A Frozen Flower [ Terbit ]

De Yn1712

3.3M 270K 42.9K

• Obsession Series • [ SELAMAT MEMBACA ] Menggantikan saudari kembarnya untuk menjadi pengantin wanita dari s... Mais

Prolog
01
02
03
04
05
06
07
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42 ( END )
Ext Chp I
Ext Chp II
Ext Chp III
Info Skuel
Info terbit
Info PO - vote cover
Open PO

08

81.2K 6.2K 345
De Yn1712

A frozen flower
Sekuntum bunga yang beku🥀

Launa membeku, tangannya sedikit gemetar melihat seringai tipis itu. Seringai penuh kemenangan yang membuat Launa bungkam.

Pria itu berjalan satu langkah membuat Launa spontan mundur kebelakang, tangannya siaga untuk menarik pelatuk dalam sakunya. "Kau terlihat pucat Nona, apakah, kau sakit?" Tanya sang supir itu lagi.

Ia menyandarkan satu tangannya pada badan mobil, satu tangannya lagi memutar kunci mobil itu. Terkekeh pria itu dibuatnya saat melihat raut tegang penuh kecemasan seorang perempuan di depannya. Perempuan yang tak lain adalah istrinya, Launa Belva Annalise.

"Kau pikir, semudah itu melarikan diri dariku, hm?" Kekehnya. Pria itu merentangkan kedua tangannya di hadapan Launa. "Ayo, peluk aku. Redakan emosiku. Dengan begitu hukumanmu akan sedikit lebih ringan, Launa."

Pria itu, Alzion Rimba Kalansi.

Bukannya menurut, Launa dengan sekali gerakan langsung mengeluarkan pelatuknya dan mengarahkannya pada pria itu. Nafasnya memburu, pegangannya pada pistol kecil itu sedikit gemetar.

"Ah...kau suka bermain senjata api, sayang?" Tanyanya tenang, pria itu sedikit mengangguk kecil sambil mengeluarkan pelatuknya dari saku celananya. "Aku juga punya, kau ingin bermain di sini?"

"Berhenti menjadikanku bonekamu, Zion! Aku—bukan kak Laura! Aku tidak akan pernah bisa memberikanmu cinta sama besar sepertinya." Ucap Launa.

Tangan Launa masih mengarahkan pelatuknya ke arah Alzion, air matanya sudah luruh kembali turun. Sedangkan Alzion menatap datar tak terbaca, ia sesekali tertawa pelan melihat keringat yang membahasi pelipis istrinya itu.

Keringat yang merembes dari lapisan kulit Launa seakan mengajak Alzion untuk bercinta. Menyuguhkan malam hangat, penuh gairah dan menggoda, membawa keduanya pada ruang kenikmatan yang lekat kuat untuk saling memburu sentuhan. Liar nan memabukan, nikmat pun penuh kehangatan. Launa nampak sepuluh kali lebih memesona dari biasanya.

"Ingat ini baik-baik, sampai kapanpun, hatiku tidak akan pernah menjadi milikmu!" Ucap Launa dengan berderu kemarahan.

Alzion menatap Launa dalam, iris gelapnya menghantarkan gemetar pada Launa. Pria dengan segala tatapan tak terjemah pun gerakan tak terbaca itu, membuat Launa kehilangan daya.

Namun, ia tidak mau menyerah. Launa sudah berusaha sejauh ini. Walau pada akhirnya ia kembali jatuh pada perangkap apik Alzion.

"Aku tidak membutuhkan cintamu Launa. Kau hanya perlu disisiku, sebagai pemuasku." Alzion mengatakan itu dengan tatapannya yang tak lepas melurus pada bola mata indah kepunyaan Launa. "Pemuas nafsuku, pemuas kegilaanku. Karena kau—harus membayar penghianatan kakakmu."

Krek!

Launa menarik pelatuknya, dalam sekali lepasan peluru itu siap menembus kepala Alzion. Kalimat yang Alzion ucapkan, menjatuhkan harga dirinya. Mengoyak habis perasaannya.

Pemuas? Alzion ternyata tidak layak dikatakan sebagai manusia. Dia lebih dari sekedar monster. Pria itu, harus ia musnahkan dari pandangannya.

