Ursa MinorㅣLee Haechan ✔

By fabitna

33K 4.4K 508

[AGAK BAIKNYA FOLLOW DULU YA SEBELUM MEMBACA ^_^] Bagaimana perasaanmu ketika harus dipertemukan kembali deng... More

PROLOG
1 | Sepenggal Kisah Lalu
2 | Beruang Kecil
3 | Pertemuan
4 | Mine
5 | Fiance
6 | The Wedding
7 | Mendekap diri di penghujung tahun
8 | Getaran Cinta
9 | Percaya Pada Semesta
10 | Sebuah ruang dimana ada kamu
11 | Kepingan Memori
12 | Kolase Luka
13 | Deep talk
14 | Luka Lama
15 | Jujur
16 | Pahit dan Pekat
17 | Perlahan
18 | Ruang Cakap
19 | Masih sama
20 | Perihal Rasa
21 | Gajah
22 | I Love You 3000
23 | Pulang
24 | Runyam
25 | Harapan dan Kecewa
26 | Domino
27 | Anggur Merah
28 | Sukar
29 | Kaktus
30 | The Storm
31 | Selamat tinggal
32 | Nightmare
33 | Ursa Minor
Bonchap Iã…£Yahhh, gak jadi dong?
Bonchap IIã…£Kok Sakit?
Bonchap IIIã…£Something sweet
Bonchap IVã…£Aku nungguin kamu, Chandra
Bonchap Vã…£Ayah dan Bunda
NEW HAERYU

EPILOG

709 85 16
By fabitna

Angin sejuk menyapa di pagi ini, dengan sentuhan lembut menyentuh pipi itu seakan berbisik, “Bagaimana keadaan hati?” Sepertinya dia sudah baik untuk saat ini. Dan Raya sedikit mengerti, mungkin sudah tak ada harapan lagi.

2 tahun sudah berlalu, satu hal yang mampu Raya katakan setibanya di Jakarta adalah,

“Semuanya masih sama.”

Semuanya masih nampak sama. Nampak terlihat baik-baik saja sama seperti dulu. Setelah 4 tahun lamanya, mungkin yang berubah hanya dirinya. Raya yang sekarang jauh lebih kuat ketimbang Raya 2 tahun yang lalu. Bahkan rambut yang dulunya panjang itu kini ia pangkas lebih pendek menjadi seleher.

Setibanya di kota ini, pikiran Raya langsung tertuju pada ‘Dia’. Dia yang sudah membawa warna untuk kehidupannya. Bagaimana kabarnya? Apakah masih sama seperti dulu? Keputusan Raya untuk kembali ke sini bukan perihal mudah. Tapi ia penasaran, apakah cinta yang pernah ia tinggalkan dulu masih ada di sini? Atau turut pindah dan sepenuhnya lenyap dimakan oleh waktu? Raya tak tahu jawabannya.

Maka, di sinilah Raya sekarang berada. Di suatu cafe yang biasa ia singgahi bersama ‘Dia’. Di sudut ruangan ia terduduk sendiri dengan mengaduk asal kopinya. Entahlah, padahal dulu ia tak pernah suka dengan kopi. Tapi di sini, ia mampu berbaikan dengan rasa pahit di kopi tersebut.

Sendiri, tak ada yang menemani. Sahabat yang dulunya tak pernah meninggalkannya sendiri pun kini sudah disibukkan dengan urusannya masing-masing. Chika, gadis itu kabarnya sedang melakukan project di luar kota. Lea, gadis yang selalu memanggilnya dengan sebutan Queen itu pun telah pindah ke kota kelahirannya di New York. Lalu Luna, kabarnya gadis itu masih berstatus sebagai kekasih Juno dan menjalani LDR karena Luna yang sekarang sedang dipindah tugaskan ke Korea. Kini, Raya merasa menjadi satu-satunya orang yang pengangguran di sini.

Netranya menelisik ke seluruh penjuru ruangan. Tanpa sengaja, netranya itu bertemu dengan seseorang yang pernah terlibat dalam masa lalunya dulu. Lelaki itu berjalan dengan santai bersama dengan seorang gadis beramput ikal. Seketika hatinya menghangat.

“Syukur deh dia udah bahagia.”

