memang tampak tenang didalam pelukan Aklesh, tapi yang ada, gadis itu sedang memikirkan banyak cara untuk memberi hukuman pada Duchess Sehna setelah apa yang wanita iblis itu perbuat.

Ia juga tidak akan bisa menerima jika Ayahnya pergi dengan cara menyakitkan akibat ulah Duchess Sehna.

"Lihat saja kau nanti, sialan!" Umpatnya kemudian menyeringai kejam.

Bersambung....

-o0o-




Ngefeel gak sih woi?

Aku ngetiknya sambil nangis😭 Maaf kalau gak nge feel yaw!

[Jadi gais belum end oke? atau kalian mau cepat end?]

[dan salah satu dari ketuga wanita itu sudah terbongkar, tinggal 2 lagi okei?]

Oke, 1k spam komen random, aku lanjut! Mumpung libur loh aku hehe🤭

Lop banget sama rahma yang spam komen😍 Gini nih yang mimom syuka❤️

Yang belum follow mimom, silahkan difollow! mimim tungg

C U in the next chap wakgengs!😍😍

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

13.7M 1.8M 71
[ 𝙋𝙚𝙧𝙞𝙣𝙜𝙖𝙩𝙖𝙣! 𝘾𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙨𝙚𝙨𝙖𝙩! ] . Amanda Eudora adalah gadis yang di cintai oleh Pangeran Argus Estefan dari kerajaan Eartland. Me...
474 593 200
[SERIES 1 - Part A] "Adventure In The Dark" "Apa yang tampak dari luar terkadang berbeda jauh dengan apa yang ada di dalam." *** Rei Adhitama Arion...
177K 9.3K 51
"Semur Toge, Semur Tempe! Eh cumi luh-luh!!!! PADA LAGI NGAPAIN DI BELAKANG GUE?????" Ucap Arni galak, pasalnya di belakangnnya kini terdapat empat o...
6.1K 800 12
[SELESAI] "siapa, sih?! nggak maksud banget sumpah!" ©moonchaey, 2019