Dengan kemarahan yang membara, Launa menatap tajam Alzion. Launa rela menjadi pembunuh, asalkan Alzion yang menjadi korbannya. "Mati!"

Dor!

Bruk!

Tubuh itu kehilangan dayanya, jatuh di atas aspal dengan mata terpejam sempurna.

*******

Dentuman musik memekik gendang telinga, semua yang berada dalam ruangan itu bergoyang-goyang diatas lampu kerlap kerlip, memburu kenikmatan. Botol-botol alkohol berserakan, tubuh nyaris telanjang, dan adegan percintaan yang menjadi tontonan.

Di sofa tunggal pojok kanan, seorang pria tengah duduk dengan memutar gelas kaca berisikan benda cair penghantar kenikmatan, mengalir di kerongkongan dan membakar panas memberikan sensasi melayang-layang.

Klazo, menghela nafas pelan. Ia menatap iba sang Tuan, yang sedari tadi hanya diam dan terus menenggak minumannya, entah sudah botol keberapa. "Tuan, an—,"

Alzion, meletakkan jari telunjuknya di atas bibir tebalnya itu, mengkode Klazo untuk diam tak bersuara. Alzion hanya ingin menikmati malamnya, ia tidak mau mendengar apapun selain dentuman musik yang mengisi seisi kelab ini.

Klazo bungkam detik itu juga, ia memilih untuk tidak kembali membuka suara. Nyaris tiga belas tahun mengabdi pada Alzion, membuatnya begitu paham akan karakter pria itu yang tidak suka bantahan.

Ingat ini baik-baik, sampai kapanpun, hatiku tidak akan pernah menjadi milikmu!

Terngiang dengan begitu menyebalkan, sederet kalimat Launa membuat emosi Alzion kembali tersulut-sulut, dengan gigi bergemelatuk, ia melempar gelas yang dipegangnya itu kuat-kuat ke arah dinding.

Prang!

Klazo memejamkan matanya, pria itu tidak tahu harus berbuat apa selain diam dan pasang basan di samping Alzion.

"Siapkan dua wanita malam ini, aku butuh pelepasan." Titah Alzion. Pria itu langsung bangkit dari duduknya dan keluar dari kelab malam itu.

Klazo mengangguk paham, pria itu segera berjalan ke arah kerumunan, mencari perempuan yang diinginkan sang majikan.

Alzion merasakan perasaan asing yang menyesakan. Sejak mengenal Launa, jiwa buas Alzion yang dulu ia coba sembunyikan, kembali muncul dengan liar dan tak terkendali. Setiap menatap wajah manis itu, Alzion selalu terbakar amarah.

"Arggh, sial!" Alzion mencengkram erat kemudi, ia mengendurkan dasinya yang terasa mencekik, membuka dua kancing kemejanya dengan satu tangannya, karena satu tangannya lagi digunakan untuk memegang kemudi.

"Kau pikir kau siapa membuatku seperti ini, heuh?" Kekeh Alzion.

Pria itu menginjak kuat pedal gas, membuat laju mobilnya melesat cepat membelah jalan. Menuju ke suatu tempat yang menjadi racun sekaligus obatnya.

"Bagaimana keadannya?" Tanya Helen pada dokter muda yang tengah memeriksa Launa.

Dokter itu menghembuskan nafas pelan. Ia menoleh ke arah Helen yang terlihat tengah cemas dengan keadaan sang Nyonya. "Dosis biusnya cukup tinggi, hal itu membuat beberapa sistem tubuhnya melemah. Efeknya biusnya mungkin akan hilang beberapa jam kedepan, tapi pusingnya akan menyerang kepala Nyonya saat nanti ia terbangun." Jelas sang dokter.

Dokter perempuan itu mengeluarkan secarik kertas dan diberikan pada Helen. "Ini resep obat pereda pusing, juga penambah darah. Nyonya Launa memiliki riwayat darah rendah." Helen mengangguk paham, ia mengambil kertas itu dan melirik sekilas ke arah Launa yang terbaring dengan mata terpejam di atas kasur itu.

Setelah sang dokter pamit undur diri, Helen menyuruh salah satu bodyguard menebus obat untuk Nyonya mereka. Wanita setengah baya itu berjalan ke arah Launa, duduk bersimpuh di samping tubuh lemasnya. "Seharusnya Nyonya tidak melawan Tuan," ucap Helen mengiba.