Perlahan-lahan, lelaki itu berjalan mendekat. Matanya tak hilang sedikitpun memandang Raya. Seulas senyum tergambar jelas di wajahnya.

“Apa kabar, Raya?”

“Baik.” Raya menjawabnya dengan senyuman. “Lo sendiri?”

Lelaki itu menjawab, “Jauh lebih baik dari 2 tahun yang lalu.” Ia tersenyum getir.

“Syukur deh,” ujar Raya seraya tersenyum.

Benar sekali, Reza yang Raya lihat sekarang terlihat baik-baik saja. Di matanya seperti ada kebahagiaan.

“Duduk aja gak pa-pa.” Raya mempersilahkan Reza untuk duduk bersama gadis yang ia bawa tadi.

“Oh ya, siapa? Pacar?” tanyanya pada Reza, Raya menoleh sekilas pada gadis yang berada di samping Reza.

“Eh, bukan. Dia temen gue. Kenalin, namanya Elena.”

Elena di sana mengulurkan tangannya pada Raya, “Elena.”

“Raya,” ujar Raya tersenyum.

“Gimana? Udah ketemuan sama dia?” tanya Reza yang spontan malembuat Raya membeku.

Hening sesaat, sebelum Raya mulai bergumam, “Kenapa emangnya? Harus banget ketemu gitu?” perempuan itu kembali menyesap kopinya.

“Gak gitu, Ray. Bukannya kalian pisah karena terpaksa kan? Harusnya sekarang adalah waktu yang tepat buat kalian memperbaiki semuanya. Iya kan?”

Belum sempat Raya menjawab ucapan Reza, ia merasakan ponselnya bergetar. Ada pesan dari Ayahnya.

“Jangan lupa ya. Nanti jam delapan kita dinner sama temannya Ayah. Jangan telat ya. See you, dear.”

Terdengar helaan kasar di sana. Dinner katanya. Apakah dinner kali ini akan berlanjut seperti dulu? Apakah ia akan disatukan dan dipisahkan secara paksa lagi seperti waktu itu? Raya benar-benar tak ingin mengulangi kejadian yang sama. Sudah cukup untuk hatinya yang baru sembuh kini.

“Gue balik dulu ya, Za. Have fun,” pamitnya sebelum tersenyum dan menepuk singkat pundak Reza.

***

Raya berjalan menyusuri deretan kursi kosong yang berjejer di salah satu restoran tempatnya dinner dengan ayah serta temannya. Raya bingung, mengapa tempat ini sangat sepi akan pengunjung. Padahal setahu Raya, restoran ini tidak pernah sepi.

Matanya mengarah ke seluruh penjuru ruangan. Benar-benar tak ada orang. Sampai dimana matanya menemukan ayah dan bundanya bersama dengan orang-orang yang Raya kenal. Seketika dirinya tercekat.

Di sana ada pria dan wanita paruh baya bersama dengan anak lelakinya yang jelas Raya kenal dia siapa. Lelaki itu menoleh dan bergumam, “Hai, apa kabar?”

Kakinya yang semula berjalan perlahan itu terhenti dengan sendirinya. Tubuhnya seolah membeku di tempat.

Jadi, teman yang dimaksud ayah itu mereka?

Perlahan, lelaki bernama Chandra itu berdiri menuju panggung live musik restoran itu. Ia terlihat berbicara dengan pemain band sebelum meraih sebuah mikrofon. Raya masih diam di tempat. Pikirannya masih berusaha memahami situasi yang ia alami saat ini.

Dengarkanlah, wanita pujaanku

Chandra bernyanyi diiringi dengan senyuman yang mampu membuat siapapun terpesona, termasuk Raya.

Malam ini akan kusampaikan

Entah hanya perasaan Raya saja atau memang betul. Lelaki itu bernyanyi dengan menatapnya. Seolah-olah lagu yang dinyanyikan hanya untuk Raya.

Hasrat suci, kepadamu dewiku

Perlahan, Chandra mulai melangkah ke arah Raya berdiri.

Dengarkanlah kesungguhan ini

Hingga akhirnya Chandra benar-benar ada di hadapan Raya.