Helen mengambil ponselnya dari saku celana, mendial panggilan pada sang Tuan. Hanya membutuhkan beberapa detik, panggilan itu langsung terhubung oleh pria itu. "Ada apa?"

"Maaf Tuan, saya hanya ingin mengkonfirmasi keadaan Nyonya." Ucap Helen.

"Katakan,"

"Dokter Fara sudah selesai memeriksa Nyonya. Dan resep obat juga sudah di tebus oleh bodyguard. Sekarang, hanya tinggal menunggu efek biusnya menghilang." Jelas Helen.

Alzion terdiam, pria itu tak mengeluarkan kata apapun, karena ia masih fokus mengemudi. "Ponsel Tuan Jeff yang Nyonya pegang juga sudah dihancurkan, juga foto-foto yang dibawanya telah kami hanguskan Tuan."

Alzion menyeringai mendengarnya. "Pastikan Launaku aman, setengah jam lagi aku akan sampai."

"Baik, Tuan."

Panggilan di putuskan oleh Alzion, pria itu menyunggingkan senyum kemenangan. Alzion tidak suka menjadi yang kedua, ia harus menjadi yang pertama untuk Launa. "Aku tidak sabar melihat seberapa marahnya kau saat mengetahui bahwa semua kenanganmu dengan pria sialan itu, telah hancur tak tersisa."

Pergi dari kukungan Alzion, adalah kemustahilan untuk Launa. Sekali terikat dengannya, siapapun tidak akan pernah terlepas. Karena miliknya, akan tetap menjadi miliknya.

Alzion mengetahui saat Launa ingin mencoba melarikan diri, itulah sebabnya ia berpura-pura lembur di kantornya untuk mempermudah Launa menjalankan aksinya. Juga tentang Launa yang mendatangi appartement Jeff, dan menangis tersedu merindukan pria itu.

Alzion tahu, tapi Alzion memilih untuk menahan dirinya. Jadilah ia memilih untuk mengantarkan Launa ke bandara, dalam aksi pelariannya, sebagai supir taksi malam itu.

Adegan dimana saat tangan gemetar Launa mengarahkan pelatuk kecil ke arahnya masih begitu jelas dalam ingatannya. Saat dimana tembakan Launa dapat dengan mudah ia hindari dan berakhir Launa yang jatuh ambruk di pelataran bandara, karena suntikan yang didapatkannya pada lehernya itu, sebagai Klazo yang menjadi pelaku utamanya.

Kemenangan demi kemenangan berhasil Alzion dapatkan. Ia semakin menekan kepala Launa agar terus merendahkan kepalanya untuk bersujud di kakinya. Mengakui dengan sebenar-benarnya pengakuan bahwa kini dirinya telah sepenuhnya miliknya, milik Alzion rimba kalansi.

"Selamat berjumpa dengan hukumanmu, My Love." Matanya fokus ke depan, tapi otaknya menyusun rapi berbagai bentuk macam hukuman. Hukuman untuk istri kecilnya yang nakal.

******

Launa membuka matanya perlahan, seketika itu juga kepalanya terasa terhantam palu besar, membuatnya menyerngit dan kembali memejamkan matanya, menghalau rasa pening yang teramat sangat ia rasakan.

"Sudah bangun, Tuan putri?" Sapaan berat itu menyapa gendang telinga Launa. Ia kembali memejamkan matanya kala mengenali suara itu, suara kematiannya.

Alzion terkekeh melihat itu, dengan tenang, pria itu kembali menghisap rokok yang diapit oleh kedua jarinya dan menghembuskan asapnya dengan elegan.

Kakinya yang menyilang, kancing kemejanya yang terbuka tiga membuat sebagian dadanya tersuguh indah menggoda. Jangan lupakan rambutnya yang sedikit berantakan membuatnya begitu menawan. Alzion nampak panas, liar, nan memabukan.

Setelah rasa pening dikepalanya perlahan mereda, Launa membuka matanya sempurna. Dengan tertatih dan sedikit rintihan pelan, Launa mencoba untuk duduk dan menyandarkan punggungnya di kepala ranjang, sembari memegang kepalanya. Kini, ia dapat melihat Alzion yang duduk tenang di hadapannya di atas sofa tunggal itu.