Aku ingin mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir

Chandra mulai menggenggam tangan Raya. Menariknya perlahan untuk ia bawa ke atas panggung. Raya hanya menurut dan berjalan mengikuti Chandra.

Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang 'tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Dengarkanlah, wanita impianku
Malam ini akan kusampaikan
Janji suci, satu untuk selamanya
Dengarkanlah kesungguhan ini

Aku ingin mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir

Jangan kau tolak dan buatku hancur
Ku tak akan mengulang 'tuk meminta
Satu keyakinan hatiku ini
Akulah yang terbaik untukmu

Chandra berhenti bernyanyi, tapi tatapannya masih belum lepas dari Raya.

Mikrofon itu masih tetap ia genggam. Tangan kirinya juga masih setia menggenggam tangan Raya. Sampai dimana ia mulai berbicara kembali.

“Dua tahun yang lalu, saya begitu bodoh membiarkan cinta saya pergi begitu saja. Saya juga merasa bodoh karena tidak dapat menjaganya untuk lebih lama lagi. Tapi malam ini, atas izin dari ayah, bunda, tentu dengan papa, mama juga. Saya bisa berdiri di sini dan menggenggam tangan seseorang yang sampai kapanpun tak akan pernah saya lepaskan lagi.”

Chandra menoleh, memfokuskan tatapannya pada Raya. Dengan tiba-tiba, lelaki itu berjongkok di depannya seraya berkata,

“Naraya Maheswara, maukah kamu menjadi istri dan ibu untuk anak-anak saya kelak? Menjadi istri seorang Chandra Bagaskara, manusia biasa yang dulu pernah menyakiti kamu tapi juga sangat mencintai kamu, hingga kini. Saya bersungguh-sungguh, tak akan pernah mengulangi kesalahan yang pernah terjadi dan selalu menjaga cinta kita utuh sampai maut memisahkan.”

Raya menoleh pada papa dan mama Chandra. Di sana mereka hanya mengangguk dan tersenyum. Kemudian matanya beralih memandang ayah dan bundanya. Sama seperti papa, mama Chandra, di sana bunda hanya mengangguk dan tersenyum. Di samping itu ayah bergumam,

“Maaf, Ayah sudah merenggut kebahagian kalian berdua. Ayah sudah egois dan tidak mengerti letak kebahagiaan kamu yang sebenarnya dimana. Kini, Ayah serahkan semuanya sama kamu, Raya. Ayah bahagia kalau kamu bahagia,” ujar ayah tak meninggalkan senyumannya.

Tanpa bisa dicegah, air mata yang semula terkumpul di pelupuk itu jatuh membasahi pipinya. Seluruh kenangan manis dan pahit seketika datang memenuhi pikirannya.

“Kamu lamar aku?”

Chandra ternganga mendengar pertanyaan Raya.

“Apa kata-kataku sama usaha aku jongkok seperti ini masih kurang jelas, Ray?” Chandra menatap Raya heran.

“Tapi kenapa pakai acara kayak gini?”

“Kita nikah dulu kan karena bukan keinginan kita, jadi untuk kali ini aku pengen yang serius. Karena ini moment berharga dan semoga menjadi moment sekali seumur hidup. Terus aku juga tahu, pasti kebanyakan perempuan pengen dilamar dengan cara yang manis. Jadi, meskipun ini terlambat, setidaknya aku mau ngasih moment itu sama kamu.”

Raya kembali terisak mendengar ucapan Chandra. Namun, di sela-sela tangisnya, perempuan itu kembali berkata,

“Tapi kenapa gak ngomong dulu sih. Kan biar aku bisa dandan cantik, gak buluk kaya gini.”

Chandra terdiam memandangi perempuan di hadapannya itu dengan tatapan heran.

“Rayaaaa, aku serius loh,” rengeknya yang membuat orang tua mereka berdua di sana terkekeh.

“Ya aku juga serius.”

“Jadi gimana? Mau? Gak kasihan sama aku nih, pegel tau.” Benar saja, sedari tadi Chandra masih berjongkok di hadapan Raya.

Dengan keadaan masih terisak, perempuan itu menjawab.

“Iya, a-ku mau.”