"Terima kasih telah mengunjungi appartement pria itu, karena dengan begitu aku mengetahui tempat persembunyiannya, dan aku jadi lebih mudah menghancurkan segala apa yang ada di dalamnya."

Launa melotot mendengarnya, ia menatap Alzion tak terima. "Apa maksudmu?!"

"Kurasa, aku cukup jelas mengatakannya barusan, sayang." Sahut Alzion santai, kembali ia hisap benda favorit itu selain dari bibir Launa.

"Kau gila?!"

Launa tertawa getir dengan air mata yang ikut membasahi pipinya, ia membuang wajahnya ke samping. Menertawakan kemalangan nasibnya. Kenapa sulit sekali menemukan kebahagiaannya sendiri? Launa hanya ingin bersama orang yang dicintainya, tapi kenapa semesta menyusun kisah sedemikian menyakitkan ini untuknya?

Alzion membuang puntung rokoknya lalu menginjaknya dengan pantofel miliknya. Kakinya melangkah, mendekat ke arah Launa. Ia menaiki kasur dan merangkak guna mengambil tubuh Launa untuk ditarik dalam dekapannya.

"Shtttt, calm baby. Don't worry, i'm here." Bisik Alzion.

Launa hanya diam, ia masih terisak tak kuasa menahan kesedihan yang tengah menghujamnya dalam-dalam.

Alzion tersenyum tipis saat tak mendapati pemberontakan dari Launa, pria itu menyingkirkan rambut Launa hingga menampilkan leher putih itu dihadapannya. Dengan gerakan penuh rayu nan menggoda, Alzion menghisap dan mencecap leher itu dalam-dalam, menghantarkan gelombang kehangatan pun rasa geli saat lidahnya bergerak lincah di lapisan kulit Launa.

Launa menggigit bibir bawahnya menahan desahan, ia tidak berniat berontak kali ini. Tubuhnya melemas, hatinya teremas, jiwanya pilu pun sendu. Alzion berhasil merenggut kebahagiaannya.

Alzion mengerang ditengah kegiatannya, pria itu terus melakukan apa yang disukainya. Tak peduli Launa menyukainya atau tidak. Selama Launa tidak menolaknya, itu cukup membuatnya terhindar dari kemarahan.

"Kenapa kulitmu lembut dan begitu manis, sayang?" Bisik Alzion tepat di telinga Launa membuat gadis itu merinding dibuatnya. Tiupan kecil Alzion berikan disertai gigitan menggoda pada daun telinganya.

"Zion..." Launa menahan tangan Alzion yang kini tengah lancang meraba ke bagian bawahnya. Launa menggeleng tanda tak mau. "Jangan,"

Penolakan Launa membuat emosi Alzion tersulut, ia dengan tak manusiawinya mencengkram paha Launa kuat-kuat, membuat gadis itu menjerit kesakitan. "Arghhh! Sakit, Zion.. ampun."

"Jangan menolakku, Launa!" Setelahnya, Alzion menarik dagu Launa dan menyerang bibir Launa brutal. Ia hisap, gigit, pun kulum dalam-dalam mulut Launa. Mengeksplor bebas degan cepat dipenuhi nafsu, tak ada kelembutan apalagi rasa cinta, Alzion hanya tengah diliputi gairah.

Sekuat tenaga Launa mencoba melepasnya, ia menangis saat dirinya diperlakukan dengan begitu hina. Walau Alzion adalah suaminya, tapi melakukan hal ini tidaklah dibenarkan.

Plak!

Launa menampar pipi Alzion spontan saat tautan bibir itu berhasil ia lepaskan. Tamparan keras itu kontan membuat keadaan hening seketika, hanya terdengar deru nafas putus-putus milik keduanya.

Launa menyadari kesalahannya, ia panik saat melihat wajah Alzion semakin merah padam. Ia takut melihat kilatan tajam dari mata pria itu, Launa tidak mau lagi pria itu mengiris hatinya dengan setiap jengkal penderitaan yang ia berikan.

"Zion...maaf, aku, a—aku."

Cukup, Launa mengalah. Launa tidak mau lagi melawan pria itu. Tapi—tamparan itu adalah reaksi alamiah tubuhnya.

"Apakah kau perlu diberikan hukuman agar mengetahui siapa aku, dan siapa kamu, Launa?" Tanya Alzion dengan seidikit mendesis marah.

Mendengar itu, Launa menggeleng panik. Ia mengambil tangan Alzion memohon ampun. Launa tidak mau di hukum, sakit, itu sangat menyakitkan.

"Tidak, aku tidak mau di hukum. Ampun, maaf. Aku berjanji tidak akan menamparmu lagi. Zion.. maafkan aku." Dengan bercucuran air mata, dan tatapan mengemis iba, Launa memohon pada iblis itu.

Rahang Alzion yang masih mengetat, dan mata yang berkabut amarah. Ia membelai lembut surai Launa, setiap sentuhannya berhasil membuat tubuh Launa bereaksi hebat, gadis itu gemetar ketakutan.

"Zion..."

"Akhh!" Alzion menjambak rambut Launa kencang, gadis itu mendongak dibuatnya. Gigi Alzion bergemelatuk, entah kenapa setiap penolakan Launa begitu menyakitkan untuknya.

"Berhenti menjadi wanita tidak tahu diri Launa! Kau adalah istriku, dan seorang istri adalah budak nafsu suaminya! Kau harusnya memuaskanku, bukan terus-terusan menolakku, sialan!"

Dug!

Alzion membenturkan kepala Launa pada kepala ranjang, Launa semakin terisak dan ketakutan. Perempuan itu hanya bisa memejamkan matanya menahan sakit, ia tidak berani protes. Launa takut Alzion semakin buas menyiksanya.

"Berhenti menangis! Aku tidak suka mendengarnya!" Launa langsung menggigit bibir bawahnya menahan isakan, ia menuruti perintah Alzion dengan air mata yang terus meluruh berjatuhan.

"Sakit, heuh?" Tanya Alzion menatap Launanya dalam-dalam. Anggukan pelan Launa berhasil membuat pria itu tertawa kencang, dilepasnya dengan kasar jambakannya itu pada surai Aruna. "Itulah yang aku rasakan sayang, aku juga sakit saat kau terus menolak sentuhanku." Ucap Pria itu.

Alzion menunjuk ke arah dadanya, "di sini sakit Launa." Pria itu memasang ekspresi sedih, yang sialnya begitu menyeramkan di mata Launa. "Tapi sekarang, sudah adil bukan? Karena kau juga sudah kuberikan rasa sakit yang sama. Bukankah kita pasangan yang saling melengkapi?"

"Oh Launaku, sayang."

Alzion menarik Launa dalam dekapannya, perlakuannya langsung melembut, ia membelai surai Launa dan mengusap punggung kecil istrinya itu, mencoba menenangkan. Perlahan, isakan Launa mulai mereda. Sesekali pria itu mencium pucuk kepalanya dengan lembut pun penuh kasih sayang.

Namun itu tidaklah berselang lama, karena setelahnya, Alzion membisikan sesuatu yang membuat tubuh Launa menegang sempurna.

"Bukankah kau pernah melihatku membunuh seseorang, sayang? Bagaimana jika kau melihatnya lagi, untuk kedua kalinya."

Bersambung...

Launa Belva Annelise🥀

Aku bakalan seneng banget kalau kalian mau rekomendasiin cerita ini ke temen-temen kalian!

Kalau ada typo atau kesalahan penulisan, dipersilahkan untuk dikoreksi bagi yang berkenan. Aku akan terima segala bentuk keritikan.

Alzion gemesin banget kan?😬✌️

Spam Next di sini!

Continue lendo

Você também vai gostar

13.4M 1.1M 81
♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, ps...
MERAPI De Aing Indah

Ficção Adolescente

2.5M 285K 35
Merapi itu toxic. Dan Airin itu munafik. Merapi selalu berlaku kasar pada Airin, sedangkan Airin selalu tersenyum menantang dan bersikap seolah-olah...
27.5M 544K 59
Warning⚠ 21+++ >Dibawah umur menjauh yaahh >Bijak dalam membaca entar gak kuat :) >Banyak typo bertebaran >Banyak umpatan kasar ~~~~~~~ D...
17.4K 706 46
Druhý díl. Zvládne Emily a Matheo rodinný život?A jak se vypořádají s nepřáteli?A co minulost ?Budou schopni udržet lásku a vášeň?