Mendengar jawaban Raya, Chandra bangkit dan memeluk perempuan yang sangat ia rindukan itu. Air mata bahagia jatuh begitu saja sebanyak yang tak ia kira.

“Makasih, Ray, makasih,” ucap Chandra masih dengan air mata yang terus mengalir.

“Makasih untuk semuanya. Makasih sudah kembali, makasih sudah berbaikan dengan diri kamu sendiri, makasih sudah jadi Raya yang baru dan mau terlepas dari luka lama kamu, dan terima kasih kamu masih mau menerima aku.”

Tepuk tangan riuh terdengar. Para pegawai restoran dan keluarga mereka turut berbahagia melihat moment ini.

Chandra merogoh sesuatu di kantungnya. Kotak beludru berwarna merah itu ia keluarkan. Diambilnya cincin yang berada di kotak itu untuk ia pasangkan pada jemari manis Raya.

“Aku janji ini berkualitas bagus dan gak bikin jari kamu lecet lagi,” ujar Chandra dengan senyumnya sebelum Raya mendekapnya lagi, kali ini lebih erat dari sebelumnya.

Semuanya turut tersenyum haru melihat kebahagiaan mereka berdua.

Kini Raya sadar, bahwa cinta tak akan bisa hanya soal bahagia. Terkadang kita perlu terluka terlebih dahulu, untuk tahu siapa sebenarnya yang benar-benar memberi cinta yang tulus.

Cinta juga tahu kemana ia akan berlabuh. Meski harus melewati dasyatnya badai, tapi ia akan kembali ke pelabuhan terakhirnya.

Dan ia kini mengerti, jika memang yang tidak ditakdirkan bersama tak akan pernah bisa berakhir bersama. maka,

Yang sudah ditakdirkan bersama, mau bagaimanapun semesta memisahkan, akan tetap berakhir bersama.

-fin-

.
.
.

Cerita ini aku anggap selesai. Terima kasih telah memberikan banyak cinta untuk Ursa Minor. Terima kasih untuk dukungannya yang sangat berharga. Kalian yang mengikuti dari awal sampai akhir benar-benar buat aku terharu. Terima kasih ya>_<

Bonchap ga nih? Hehehe.

Aku sangat bersemangat hari ini karena hari ini adalah hari lahirnya uri maknae, Liu Yangyang. Dan hari kelahiranku juga hehe makanya aku semangat banget buat nulis lanjutannya.

Dan gak hanya itu. Hari ini bertepatan pada tanggal 10 Oktober, diperingati dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia.

Cerita ini aku dedikasikan untuk yang merasa gagal mencintai diri sendiri dan selalu beranggapan bahwa tidak ada yang mencintainya sehingga mereka mengalami depresi akan hal itu.

Selamat Hari Kesehatan Mental Sedunia. Semoga kita lebih bisa mencintai diri kita sendiri dan mencoba mencari alasan apapun untuk tetap bertahan. Karena kamu, kita semua berharga.

Semangat yuk, Raya aja bisa berhasil lawan ketakutannya dan berhasil mencintai dirinya sendiri. Masa kita nggak.

Maaf ya kalo semisal kata-kataku ada yang salah, tidak masuk akal, ataupun menyinggung. Aku hanya manusia biasa yang masih belajar dan terus berusaha sebaik mungkin.

Untuk seterusnya aku akan tetap berusaha menjadi pengarang yang bijak. Terima kasih untuk semuanya ya.

Sampai ketemu lagi di cerita selanjutnya😊

Byeeee👋👋👋

With Love,
Fabitna🌻

Continue Reading

You'll Also Like

25.6K 3.5K 38
I don't care, go on and tear me apart. I'm gonna give you my heart. 🌠 school life, fiksi. giselle x mark x jihoon (fanfiction) start: 2021/12/29 end...
1.3M 65.4K 51
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
4.2K 705 48
Tentang Laut, pemuda yang tidak percaya akan cinta dan Melody, gadis yang ingin merasakan kehangatan cinta. Rt.17+ [Belum direvisi] 2022 Highest Rank...
18.9K 2.1K 9
Hari itu badai ketika Hinata menemukan dirinya terjebak dengan Uchiha Sasuke dan menceritakan kisah kelam dalam hidupnya pada pria itu. Oneshoot Pair...